Saturday, August 02, 2008

Kerangka Dasar Agama Buddha

Tiga Kerangka Dasar Agama Buddha

Sebagai umat baragama Buddha, dalam upaya kita untuk dapat menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma secara bulat dan utuh, kita harus dapat memahami ajaran agama Buddha yang merupakan kerangka dasar dari agama Buddha, yakni ajaran tentang Sradha(Saddha), Sila dan Bhakti. Tiga kerangka dasar agama Buddha ini merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Didalam mempelajari agama Buddha untuk dapt memahaminya dan kemudian menghayati serta mengamalkannya secara bulat dan utuh, kita harus mempelajari ajaran tentang Sradha, Sila dan Bhakti.

Saddha (Sradha)
Selaku umat Buddha kita wajib mempunyai keyakinan atau iman yang didalam agama Buddha disebut Sradha (Saddha) yang berarti keyakinan, kepercayaan yang dimiliki oleh umat Buddha, berdasarkan atas pengertian yang benar, bukan kepercayaan yang membuta yang tidak berdasarkan atas pengertian yang benar.

Timbulnya Sradha (Saddha)

Sradha itu timbul didalam diri kita:

Pertama: Karena kita datang, melihat dan mengalami sendiri kejadian tersebut yang sering disebut dengan "Ehipassiko". Misalnya untuk mengetahui akibat dari letusan gunung berapi, kita datang, melihat dan mengalami sendiri (Ehipassiko), sehingga dengan demikian kita benar-benar mempunyai keyakinan bahwa musibah sebagai akibat dari meletusnya gunung berapi sungguh sangat menyedihkan sekali.

Kedua: Karena kita percaya kepada orang yang mengajarkan dharma itu, yaitu Sang Buddha. Kepercayaan dan keyakinan itu timbul setelah membaca dan mempelajari riwayat Sang Buddha dan kemudian menghayati dan mengamalkan ajaranNya.

Ketiga: Karena kita melihat adanya gejala-gejala atau tanda-tanda yang timbul. Misalnya kita melihat adanya api keluar dari liubang kepundan gunung berapi disertai dengan suara ledakan yang dahsyat. dengan melihat tanda-tanda ini kita mengetahui bahwa gunung berapi meletus.

Dari ketiga hal yang dapat menimbulkan Sradha tersebut, yang terpenting adalah Sradha yang timbul dari Ehipassiko, yakni datang, melihat dan mengalami. Karena itu bilamana kita hendak membuktikan kebenaran dari Buddha Dharma, kita harus dapat menghayati dan mengamalkannya sendiri secara terus-menerus dan berkesinambungan. Kebenaran ajaran agama, tidak dapat diketahui dalam waktu yang singkat, tidak seperti kita menggigit sebuah cabe, begitu tegigit sudah terasa pedasnya, tetapi kita bar dapat mengetahuinya dalam jangka waktu yang lama. Kebenaran ajaran agama dapat terbukti melalui pengalaman yang terus-menerus dan kontinu yang kemudian tercermin dalam tingkah laku dan sikap kita.

Sad-Saddha (Sradha)

Sebagai umat beragama Buddha, kita wajib memiliki enam keyakinan yang disebut Sad-Saddha:

  1. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Keyakinan terhadap Tri Ratna/Ti Ratana.
  3. Keyakinan terhadap adanya Bodhisattva, Arahat dan Buddha.
  4. Keyakinan terhadap adanya Hukum Kesunyataan.
  5. Keyakinan terhadap Kitab Suci.
  6. Keyakinan terhadap Nirvana/Nibbana.

Sila

Disamping kita wajib memiliki keyakinan terhadap Sad-Saddha, kita juga berkeyakinan unutuk berusaha melaksanakan Sila dalam kehidupan kita. Sila adalah perbuatan yang baik, yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani, yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Manusia susila menurut agama Buddha ialah manusia yanng dapat berkata dan berbuat serta berpenghidupan yang benar. Selanjutnnya sebagai umat beragama Buddha kita wajib memahami dan melaksanakan tata kebaktian dan upacara agama Buddha, yang termaktub dalam ajaran tentang Bhakti.

Jadi sebagai umat Buddha kita harusnya dapat menghayati dengan hati nurani kita tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa, Tri Ratna, adanya para Bodhisattva, Arahat dan Para Buddha, tentang adanya Hukum Kesunyataan dan tentang kebenaran dari Kitab Suci agama Buddha serta tentang adanya Nirvana/Nibbana. Disamping itu kita berkewajiban untuk selalu berusaha untuk dapat melaksanakan Sila, yakni Berkata, Berbuat dan Berpenghidupan yang benar dan mempunyai rasa sujud dan Bhakti kepada yang wajib kita hormati dan kita sujudi, yang kita lakukan melalui kebaktian, baik di Vihara, Cetiya, maupun ditempat lainnya.

Bhakti

Kerangka dasar yang ketiga adalah Bhakti. Bhakti artinya ritual, puja bhakti, sembahyang. Semua agama memiliki tata puja bakti dan tata upacara.

Kerangka dasar agama Buddha yakni Saddha, Sila dan Bhakti merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena itu kita wajib menghayati dan mengamalkan Saddha, Sila dan Bhakti ini.

1 comment:

Unknown said...

Terima kasih