Friday, August 08, 2008

Brahma Vihara

Brahma Vihara berarti suatu kediaman yang penuh kebahagiaan. Brahma Vihara juga dapat dikatakan sebagaihasil pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk mencapai Brahma Vihara kita harus mengembangkan cinta kasih dan melenyapkan kebencian, mengembangkan rasa belas kasihan dengan melenyapkan keserakahan, mengembangkan perasaan simpati dengan melenyapkan iri hati dan dengan dengan mengembangkan keseimbangan batin dengan melenyapkan kebodohan.Untuk mengembangkan cinta kasih kta hendaknya melaksanakan Metta Bhavana. Untuk mengembangkan rasa belas kasihan kita melaksanakan Karuna Bhavana.

Metta Bhavana

Brahma Vihara sebagai kekuatan Ketuhanan yang memancar dari empat sifat ketuhanan yang disebut Catur Paramitha yakni: cinta kasih, kasih sayang, simpati terhadap kebahagiaan dan keberhasilan orang lain serta keseimbangan batin, serta memusnahkan kebencian, keserakahan, iri hati dan kebodohan yang bersemayam didalam diri kita.

Dalam upaya kita mencapai kediaman yang luhur yang penuh kebahagiaan yang disebut Brahma Vihara, pertama-tama kita harus dapat merenungkan akibat dari pikiran yang membenci dan keberkahan yang diberikan oleh pikiran yang dipenuhi cinta kasih. Selama kita belum dapat merenungkan akibat dari pikiran jahat, maka selama itu kita tidak akan dapat menguasai pikiran membenci itu. demikian pula kita tidak akan dapat mencapai keadaan pikiran yang luhur (mulia) sebelum kita mengerti akan keberkahan dari pikiran yang penuh dengan cinta kasih.

Kita harusnya menyadari bahwa kebencian tidak akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih. Bilamana kebencian telah menodai pikiran kita, maka perbuatan, ucapan kita akan menjadi tidak benar dan kita tidak akan dapat mencapai kebahagiaan yang kita harapkan baik kebahagiaan untuk diri sendiri maupun kebahagiaan untuk orang lain. Bilamana pikiran membenci itu telah dapat kita atasi, maka kita akan dapat mengembangkan pikiran cinta kasih yang akan menunutun kita memasuki kehidupan yang bahagia dan sejahtera, baik untuk diri sendiri maupun untuk kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain.

Menurut Visuddhi Magga, pada tingkat permulaan, kita hendaknya jangan menunjukkan cinta kasih kita kepada seorang yang kita senangi atau kepada orang yang berlainan jenis. Pertama kali kita harus mulai dengan diri kita sendiri, dengan menyatakan kepada diri kita sendiri dengan ucapan dalam hati sebagai berikut:
"Semoga kami berbahagia, bebas dari penderitaan" atau "Semoga kami bebas dari kebencian, penindasan dan kecemasan. Semoga kami dapat mencapai kehidupan yang penuh kebahagiaan".
seperti itu barulah kita berdoa untuk kebahagiaan orang lain sebagai berikut:
"Seperti halnya kami mencintai kebahagiaan dan tidak menyukai penderitaan, seperti halnya kami menginginkan kehidupan dan menghindari kematian, semoga semua makhluk demikian pula hendaknya".
Dibagian langit manapun kita pergi, tidak ada kita menjumpai sesorang yang lebiih mencintai orang lain, selain dirinya sendiri. Karena itu adalah wajar kalau kita lebih mencintai diri kita sendiri dari pada orang lain. Karena itu kita menyaksikan didalam kehidupann ini, bahwa setiap orang pertama-tama mencintai dirinya sendiri, kemudian cinta kasihnya baru diberikan kepada gurunya yang sangat dihormati atau kepada orang lain yang patut dihormati seperti misalnya kepada orang yang selalu memikirkan kehidupan suci yang sering merenungkan tentang penerangan sempurna. Setelah itu, barulah kita merenung didalam hati sambil berdoa:
"Semoga mereka yang senantiasa memikirkan hidup suci dan merenungkan tentang penerangan sempurna selalu hidup bahagia, bebas dari penderitaan".
Setelah cinta kasih berkembang didalam hati kita, kemudian pancarkanlah cinta kasih itu kepada teman-teman yang kita kasihi dan kemudian kepada orang-orang yang kita nilai kurang penting dan setelah itu barulah kita memancarkan cinta kasih itu kepada musuh-musuh kita. Kalau cinta kasih kita lenyap dan kemudian timbul perasaan dendam dan sakit hati kita harus kembali merenungkan cinta kasih itu kepada orang-orang seperti yang tersebut diatas.

Marilah kita mencoba merenungkan akibat dari membenci itu dengan menghayati syair dibawah ini:
Mereka yang membalas kebencian dengan kebencian
Lebih jahat dari orang yang pertama membencinya
Mereka yang tidak membenci orang yang membencinya
Ia adalah pejuang yang dapat memenangkan perjuangannya
Yang sangat berat, yang sangat sulit dan berbahaya
Mereka yang membenci dengan penuh dendam kesumat
Tetapi mereka yang tetap tenang dan selalu sabar
Maka berkah akan terlimpah kepada kedua-duanya
Untuk dirinya sendiri dan bagi musuh-musuhnya itu
Seseorang yang pikirannya ternoda oleh kebencian
Karena kegelapan telah menyelubungi jiwanya
Maka ia tidak dapat menghayati hakekat kebahagiaan
sehingga ia tidak akan dapat melihat kenyataan
Semua akan dapat dihancurkan oleh si pembenci
Baik yang mahal maupun yang murah harganya
Tetapi setelah kebenciannya lenyap dan musnah
Maka ia menjadi lemas dimakan api kebenciannya
Jika api kebencian telah berkobar
Maka dunia akan terbawa dalam kebakaran
Demikianlah hasutan si pembenci menjalar
Bagaikan asap api terus membumbung ke udara
Ia yang tidak mempunyai perasaan malu
Tidak takut melakukan perbuatan salah
Kalau berkata selalu kurang bijaksana
Pikirannya selalu diliputi kebencian
Baginya tidak ada lagi tempat berpijak
Diri kita adalah teman bagi yang lainnya
Kita sendiri mencintai semua orang
Tetapi dalam keadaan marah dan membenci
Ia sampai hati membunuh temannya
Karena pikirannya menjadi tidak seimbang
Karena hatinya dipenuhi oleh kesombongan
Orang yang mengambil jiwa orang lain
Dan menghabisi jiwanya sendiri
Karena perasaan benci dan putus asa
Sebenarnya ia memiliki pandangan yang gelap
Bahwasannnya dibelakang takbir kebencian
Tersembunyi suatu belenggu kematian
Karena itu, hancurkanlah belenggu itu
Dengan Vipassana, Panna dan Viriya
(Ketenangan, Kebijaksanaan dan Kesanggupan)
Bila manusia telah melihat kenyataan
Dapat menaklukkan sifat-sifat jahatnya
Kemudian mengamalkan kebajikan
Maka semua kegilaan bukan lagi miliknya
Sembuh dari kebencian dan putus asa
Bebas dari keserakahan dan nafsu keinginan
Barulah dapat mengolah diri dengan tenang
Dan selalu menjauhi segala kekotoran batin
Jika kita telah melaksanakan meditasi Metta Bhavana dengan mengembangkan "cinta kasih" atau "Metta" (Maitri) tetapi kita belum dapat menghapuskan rasa dendam dan benci, maka kita hendaknya kembali merenungkan sifat-sifat yang baik dari musuh-musuh kita dan jangan lagi menghiraukan kejelekan-kejelekan yang dimiliki oleh musuh kita itu. Tetapi kalau dengan jalan ini kita belum juga dapat mengatasi kasih dendam dan kebencian itu, maka kita harus kembali ingat dan merenungkan sabda Sang Buddha sebagai berikut:
"Wahai para siswa, ada lima cara untuk mengatasi kebencian dan menaklukkan kemarahan yang telah timbul dari diri kalian. Lima cara tersebut adalah sebagai berikut:"
  1. Kepada orang yang menimbulkan perasaan benci dihatimu, kita harus memancarkan cinta kasih, kasih sayang, simpati dan keseimbangan batin kepadanya.
  2. Jangan memperhatikan sesuatu keburukan yang dimilikinya.
  3. Jangan menggambarkan dalam diri kita sendiri tentang akibat dari kamma yang kita miliki, demikian pula kepada orang yang kita musuhi.
  4. Kita harus sadar, bahwa kita adalah pemilik dari perbuatan kita sendiri yang semuanya timbul dari diri kita pula.
  5. Bahwa perbuatan kitalah yang akan menjadi pelindung bagi diri kita atau akan menjadi musuh dari diri kita sendiri, karena kita harus menjadi ahli waris dari perbuatan baik kita atau perbuatan kita yang tidak baik.
Demikian ada lima cara yang dapat kita laksanakan unutuk mengatasi kebencian itu. Untuk dapat menghayati bahaya dari kebencian itu, marilah kita ikuti syair yang terdapat dalam Visuddhi Magga sebagai berikut:
Jika didalam hatimu terdapat musuh
Yang akan mencelakakan dirimu
Mengapa kau terus menyiksa batinmu
Yang tidak berada didaerah musuhmu?
Keluargamu telah kau berikan cinta kasih
Tetapi suatu ketika kau tinggalkan mereka
Dalam keadaan sedih dan dalam keadaan duka
Mengapa tidak kau musnahkan pikiranmu yang membenci
Yang telah memberimu begitu banyak penderitaan?
Sadarlah kau telah bermain-main dengan kebencian
Yang akan menimbulkan kehancuran total pada dirimu
Kebajikan yang kau ciptakan telah kau tinggalkan
Bukanlah ini, karena ini merupakan kebodohan yang keterlaluan?
Bila seseorang berbuat jahat kepadamu
Wajahmu menjadi merah oleh kemarahanmu
Kemudian kamu tanyalah kepada hati nuranimu sendiri
Apakah kamu mau bernuat jahat seperti dia?
Jika ada seseorang telah mengganggumu
Dengan perbuatannya yang tidak menyenangkanmu
Mengapa kau biarkan hatimu menjadi marah
Mengikuti kesenangannya si penggoda?
Bila dalam keadaan marah kau melakukan
Suatu perbuatan jahat kepada musuhmu
Atau kau tidak berbuat jahat kepada musuhmu
Sekurang-kurangnya kau akan merasa tersiksa
Oleh kebencian yang berkobar didalam dirimu
Jika seorang berlaku bagaikan babi yang buta
Pada waktu kemarahan menyerang dirinya
Mengapa kau mau meniru perbuatannya itu
Dan membiarkan kebencianmu terpelihara dalam hatimu?
Kemarahan dan kebencian seseorang kepadamu
Telah membawamu kedalam kegelisahan batin
Kebencian itulah yang seharusnya dilenyapkan
Mengapa kau bersedia tanpa sebab yang jelas?
Bila seseorang membenci orang lain
Siapa sebenarnya yang menderita?
Kalau bukan dirimu sendiri
Kaulah yang menjadi sebab penderitaanmu
Mengapa kau harus membenci orang lain?
Kalau kita hendak menghayati hakekat dari perasaan cinta kasih (Metta/Maitri) cobalah hayati dan amalkan khotbah Sang Buddha tentang cinta kasih yang terkenal dengan "Karaniya Metta Sutta" atau khotbah tentang cinta kasih.

Karaniyamatthakusalena
Yan tam santam padam abhisamecca
Sakko uju ca suju ca
Suvaco c'assa mudu anatimani
Santussako ca subharo ca
Appakicco ca sallahukavutti
Sant'idriyo ca nipako ca
Appagabbho kulesu ananugiddho
Na ca khuddam samacare kinci
Yena vinnu pare upavadeyyum
Sukhino va khemino hontu
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Ye keci panabhut'atthi
Tasa va thavara va anavasesa
Digha va ye mahanta va
Majjhima rassaka anukathula
Dittha va ye va addittha
Ye ca dure vasanti avidure
Bhuta va samhavesi va
Sabbe satta bhavantu sukhit'atta
Na paro param nikubbetha
Natimannetha katthaci nam kanci
Vyarosana patighasanna
Nannamannassa dukkhamiccheyya
Mata yatha niyam puttam
Ayusa ekaputtamanurakkhe
Evam pi sabbabhutesu
Manasam bhavaye aparimanam
Mettan'ca sabbalokasmim
Manasam bhavaye aparimanam
Uddham adho ca tiriyan ca
Asambadham averam asapattam
Tittham caram nisinno va
Sayano va yavat'assa vigatamiddho
Etam satim adhittheyya
Brahmametam viharam idhamahu
Ditthin ca anupagamma
Silava dassanena sampanno
Kamesu vineyya gedham
Na hi jatu gabbhaseyyam punareti 'ti

Artinya

Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan
Untuk mencapai ketenangan
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong
Merasa puas, mudah dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tidak melekat pada keluarga
Tak berbuat kesalahan walaupun kecil
Yang dapat dicela oleh para bijaksana
Hendaklah ia berpikir "semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram"
Semoga semua makhluk berbahagia
Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk
Yang tampak atau tak tampak
Yang jauh atau pun yang dekat
Yang terlahir atau yang akan terlahir
Semoga semua makhluk berbahagia
Jangan menipu orang lain
Atau menghina sipa saja
Jangan karena marah atu benci
Mengharap orang lain celaka
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
Kasih sayangnya kesegenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Keatas, kebawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan
Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan berdiam dalam Brahma
Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku yang kekal
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga

Dalam kehidupan dengan cinta kasih ini, Sang Buddha menyatakan bahwa nilai dari kemewahan dan kesenangan duniawi tidak ada seperenambelas dari nilai cinta kasih itu. Cinta kasih melebihi semuanya, bersinar dan memancar menembus sampai hati nurani kita.

Karuna Bhavana

Karuna Bhavana berarti perkembangan dari kasih sayang. Menurut kisah Kitab suci Visuddhi Magga, setiap orang hendaknya berusaha untuk memiliki perasaan kasih sayang (karuna) pada saat menyaksikan sesuatu yang menimbulkan perasaan belas kasihan seperti misalnya menyaksikan orang yang jatuh melarat, penuh kedukaan dan merana hidupnya dalam keadaan miskin dan sengsara. Bilamana kasih sayang kita telah berkembang, maka kita akan turut merasa sedih menyaksikan suatu penderitaan yang dialami seseorang, sehingga timbul didalam diri kita dorongan untuk memberikan pertolongan. Demikian kalau kita telah menghayati dan mengamalkan kasih sayang (karuna) didalam kehidupan ini, maka berarti kita telah dapat menembus semua makhluk dengan kasih sayang.

Selanjutnya kasih sayang yang telah kita miliki, sama halnya dengan cinta kasih, pertama-tama janganlah ditujukan kepada orang yang paling kita senangi, keberkahan yang kita dapat dari perasaan kasih sayang, nilainya sama dengan berkah dari kalau kita memiliki cinta kasih. Cara untuk mengembangkan karuna atau perasaan kasih sayang sama dengan kita mengembangkan cinta kasih.

Mudita Bhavana

Mudita Bhavana adalah perkembangan dari perasaan simpati melihat orang lain berbahagia dan berhasil. Perasaan mudita ini dapat dimulai dari teman yang kita senangi dengan menumpahkan perasaan mudita sambil berkata:
"Oh alangkah bahagianya makhluk yang mendapat kegembiraan, Oh alangkah baik dan nikmatnya memiliki perasaan mudita".
Bilamana kita menyaksikan orang yang berbudi luhur bahagia dan sentosa hidupnya, hendaknya kita berusaha untuk turut merasakan kebahagiaannya.

Bagaimana caranya kita pada tingkat permulaan menembus suatu tujuan dengan pikiran yang berisi mudita? Caranya adalah demikian:

"Bila melihat seseorang yang berbudi luhur dan menyenangkan hati, hati kita lalu menjadi gembira" Demikianlah caranya menembus semua orang dengan mudita. Keberkahan dari cara memeperkembangkan mudita sama dengan bagaimana caranya mengembangkan metta.
Betapa bahagianya dan gembiranya hatiku
Menyaksikan kebahgiaan orang lain
Tiada perasaan iri didalam hatiku
Menyaksikan kebahagiaan dan keberhasilan
yang telah dicapai oleh siapapun dalam hidupnya
Karena hatimu telah penuh dengan perasaan mudita.
Upekkha Bhavana

Perenungan ini pertama-tama harus ditujukan kepada orang yang telah mencapaikesempurnaan, yang sudah tidak terikat lagi kepada suka dan duka seperti yang dikatakan di dalam Vibh XIII "Bagaimana caranya supaya kita memiliki keseimbangan batin, tiada lagi tergoyahkan oleh perasaan suka dan duka dalm menghadapi segala macam tantangan dan godaan itu? Caranya ialah Bilamana melihat seseorang yang acuh tak acuh terhadap sesuatu yang mengenai dirinya baik terhadap sesuatu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, ia tetap tenang, demikian pula caranya kita menembus semua makhluk dengan keseimbangan batin itu"

Dengan memiliki upekkha ini, maka kita akan dapat mencapai Jhana yang ke IV, sedangkan melalui perkembangan cinta kasih (metta) kasih sayang (karuna) dan simpati terhadap kebahagiaan dan keberhasilan seseorang (mudita) kita akan sampai pada Jhana III. Bilamana pikiran kita telah benar-benar terpusat, maka pikiran kita menjadi tenang dan kita tidak lagi dapat terpengaruh oleh hal-hal yang jahat, yang tidak baik. Untuk mencapai perkembangan batin ini, kita harus melatih diri untuk mengembangkan metta, karuna, mudita didalam hati nurani kita, sehingga kita benar-benar memiliki pedoman serta landasan hidup yang kokoh, yang dapat menjadi kendaraan bagi hidup kita.

Demikianlah bila kita telah berhasil melatih diri dalam upaya kita untuk mengembangkan Catur Paramitha atau empat sifat Ketuhanan tersebut, yakni mengembangkan cinta kasih melalui meditasi metta bhavana, mengembangkan kasih sayang melalui meditasi karuna bhavana, mengembangkan perasaan simpati terhadap kebahagiaan dan keberhasilan orang lain melalui meditasi mudita bhavana dan mengembangkan keseimbangan batin melalui meditasi upekkha bhavana, maka kita akan berhasil mencapai Brahma Vihara yakni suatu kediaman yang luhur, serta kediaman yang bahagia yang sering juga disebut kediaman Tuhan.

Saddhu... Saddhu... Saddhu...


No comments: