Sunday, August 03, 2008

Hakekat Tuhan Yang Maha Esa

Di dalam Kitab Suci Udana VIII : 3 hakekat Tuhan Yang Maha Esa dilukiskan sebagai berikut:
"Ketahuilah O para bikkhu, bahwa ada Sesuatu yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, Duhai para bikkhu, apabila tidak ada yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak mungkin kita akan dapat bebas dari kelahiran, dari penjelmaan, pemunculan dari sebab yang lalu".
Lebih dari 2530 tahun yang lalu, kurang lebih 600 tahun SM, ketika banyak negara didunia ini belum akrab, saat teknologi sama sekali belum maju seperti sekarang, Pertapa Gautama dengan kekuatan sendiri, mencari, berjuang, mempertaruhkan hidupnya, hingga mencapai Penerangan Sempurna, perjuangan itu semata-mata didorong keagungan rasa kemanusiaan beliau. Persoalan-persoalan penderitaan, kesengsaraan, kegagalan, menggerakan nurani beliau, untuk meninggalkan kedudukan sebagai putera mahkota, memilih menjadi Pengabdi Agung bagi dunia ini, hingga hari ini.

Meskipun lebih dari 2500 tahun yang lalu, suara manusia luar biasa, Sang Buddha Gautama itu masih terdengar, semakin terdengar dan lebih jelas terdengar. Mengapa demikian? Suara beliau mungkin kurang menarik. Kurang menarik bagi sebagian orang, karena Sang Buddha Gautama hadir ditengah-tengah kita dengan pertama kali meminta kita untuk : Jangan Mengingkari Diri Sendiri!

Salah satu kesulitan terbesar manusia adalah melihat kekurangan dan kesulitan dirinya sendiri. Berat, pahit, untuk melihat kekurangan diri sendiri. Kita ingin berpaling cepat, lari dari segala macam kesulitan dan kegagalan. Dengan berbagai harapan berusaha menutupi segala macam persoalan-persoalan kehidupan ini. Dan memang, Harapan adalah paling menyenangkan untuk menyembunyikan penderitaan.

Cukup berat ajakan Sang Buddha, tetapi ajakan beliau yang berat itu adalah benar. Lihatlah kehidupan ini dengan wajar, apa adanya. Lihatlah segala kekurangan dan penderitaannya. Dengan berpandangan demikian, kita tidak melihat kehidupan ini sebagai emas dan juga tidak hanya sebagai kotoran. Sulit melihat kenyataan, lebih-lebih kenyataan diri sendiri, tetapi dengan melihat kenyataan akan membuat kita berpikir dewasa.

Berani melihat kenyataan dengan wajar, mengetahui sebab penderitaan, mengatasi sebab itu, untuk mewujudkan hidup harmoni dan penuh bahagia. Inilah pandangan SangBuddha Gautama tentang kehidupan.
Tampa pandangan yang benar tentang kehidupan ini, manusia sering melarikan diri dari kenyataan. Menutupi persoalan dengan mencari kenikmatan. menghindari kesukaran dengan mengejar kesenangan. Ini bukan menyelesaikan persoalan, tetapi bahkan membuat penderitaan baru.

Karena itu, janganlah lari dari diri sendiri! Kembalilah pada diri seutuhnya, dengan kembali pada diri sendiri akan melihat diri sendiri. Dengan melihat diri sendiri, maka akan menyadari kekurangan dirinya. Menyadari kekurangan dirinya membangkitkan semangat untuk membangun mencapai kehidupan sejahtera. Dan Sang Buddha Gautama menunjukan dengan jelas arah kemana kita harus bangkit membangun kehidupan ini menuju kedamaian dan kebahagiaan yang utuh.

Sejak tercapainya Penerangan Sempurna pada purnama bulan Waisak, Sang Buddha Gautama melihat hakekat Tuhan. Selama manusia tidak melihat hakekat Tuhan, tidak mungkin manusia bebas dari persoalan penderitaan.

Tuhan itulah Esa, Tidak Dilahirkan, tetapi Tercipta dan Mutlak. Hakekat tertinggi dari segala sesuatu. Tuhan adalah Asankatha Dharma, bukan dukkha, bukan penderitaan, bukan kesengsaraan, bukan kelahiran kembali, bukan dewa, bukan semesta alam ini.

Karena tidak menyadari hakekat Tuhan, tidak melihat hakekat itu, manusia lair kembali berulang-ulang dalam penderitaan. Sehingga setiap mereka mengatasi persoalan-persoalan hidup tidak membawanya menuju Tuhan, tetapi malah menambah penderitaan dan persoalan baru.

Tuhan adalah hakekat tertinggi, Tuhan adalah tujuan tertinggi, dan keyakinan ini adalah keyakinan yang harus hidup dalam sanubari setiap umat Buddha, bukan keyakinan mati.

Keyakinan yang hidup adalah keyakinan yang membuat kita berani menghadapi kenyataan hidup ini. Keyakinan yang hidup membawa manusia tidak lari mengingkari dirinya sendiri. Keyakinan demikian membangkitkan semangat mengatasi kesulitan, menyelesaikan persoalan, menghancurkan penderitaan, memutuskan kelahiran kembali, dengan cara yang benar, dengan jalan Dharma, unutk mencapai Kebahagiaan Utuh.

No comments: