Friday, September 12, 2008

Devata Samyutta

BAB I
DEVATA SAMYUTTA

Khotbah-khotbah yang Berhubungan dengan Devata

I. BULUH

1 (1) Menyeberangi Banjir

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, taman Ananthapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Tuan yang baik, bagaimana engkau dulu menyeberangi banjir ?”1

“Dengan cara tidak berhenti, sahabat, dan dengan tidak menegang aku menyeberangi banjir.”2

“Tetapi bagaimana caranya, tuan yang baik, dengan tidak berhenti dan dengan tidak menegang engkau dulu menyeberangi banjir?”

“Bila aku berhenti, sahabat, maka aku tenggelam; tetapi bila aku meronta, maka aku terbawa arus. Dengan cara inilah, sahabat, dengan tidak berhenti dan tidak menegang aku menyeberangi banjir.”3 <2>

[Devata:]

1 “Setelah lama akhirnya saya melihat
Seorang brahmana yang sepenuhnya padam,
Yang dengan tidak berhenti, tidak menegang,
Telah menyeberangi kemelekatan pada dunia.”4

Itulah yang dikatakan devata tersebut.5 Sang Guru menyetujui. Kemudian, dengan berpikir, “Sang Guru telah menyetujui saya,” devata tersebut memberi hormat kepada Yang Terberkahi. Dan dengan menjaga Beliau di sisi kanannya, devata itu lenyap seketika itu juga. [2]


2 (2) Emansipasi

<3> Di Savatthi. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Tuan yang baik, apakah engkau mengetahui emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk?”(6)

“Aku tahu, sahabat, emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk.”

“Tetapi dengan cara apa, tuan yang baik, engkau mengetahui emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk?”

[Yang Terberkahi:]

2 “Dengan hancur totalnya sukacita dalam dumadi.7
Dengan lenyapnya persepsi dan kesadaran,
Dengan berhenti dan reanya perasaan:<4>
Demikianlah, sahabat, aku mengetahui bagi para makhluk –
Emansipasi, pembebasan, kesendirian.”8

3 (3) Mencapai

Di Savathi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

3 “Kehidupan berlalu pergi, sungguh pendek rentang kehidupan ini:
Tak ada perlindungan bagi orang yang telah mencapai usia tua.
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagian.”9

[Yang Terberkahi]

4 “Kehidupan berlalu pergi, sungguh pendek rentang kehidupan ini;
Tak ada perlindungan bagi orang yang telah mencapai usia tua
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian seharusnya meninggalkan umpan dunia.”10 [3] <5>

4 (4) Waktu Berlalu

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

5 “Waktu berlalu, malam-malam dengan cepat lewat;
Tahap-tahap kehidupan silih berganti meninggalkan kita.11
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagiaan.”

[Yang Terberkahi:]

6 “Waktu berlalu, malam-malam dengan cepat lewat;
Tahap-tahap kehidupan silih berganti meninggalkan kita.
Karena dengan jelas melihat bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian dunia seharusnya meninggalkan umpan dunia.”

5 (5) Berapa Banyak Seseorang Harus Memotong ?

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

7 “Berapa banyak seseorang harus memotong, berapa banyak meninggalkan
Dan berapa banyak selanjutnya seseorang harus mengembangkan?
Bhikkhu yang telah mengatasi berapa banyak ikatan
Disebut penyerang banjir?”

[Yang Terberkahi:] <6>

8 “Seseorang harus memotong lima, meninggalkan lima,
Dan selanjutnya harus mengembangkan lima lagi.
Bhikkhu yang telah mengatasi lima ikatan
Disebut penyeberang banjir.”12

6 (6) Terjaga

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

9 “Berapa banyak orang yang tertidur ketika [yang lain] terjaga?
Berapa banyak yang terjaga ketika [yang lain] tertidur?
Dengan berapa banyak orang mengumpulkan debu?
Dengan berapa banyak orang dimurnikan?”

[Yang Terberkahi:]

10 “Lima tertidur ketika [yang lain] terjaga ;
Lima terjaga ketika [yang lain] tertidur.
Dengan lima hal orang mengumpulkan debu,
Dengan lima hal orang dimurnikan.'13 [4] <7>

7 (7) Belum menembus

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

11 “Mereka yang belum menembus segala sesuatu,
Yang dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Tertidur pulas, mereka belum terjaga:
Sudah waktunya bagi mereka untuk terjaga.”14

[Yang Terberkahi:]

12 “Mereka yang telah menembus segala sesuatu dengan baik,
Yang tidak dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Mereka yang terjaga, karena telah tahu dengan benar,
Menjalani hidup dengan mantap di antara yang tidak mantap.”15

8 (8) Sepenuhnya Kacau

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

13 “Mereka yang sepenuhnya kacau tentang segala sesuatu,
Yang dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain, <8>
Tertidur pulas, mereka belum terjaga:
Sudah waktunya bagi mereka untuk terjaga.”

[Yang Terberkahi:]

14 “mereka yang tidak kacau tentang segala sesuatu,
Yang tidak dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Mereka yang terjaga, karena telah tahu dengan benar,
Menjalani kehidupan dengan mantap di antara yang tidak mantap.”

9 (9) Orang yang Cenderung Sombong

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang teberkahi:

15 “Tidak ada penjinakan di sini bagi orang yang suka sombong,
Tidak juga ada kepetapaan bagi yang tidak berkonsentrasi:
Walaupun berdiam sendiri di hutan, tidak berhati-hati,
Orang tidak dapat ke pantai seberang melampaui alam Kamatian.”16

[Yang Terberkahi:]

16 “Setelah meninggalkan kesombongan, berkonsentrasi dengan baik,
Dengan pikiran yang tinggi, di mana-mana terbebas:<9>
Sementara berdiam sendiri di hutan, rajin,
Orang dapat menyeberang melampaui alam Kematian,”17

10 (10) Hutan

Di Savatthi. Sambil berdidi di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

17 “Mereka yang berdiam jauh di dalam hutan,
Damai, menjalani kehidupan suci,
Makan hanya satu kali sehari:
Mengapa air muka mereka begitu tenang?”18

[Yang Terberkahi:]

18 “Mereka tidak menyesali masa lampau,
Tidak pula mereka merindukan masa depan.
Mereka mempertahankan diri dengan apa yang ada:
Karena itulah air muka mereka begitu tenang.

19 “Karena merindukan masa depan,
Karena menyesali masa lampau,
Orang-orang dungu mengering dan melayu
Bagaikan alang-alang hijau yang ditebas.”

II. NANDANA

11 (1) Nandana

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Di sana Yang Terberkahi berbicara kepada para bhikkhu demikian:”Para bhikkhu!”

“Yang Mulia Bhante,” jawab para bhikkhu. Yang Terberkahi berkata demikian:

“Pada suatu ketika di masa lalu, para bhikkhu, satu devata dari kelompok Tavatimsa sedang bersuka ria di Hutan Nandana,<11> memiliki dan melengkapi dengan lima tali kesenangan indera surgawi, ditemani oleh kelompok peri surgawi. Pada kesempatan itu, dia menyampaikan syair ini:

20 “Mereka tidak mengetahui kebahagiaan
Yang belum melihat Nandana,
Kediaman para dewa pria yang megah
Yang merupakan milik kelompok Tiga Puluh Dewa.'19 [6]

“Ketika hal ini dikatakan, para bhikkhu, satu devata menjawab devata tersebut dengan syair:

21 “Tidakkah engkau mengetahui, hai si tolol,
Peribahasa para Arahat?
Tidaklah kekal semua bentukan;
Sifatnya adalah muncul dan berhenti:
Setelah muncul, mereka berhenti:
Redanya bentukan-bentukan itulah kebahagiaan.'”20

12 (2) Sukacita

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:<12>

22 “Orang yang mempunyai putra bersikacita dalam putra-putranya,
Orang dengan ternak bersukacita dalam ternaknya.
Perolehan sungguh merupakan sukacita manusia;
Tanpa perolehan orang tidak bersukacita.”21

[Yang Terberkahi:]

23 “Orang yang mempunyai putra bersedih atas putra-putranya
Orang dengan ternak bersukacita dalam ternaknya.
Perolehan sungguh merupakan kesedihan manusia;
Tanpa perolehan orang tidak bersedih.”

13 (3) Tak ada yang Setara dengan itu bagi Seorang Putra

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

24 “Tak ada kasih sayang seperti kasih sayang bagi seorang putra,
tak ada kekayaan setara dengan ternak,
Tak ada cahaya yang seperti matahari,
Di antara air, samuderalah yang paling tinggi.22

[Yang Terberkahi:]

25. "Tak ada kasih sayang seperti kasih sayang bagi diri sendiri,
Tak ada kekayaan yang setara dengan biji-bijian,
Tak ada sinar yang seperti kebijaksanaan,
Di antara air, hujanlah yang paling tinggi.<13>

14 (4) Khattiya

26 “Khattiya adalah yang terbaik di antara maklhuk berkaki dua,
Lembu, yang terbaik di antara yang berkaki empat;
Perawan adalah yang terbaik dari para istri,
Yang dilahirkan pertama, yang terbaik dari para putra.”23

27 “Buddha adalah yang terbaik di antara maklhuk berkaki dua,
Kuda, yang terbaik di antara yang berkaki empat;
Perempuan yang taat adalah yang terbaik dari para istri,
Putra yang berbakti, yang terbaik dari para outra.”[7]

15 (5) Bergumam

28 “Ketika jam tengah hari tiba
Dan burung-burung telah hinggap,<14>
Hutan yang megah itu sendiri bergumam:
Betapa mengerikan hal itu tampak olehku!”24

29 “Ketika jam tengah hari tiba
Dan burung-burung telah hinggap, <14>
Hutan yang megah itu sendiri bergumam:
Betapa menyenangkan hal itu tampak olehku!”

16 (6) Kantuk dan Kemalasan

30 “Kantuk, kemalasan, peregangan yang malas, <15>
Tak puas hati, lamban setelah makan:
Karena ini, di antara para makhluk di sini,
Jalan mulia tidaklah muncul.”

31 “Kantuk, kemalasan, peregangan yang malas,
Tak puas hati, lamban setelah makan:
Ketika orang menghalau ini dengan semangat,
Jalan mulia pun terbuka.”25

17 (7) Sulit Dipraktekkan

32 “Kehidupan petapa sulit dipraktekkan
Dan sulit bagi yang tidak cocok untuk bertahan,
Ada bayak penghalang di sana
Di mana orang tolol gagal.”

33 “Berapa hari orang dapat mempraktekkan kehidupan petapa
Jika orang tidak mengendalikan pikirannya?
Orang akan gagal pada setiap langkah
Di bawah pengaruh niat seseorang.”26

34 “Dengan menarik buah pikiran
Seperti penyu menarik kaki tangannya ke dalam batoknya, <16>
Mandiri, tidak mengganggu yang lain, sepenuhnya padam,
Seorang bhikkhu tidak akan menyalahkan siapapun.”27

18 (8) Rasa Malu

35 “Adakah orang di suatu tempat di dunia
Yang terkendali oleh rasa malu,
Orang yang menarik diri dari kesalahan
Seperti kuda yang baik menarik diri dari cambuk?”28

36 “memang sedikit mereka yang terkendali oleh rasa malu
Yang menjalani kehidupan selalu waspada;
Sedikit, setelah mencapai akhir penderitaan,
Menjalani kehidupan dengan mantap di antara yang tidak mantap.”[8] <17>

19 (9) Gubuk Kecil

37 Tidaklah engkau memiliki gubuk kecil ?
Tidakkah engkau memiliki sarang kecil?
Tidakkah engkau memiliki garis-garis yang diperpanjang?
Apakah engkau bebas dari belenggu?”

38 “Sudah pasti aku tidak memiliki gubuk kecil,
Sudah pasti aku tidak memiliki sarang kecil,
Sudah pasti aku tidak memiliki garis-garis yang diperpanjang,
Sudah pasti aku bebas dari belenggu.”29

39 “Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut gubuk kecil?
Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut sarang kecil?
Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut garis-garis yang diperpanjang?
Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut belenggu?”30

40 “Ibulah yang kau sebut gubuk kecil,
Istri yang kau sebut sarang kecil, <18>
Putra-putralah yang kau sebut garis-garis yang diperpanjang,
Nafsu keinginanlah yang kau beritahukan sebagai belenggu.”

41 “memang baik pula engkau tidak memiliki gubuk kecil,
Baik bila engkau tidak memiliki sarang kecil,
Baik bila engkau tidak memiliki garis-garis yang diperpanjang,
Baik bila engkau bebas dari belenggu.”

20 (10) Samiddhi

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha di Taman Sumber Air Panas. Pada saat itu, Y.M. Samiddhi,. Setelah bangun ketika cahaya kemerahan pertama muncul di fajar hari, pergi ke sumber air panas untuk mandi. Setelah mandi di sumber air panas dan telah keluar dari situ, dia berdiri dengan mengenakan selembar jubah sambil mengeringkan kaki dan tangannya.

Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh sumber air panas tersebut, mendatangi Y.M. Samiddhi. Setelah mendekat, devata perempuan itu berdiri di udara dan berbicara kepada Y.M. Samiddhi dengan syair.'31 <19>

42 “Tanpa menikmati engkau mengumpulkan dana makan, bhikkhu,
Engkau tidak mencari makanan setelah engkau menikmatinya.
Pertama-tama nikmatilah, bhikku, kemudian carilah dana makanan:
Jangan biarkan waktu melewatimu!”[9]

43 “Saya tidak tahu jam berapa ini;
Waktu bersembunyi dan tak dapat dilihat.
Jadi, tanpa menikmati, saya mengumpulkan dana makanan:
Jangan biarkan waktu melewatiku!”32

Kemudian devata itu turun ke bumi dan berkata kepada Y.M. Samiddhi: ‘Engkau telah meninggalkan keduniawian sementara masih muda, bhikkhu, pemuda dengan rambut hitam, yang memiliki berkah kemudaan, di masa puncak kehidupan, tanpa pernah bermain –main dengan kesenangan-indera. Nikmatilah kesenangan-indera manusia, wahai bhikkhu; jangan meninggalkan pa yang langsung terlihat untuk mengejar apa yang makan waktu.”

“Saya bukannya meninggalkan apa yang langsung terlihat, sahabat, untuk mengejar apa yang makan waktu. Saya justru telah meninggalkan apa yang makan waktu untuk mengejar apa yang langsung terlihat. <20> Karena Yang Terberkahi, sahabat, telah mengatakan bahwa kesenangan-kesenangan indera justru membuang-waktu, penuh dengan penderitaan, penuh dengan keputusasaan, dan bahaya di dalam tetap lebih besar. Namun Dhamma ini langsung terlihat, langsung dapat dipraktekkan, mengundang orang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.”33

“Bagaimana mungkin, bhikkhu, Yang Terberkahi telah mengatakan bahwa kesenangan-kesenangan indera justru membuang waktu, penuh dengan penderitaan, penuh dengan keputus-asaan, dan bahaya di dalamnya tetap lebih besar? Bagaimana mungkin Dhamma ini langsung terlihat, langsung dapat dopraktekkan, mengundang orang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana?”

“Saya baru saja ditasbihkan, sahabat, belum lama meninggalkan keduniawian, baru saja bertemu Dhamma dan vinaya ini. Saya tidak dapat menjelaskannya secara mendetil. Tetapi Yang Terberkahi, Sang Arahat, Yang Tercerahkan Sempurna, sedang berdiam di Rajagaha di Taman Sumber Air Panas. Datanglah pada Yang Terberkahi itu dan bertanyalah kepada Beliau tentang hal ini. Sebagaimana Beliau menerangkannya kepadamu, demikianlah engkau harus mengingatnya.”

“Tidak mudahlah bagi kami untuk mendekati Yang Terberkahi, wahai bhikkhu, karena Beliau dikelilingi oleh devata-devata lain yang memiliki pengaruh besar.34 Seandainya engkau mau datang pada Beliau <21> dan bertanya hal ini, kami akan ikut juga untuk mendengarkan Dhamma.”

“Baiklah, sahabat, jawab Y.M. Samiddhi. Maka Y.M. Samiddhi mendatangi Yang Terberkahi, memberi hormat kepada beliau, duduk di satu sisi, [10] dan melaporkan seluruh diskusi dengan devata itu, [11] <22-23.>

Ketika hal ini dikatakan, devata tersebut berkata kepada Y.M. Samiddhi: “Bertanyalah, Bhikkhu! Bertanyalah, Bhikkhu! Karena saya telah tiba.”

Kemudian Yang Terberkahi berbicara kepada devata itu dengan syair:

46 “Para makhluk yang memahami apa yang dapat diekspresikan
Menjadi mantap di dalam apa yang dapat diekspresikan. <24>
Karena tidak sepenuhnya memahami apa yang dapat diekspresikan,
Mereka jatuh di bawah kuk Kematian.35

47 “Tetapi setelah sepenuhnya memahami apa yang dapat diekspresikan,
Seseorang tidak memahami ‘dia yang mengekspresikan.'
Karena baginya hal seperti itu tidak ada
Yang dapat digunakan orang untuk menggambarkan dia.36

“Jika engkau memahami, wahai makhluk halus, berbicaralah.”

“Saya tidak memahami secara mendetil, Yang Mulia Bhante, arti dari apa yang secara ringkas telah dinyatakan oleh Yang Terberkahi. Saya mohon, Yang Mulia Bhante, sudilah Yang Terberkahi menjelaskannya kepada saya dengan cara sedemikian sehingga saya bisa memahami secara mendetil arti dari apa yang secara ringkas telah Beliau nyatakan.”[12]

[Yang Terberkahi:]

48 “Dia yang memahami ‘Aku sama, lebih baik, atau lebih buruk,'
Karena hal itu mungkin terlibat dalam peselisihan.
Tetapi dia yang tidak tergoyah dalam tiga perbedaan
Tidak terpikir, ‘aku sama atau lebih baik.'37 <25>

“jika engkau memahami, wahai makhluk halus, berbicaralah,”

“Dalam hal ini juga, Yang Mulia Bhante, Saya tidak memahami secara mendetil … sudilah Yang Terberkahi menjelaskannya kepada saya dengan cara sedemikian sehingga saya bisa memahami secara mendetil arti dari apa yang secara telah beliau nyatakan.”

[Yang Terberkahi:]

49 “Dia telah meninggalkan perkiraan, tidak memangku kesombongan;38
Dia telah memotong nafsu di sini untuk batin-dan-bentuk.
Walaupun para dewa dan manusia mencarinya
Di sini dan di luar sana, di surga dan di semua kediaman,
Mereka tidak menemukan dia yang simpul-simpulnya telah terpotong,
Dia yang tak terganggu, yang bebas dari kerinduan.

“Jika engkau memahami, wahai maklhuk halus, berbicaralah.”

“Saya memahami secara mendetil, Yang Mulia Bhante, artinya dari apa yang secara ringkas telah dinyatakan oleh Yang Terberkahi demikian:<26>

50 “Orang seharusnya tidak melakukan kejahatan di semua dunia,
Tidak melalui ucapan, pikiran, atau tubuh.
Setelah meninggalkan kesenangan-kesenangan indera,
Waspada dan secara jernih memahami,
Orang seharusnya tidak mengejar suatu jalan
Yang menyakitkan dan merugikan.”39

III. PEDANG

21 (1) Pedang

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

51 “Bagaikan dihantam oleh pedang,
Seolah-oleh kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu seharusnya berkelana dengan waspada
Untuk meninggalkan nafsu indera.”

[Yang Terberkahi:]

52 “Bagaikan dihantam oleh pedang,
Seolah-olah kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu seharusnya berkelana dengan waspada
Untuk meninggalkan pandangan tentang identitas.”40

22 (2) Itu menyentuh <28>

53 “Itu tidak menyentuh dia yang tidak menyentuh,
Tetapi kemudian akan menyentuh dia yang menyentuh.
Oleh karenanya, itu menyentuh dia yang menyentuh,
Dia yang menyalahkan orang yang tak bersalah.”41

54 “Jika orang menyalakan orang yang tak bersalah,
Orang yang murni tanpa roda,
Kejahatan akan berbalik menghantam si tolol itu sendiri
Bagaikan debu halus yang dilemparkan melawan angin.”42

23 (3) Kekusutan

55 “Kekusutan di dalam, kekusutan di luar,
Generasi ini terjerat dalam suatu kekusutan.
Saya menanyakan ini padamu, O Gotama,
Siapa yang dapat mengurangi kekusutan ini?”43 <29>

56 “Manusia yang mantap di dalam moralitas, bijaksana,
Yang mengembangkan pikiran dan kebijaksanaan,
Bhikkhu yang rajin dan berhati-hati:
Dia dapat menguraikan kekusutan ini.44

57 “Mereka yang nafsu dan kebencian
Bersama dengan ketidak-tahuannya telah dihapus,
Para Arahat dengan noda-noda yang telah dihancurkan:
Bagi mereka kekusutan ini telah diurai.45

58 “Di mana batin-dan bentuk berhenti,
Behenti tanpa sisa,
Demikian juga pergeseran dan persepsi tentang bentuk:
Di sinilah kekusutan ini dipotong.'46 [14]

24 (4) Pengendalian di dalam Pikiran

59 “ dari apa pun yang dikendalikan orang di dalam pikiran,
Dari situ tidak ada penderitaan yang menimpanya.<30>
Seandainya orang mengendalikan di dalam pikiran dari segalanya,
Dia terbebas dari semua penderitaan.”

60 “Orang tidak perlu mengendalikan di dalam pikiran dari segalanya
Bila pikiran telah ada di bawah kendali
Dari apa pun yang menyebabkan kejahatan datang,
Dari sinilaj orang harus mengendalikan di pikiran.”47

25 (5) Arahat

61 “Jika seorang bhikkhu adalah arahat,
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Orang yang menanggung tubuh terakhirnya,
Apakah dia masih berkata, ‘Saya berbicara'?
Dan apakah dia berkata,”Mereka berbicara kepadaku'?”48

62 “Jika seorang bhikkhu adalah Arahat, <31>
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Dia yang menanggung tubuh terakhirnya,
Dia mungkin masih berkata, ‘Saya berbicara,'
Dan dia mungkin berkata, ‘Mereka berbicara kepadaku.'
Terampil, mengetahui gaya percakapan dunia,
Dia menggunakan istilah-istilah sedemikian hanya sebagai ekspresi.”49

63 “Bila seorang bhikkhu adalah Arahat,
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Dia yang menanggung tubuh terakhirnya,
Apakah karena dia telah menemukan kesombongan
Sehingga dia berkata, ‘Saya berbicara,'
Sehingga dia berkata, ‘Mereka berbicara kepadaku'?”50

64 “Tidak ada simpul bagi dia yang telah meninggalkan kesombongan;
Baginya semua simpul kesombongan telah habis.
Walaupun orang bijak telah mentransendenkan yang dipahami,[15]
Dia mungkin masih berkata, ‘Saya berbicara,'
Terampil, mengetahui gaya percakapan dunia,
Dia menggunakan istilah-istilah sedemikian hanya sebagai ekspresi.”51

26 (6) Sumber-sumber Sinar

65 “Berapa banyakkah sumber sinar yang ada di dunia
Yang dengannya dunia diterangi?
Kami telah datang untuk menanyakan ini kepada Yang Terberkahi:
Bagaimana kami harus memahaminya?”

66 “Ada empat sumber sinar di dunia;
Yang kelima tidak ditemukan di sini.
Matahari bersinar pada siang hari,
Rembulan menerangi di malam hari,

67 “Dan api menyala di sana sini
Baik siang maupun malam
Tetapi Buddha adalah yang terbaik dari mereka yang bersinar:<33>
Beliau adalah sinar yang tak-tertandingi.”

27 (7) Arus-arus

68 “dari manakah arus-arus berbalik?
Di manakah putaran itu tidak lagi berpusar?
Dimanakah batin-dan-bentuk berhenti,
Berhenti tanpa sisa?”

69 “Di tempat air, bumi, api, dan udara,
Tidak memperoleh pijakan:
Dari sinilah arus-arus itu berbalik,
Di sinilah putaran itu tidak lagi perpusar;
Disinilah batin-danbentuk berhenti,
Berhenti tanpa sisa.”52

28 (8) Mereka dengan Kekayaan Besar <34>

71 53”Mereka yang besar kekayaan dan harta miliknya,
Bahkan para khattiya yang menguasai negeri.
Saling memandang dengan mata keserakahan,
Tidak terpuaskan dalam nafsu-nafsu indera.

72 Di antara meraka yang telah menjadi begitu keranjingan,
Yang mengalir bersama arus kehidupan,
Siapa di sini yang telah meninggalkan nafsu keinginan?
Siapa di dunia ini yang tidak lagi keranjingan?”54

73 “Setelah meninggalkan rumah dan meninggalkan keduniawian,
Setelah meninggalkan putra dan ternak yang disayangi,
Setelah meninggalkan nafsu jasmani dan kebencian,<35>
Setelah menghapus ketidak-tahuan-
Para Arahat dengan noda yang telah dihancurkan
Adalah mereka di dunia yang tidak lagi keranjingan.”[16]

29 (9) Empat Roda

74 “Memiliki empat roda dan sembilan pintu,
Yang terisi penuh dan terikat dengan keserakahan,
Terlahir dari rawa, O pahlawan besar!
Bagaimana orang lolos darinya?”55

75 “Setelah memotong tali dan pengikatnya,
Setelah memotong nafsu yang jahat dan keserakahan,
Setalah menarik nafsu keinginan sampai akarnya:
Demikianlah orang lolos darinya.”56

30 (10) Betis Rusa <36>

76 “Setelah mendatangi engkau, kami mengajukan pertanyaan
Tentang pahlawan yang ramping dengan betis rusa,
Tanpa keserakahan, bertahan hidup dengan sedikit makanan,
Berkelana sendiri bagaikan singa atau naga,
Tanpa perduli akan kesenangan-kesenangan indera:
Bagaimana orang terbebas dari penderitaan?”57

77 “Lima tali kesenangan indera di dunia,
Dengan pikiran yang dinyatakan sebagai yang keenam:
Setelah menghapus nafsu di sini,
Demikianlah orang terbebas dari penderitaan.”58<37>

IV. KELOMPOK SATULLAPA

31 (1) Dengan yang Baik

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata yang termasukl kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, menghampiri Yang Terberkahi.59 Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi. [17]

Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang terberkahi:

78 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik; <38>
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang menjadi lebih baik, tak pernah lebih buruk.”

Kemudian lima devata lain secara bergantian megucapkan syair-syair mereka di hadapan Yang Terberkahi:

79 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Kebijaksanaan diperoleh, tetapi bukan dari yang lain.”60

80 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik, <39>
Orang tidak menderita di tengah penderitaan.”

81 “orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang bersinar di antara sanak-saudaranya.”

82 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setalah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para makhluk menjalani kehidupan menuju tempat yang baik.”

83 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik:
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setalah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para makhluk berdiam dengan nyaman.”61

Kemudian devata lain berkata pada Yang Terberkahi: ‘Yang mana, Yang Terberkahi, yang telah berbicara dengan baik?”

Kalian semua telah berbicara dengan baik dalam satu sisi.62 Tetapi dengarkan aku juga:[18]

84 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang terbebas dari semua penderitaan.”

Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Dengan sangat gembira, para devata itu memberi hormat kepada Yang Terberkahi. Dan, dengan tetap menjaga agar beliau tetap di sisi kanan mereka, mereka lenyap di sana juga.

32 (2) kekikiran

Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindhika. Kemudian , ketika suatu malam telah larut, sejumlah devata yang termasuk kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, menghampiri Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi [17]

Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

85 “Melalui kekikiran dan kelalaian
Suatu dana tidak diberikan.
Dia yang tahu, yang menginginkan jasa kebajikan, <40>
Sudaj pasti seharusnya memberikan dana.”

Kemudian satu devata lain mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

86 “Hal yang membuat orang kikir takut ketika dia tidak memberi
Justru merupakan bahaya yang datang pada yang tidak memberi.
Kelaparan dan kehausan yang ditakutkan si kikir
Menyerang si tolol itu di dunia ini dan di dunia berikutnya

87 “Karena itu, setelah menghilangkan kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.63
Tindakan-tindakan jasa merupakan penopang bagi makhluk hidup
[ketika mereka muncul] di dunia lain.”

Kemudian devata lain mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

88 “Mereka tidak mati di antara yang mati
Yang, bagaikan sesama pelancong di jalan,
Memberikan walaupun mereka hanya punya sedikit:
Ini adalah prinsip kuno.64 <41>

89 “Beberapa memberikan dari sedikit yang mereka miliki,
Yang lain yang kaya tidak suka memberi.
Persembahan yang diberikan dari yang sedikit yang dimiliki
Adalah sepadan dengan seribu kali nilainya.”[19]

Kemudian satu devata lain mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

90 “yang buruk tidak berusaha menyamai yang baik,
Yang memberikan apa yang sulit diberikan
Dan melakukan tindakan-tindakan yang sulit dilakukan:
Dhamma tentang yang baik sulit diikuti.

91 “Karena itu, tujuan mereka setelah kematian
Berbeda bagi yang baik dan yang buruk:
Yang buruk pergi ke neraka,
Yang baik pasti ke surga.”

Kemudian satu devata lain berkata kepada Yang Terberkahi: “Yang mana, Yang Terberkahi yang telah berbicara dengan baik?”

“Kalian semua telah berbicara dengan baik dalam satu sisi. Tetapi dengarkan aku juga: <42>

92 “Jika orang mempraktekkan Dhamma
Walaupun bertahan hidup dengan mengumpulkan sisa-sisa,
Jika sementara menopang istrinya
Dia memberikan dari sedikit yang dimilikinya,
Maka seratus ribu persembahan
Dari mereka yang mengorbankan seribu
Tidak sepadan bahkan dengan satu bagian
[Dari dana] orang seperti dia.”65

Kemudian satu devata lain berbicara kepada Yang Terberkahi dengan syair:

93 “mengapa pengorbanan mereka, yang banyak dan besar,
Tidak sama nilainya dengan dana orang yang luhur?
Mengapa seratus ribu persembahan
Dari mereka yang mengorbankan seribu,
Tidak sepadan bahkan dengan satu bagian
[Dari dana] orang seperti dia?”

Kemudian Yang Terberkahi menjawab devata itu dengn syair:

94 “Karena dia memberi sementara terbenam dalam ketidakluhuran,
Setelah membantai dan membunuh, menyebabkan kesedihan,
Persembahan mereka – yang penuh air mata, penuh kekerasan –
Tidak memiliki nilai dari dana orang yang luhur. <43>
Itulah sebabnya seratus ribu persembahan
Dari mereka yang mengorbankan seribu
Tidak sepadan bahkan dengan satu bagian
[Dari dana] orang seperti dia.” [20]

33 (3) Baik

Di Savatthi. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata yang termasuk kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi, dan berdiri di satu sisi.

Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi:

“Memberi adalah baik, tuan yang baik!

95”Melalui kekikiran dan kelalaian
Suatu dana tidak diberikan.
Orang yang tahu, yang menginginkan jasa kebajikan,
Sudah pasti seharusnya memberikan dana.”

Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi:

“Memberi adalah baik, tuan yang baik!”
Dan selanjutnya:
Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi dalah baik. <44>

96 “Beberapa memberikan dari yang sedikit yang mereka miliki,
Yang lain yang kaya tidak suka memberi.
Persembahan yang diberikan dari yang sedikit yang dimiliki
Adalah sepadan dengan seribu kali nilainya.”

Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan penuh inspirasi di hadapan Yang Terberkahi:

“Memberi adalah baik, tuan yang baik!
Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik
Dan selanjutnya:
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik.

97 “Memberi dan peperangan itu mirip, kata mereka:
Beberapa yang baik menaklukkan banyak.
Jika orang dengan keyakinan memberikan sekalipun sedikit,
Karena itu dia menjadi bahagia di dunia lain.”66

Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan penuh inspirasi di hadapan Yang Terberkahi:

“Memberi adalah baik, tuan yang baik!
bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik [21]
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik.
Dan selanjutnya:
Dana dari perolehan yang benar pun juga baik.<45>

98 “Ketika dia memberikan dana dari hasil perolehan yang benar
Yang diperoleh melalui usaha dan semangat,
Setelah melewati sungai Vetarani miliki Yama,
Maklhuk hidup itu tiba di keadaan-keadaan surgawi.”67

Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan penuh inspirasi di hadapan Yang terberkahi:

“Memberi adalah baik, tuan yang baik!
Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik;
Dana dari perolehan yang benar juga baik.
Dan selanjutnya:
Memberi secara pilih-pilih pun juga baik.68

99 “Memberi secara pilih-pilih dipuji oleh Yang Beruntung –
Kepada mereka yang pantas menerima persembahan
Di sini di dunia makhluk hidup.
Apa yang diberikan kepada mereka memberikan buah yang besar
Bagaikan benih-benih yang ditaburkan di ladang yang subur.”

Kemudian devata lain mengucapkan cetusan penuh inspirasi ini dihadapan Yang Terberkahi:

“Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik;
Dana dari perolehan yang benar juga baik.
Dan selanjutnya:
Memberi secara pilih-pilih pun juga baik.<46>
Dan selanjutnya:
Pengendalian diri terhadap makhluk hidup juga baik.

100 “Dia yang hidupnya tidak merugikan makhluk hidup
Tidak melakukan kejahatan karena takut dicela orang lain.
Karena itu mereka memuji yang takut, bukan yang berani,
Karena rasa takutlah maka yang baik tidak melakukan kejahatan.”

Kemudian satu devata lain berkata kepada Yang Terberkahi: [22] ‘Yang mana, Yang Terberkahi, yang telah berbicara dengan baik?”

“Kalian semua telah berbicara dengan baik dalam satu sisi. Tetapi dengarkan aku juga:

101 “Tentu saja memberi itu dipuji dalam banyak hal,
Tetapi jalan Dhamma melampaui memberi.
Karena di masa lalu dan bahkan jauh sebelumnya,
Mereka yang baik dan bijak mencapai Nibbana.”69

34 (4) Tidak ada <47>

Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Ananthapindika, ketika malam telah larut, sejumlah devata dengan keelokan yang memukau, yamg menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Tyerberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi, dan berdiri di satu sisi.

Kemudian satu devata, sambil bediri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

102 “Tidak ada di antara manusia
Kesenangan-kesenangan indera yang abadi;
Di sini hanya ada hal-hal yang diinginkan.
Bila orang terikat kepada hal-hal ini,
Lalai di antara hal-hal ini,
Dari alam kematian dia tidak mencapai
Keadaan yang – tidak – kembali – lagi.”70

[Devata lain:] “Kesengsaraan terlahir dari keinginan; penderitaan terlahir dari keinginan. Dengan lenyapnya keinginan, kesengsaraan pun hilang; dengan lenyapnya kesengsaraan, penderitaan pun hilang.”71

[Yang Terberkahi:]

103 “Bukanlah kesenangan-kesenangan indera, hal-hal indah di dunia itu:
Sensualitas manusia adalah niat nafsu jasmani.<48>
Hal-hal indah itu tetap seperti apa adanya di dunia ini
Tetapi para bijaksana melenyapkan nafsu akan hal-hal itu.72 [23]

104 “orang harus membuang kemarahan, membuang kesombongan,
Menstransendenkan semua belenggu.
Tidak ada penderitaan yang menyiksa orang yang tidak memiliki apa pun,
Yang tidak melewati batin-dan-bentuk.73

105 “Dia meninggalkan perkiraan, tidak memangku kesombongan;
Dia memotong nafsu keinginan di sini akan batin-batin bentuk.
Walaupun para dewa dan manusia mencarinya
Di sini dan di luar sana, di surga dan di semua kediaman,
Mereka tidak menemukan dia yang simpul-simpulnya telah dipotong,
Dia yang tak-terganggu, yang bebas dari kerinduan.”

106 “Jika para dewa dan manusia tidak melihat
Dia yang telah terbatas di sini atau di luar sana,”
[kata Y.M. Mogharaja],
“Apakah pantas dipuji, mereka yang menghormati beliau,
Manusia terbaik, yang hidup demi kebaikan manusia?”74 <49>

107 “Bhikkhu-bhikkhu itu juga pantas dipuji,
[Mogharaja,” kata yang Terberkahi,]
“Yang menghormat beliau, manusia yang telah terbebas demikian,
Tetapi setelah mengenal Dhamma dan meninggalkan keraguan,
Para bhikkhu itu bahkan menjadi manusia yang mengatasi ikatan.”75

35 (5) pencari-cari Kesalahan

Pada suatu hari ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Huttan Jeta, Taman Anathapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi, dan berdiri di udara.76 [24]

Kemudian satu devata, sambil berdiri di udara, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

108 “Jika sementara menunjukkan dirinya dengan satu cara
Sementara sesungguhnya dia adalah sebaliknya,
Apa yang dinikmati orang itu diperoleh melalui pencurian
Seperti perolehan penjudi yang menipu.”77

[Devata lain] <50>

109 “Orang seharusnya berbicara seperti apa yang dia lakukan;
jangan berbicara lain daripada yang dilakukannya
Para bijaksana melihat dengan jelas orang tersebut
Yang tidak mempraktekkan apa yang dia khotbahkan.”

[Yang Terberkahi:]

110 “Bukan sekadar melalui ucapan bukan pula hanya melalui mendengarkan
Orang dapat maju pada jalan praktek yang kokoh ini
Yang melaluinya para bijaksana, para mediator,
Terbebas dari jeratan Mara.

111 “Sungguh, para bijaksana tidak berpura-pura,
Karena mereka telah memahami cara dunia.
Melalui pengetahuan akhir para bijaksana padam:
Mereka telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”

Kemudian para devata itu, setelah turun ke bumi, menghormat dengan kepala mereka dikaki Yang Terberkahi dan berkata kepada Beliau:<51> “Pelanggaran telah menguasai kami, Yang Mulia Bhante, karena begitu tolol, begitu bodoh, begitu tak terampil sehingga kami bayangkan kami dapat menyerang Yang Terberkahi. Semoga Yang Terberkahi memaafkan pelanggaran kami yang dilihat sedemikian rupa demi untuk pengendalian di masa depan.”

Maka Yang Terberkahi menunjukkan senyuman.78 Para devata itu, yang bahkan mencari-cari kesalahan lebih jauh lagi, kemudian naik ke udara. Satu devata mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

112 “Jika orang tidak memberi maaf
Kepada mereka yang mengakui pelanggaran,
Marah di hati, berniat membenci,
Dia menyimpan kuat-kuat rasa permusuhan.”

[Yang Terberkahi:] <52>

113 “Seandainya saja tidak ada pelanggaran,
Seandainya saja di sini tidak ada penyelewengan,
Dan seandainya saja rasa permusuhan diredakan,
Maka orang tidak akan bersalah di sini.”79

[Satu devata:]

114 “Bagi siapa tidak ada pelanggaran?
Bagi siapa tidak ada penyelewengan?
Siapa yang tidak terjatuh ke dalam kebingungan?
Dan siapa yang bijaksana, yang selalu waspada?”[25}

[Yang Terberkahi]

115 “Sang Tathagata, Yang Tercerahkan,
Penuh welas asih bagi semua makhluk:
Bagi Beliau tidak ada pelanggaran,
Bagi Beliau tidak ada penyelewengan;
Beliau tidak lagi jatuh ke dalam kebingungan,
Dan Beliaulah yang bijaksana, yang selalu waspada.

116 “Jika orang tidak memberi maaf
Kepada mereka yang mengakui pelanggaran,<53>
Marah di hati, berniat membenci,
Dia menyimpan kuat-kuat rasa permusuhan.
Di dalam rasa permusuhan itu tidak bersukacita,
Jadi kumaafkan pelanggaranmu.”

36 (6) Keyakinan

Pada suatu ketika yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Ananthapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata yang termasuk kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi.

Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

117 “Keyakinan adalah sahabat orang;
Jika kurang keyakinan tidak berlangsung lama
Maka kemasyhuran dan ketenaran akan datang padanya,<54>
Dan dia pergi ke surga ketika meninggalkan tubuh ini,”

Kemudian devata lain mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:80

118 “orang seharusnya membuang kemarahan, membuang kesombongan,
Mentransendenkan semua belenggu.
Tidak ada ikatan yang menyiksa orang yang tidak memiliki apa pun,
Yang tidak melekati batin-dan bentuk.”81

[Devata lain:]

119 “Orang–orang tolol yang tidak memiliki kebijaksanaan
Membaktikan diri pada kelalaian.
Tetapi manusia bijaksana menjaga ketekunan
Sebagai harta karunnya yang terpenting.

120 “Jangan menyerah pada kelalaian,
Jangan berdekatan dengan kesenangan indera.
Karena mereka yang tekun, yang bermeditasi,
Mencapai kebahagiaan tertinggi.”[26]

37 (7) Pertemuan Besar <55>

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di anatara Suku Sakya di Kapilavatthu di Hutan Besar bersama dengan sekelompok besar Sangha para bhikkhu, dengan lima ratus bhikkhu yang semuanya Arahat.82 Dan sebagian besar devata dari sepuluh system dunia telah berkumpul untuk melihat Yang Terberkahi dan Sangha Bhikkhu. Kemudian pemikiran ini muncul pada empat devata dari kelompok di kediaman-kediaman Murni:83 “Yang Terberkahi ini sedang berdiam di antara Suku Sakya di Kapilavatthu di Hutan Besar bersama dengan sekelompok besar Sangha para bhikkhu, dengan lima ratus bhikkhu yang semuanya Arahat. Dan sebagian besar devata dari sepuluh system dunia telah berkumpul untuk melihat Yang Terberkahi dan Sangha Bhikkhu. Mari kita juga mendatangi Yang Terberkahi dan, di hadapan Beliau, masing-masing dari kita menyampaikan syair kita sendiri.”

Kemudian secepat orang kuat meregangkan tangannya yang tertekuk atau menarik tangannya yang teregang, para devata itu lenyap dari antara devata di kediaman-kediaman Murni <56> dan muncul kembali di hadapan Yang Terberkahi. Kemudian para devata tersebut memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, satu devata mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

121“Pertemuan yang besar terjadi di hutan ini,
Kelompok-kelompok dewa telah berkumpul.
Kami datang ke pertemuan Dhamma ini
Untuk melihat Sangha yang tak-terkalahkan.”

Kemudian satu devata lain mengucapkan syair ini di hadapan Yang terberkahi:

122 “Para bhikkhu di sana terkonsentrasi;
Mereka telah meluruskan pikiran mereka sendiri.
Bagaikan kusir yang memegang tali kendali,
Para bijaksanan menjaga kemampuan batin mereka.”[27]

Kemudian satu devata lain menucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

123 “Setelah memotong kegersangan, memotong palang lintang,
Setelah mencabut akar pilar-pilar Indra, tak-tergoncang,
Mereka berkelana, murni dan tanpa-noda,
Para naga muda yang dijinakkan dengan baik oleh Beliau yang Bervisi.”84<57>

Kemudian satu devata lain mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

124 “Mereka yang telah pergi pada Sang Buddha untuk perlindungan
Tidak akan pergi ke alam kesengsaraan.
Ketika meninggalkan tubuh manusia ini,
Mereka akan mengisi kelompok-kelompok dewa.”85

38 (8) Pecahan Batu

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha di Taman Rusa Maddakucchi. Pada kesempatan itu, kaki Yang Terberkahi terluka oleh pecahan batu.86 Rasa sakit yang tajam menyerang Yang Terberkahi – perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, tak-menyenangkan. Tetapi Yang Terberkahi menanggung semua itu, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan. Kemudian Yang Terberkahi menyuruh agar jubah luarnya dilipat menjadi empat, dan Beliau berbaring di sisi kanan dalam posisi singa dengan satu kaki di atas kaki lain, waspada dan dengan jernih memahami. <58>

Kemudian, ketika malam telah larut, tujuh ratus devata dari kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Taman Rusa Maddakucchi, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi.

Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini dihadapan Yang Terberkahi:[28] “Petapa Gotama benar-benar naga, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, dan tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti-naga Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”87

Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “petapa Gotama benar-benar singa, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, dan tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti – singa Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”

Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar keturunan murni, tuan! Dan kelita telah muncul perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan…tak menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti – keturunan – murni Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memehami, tanpa menjadi tertekan.”

Kemudian satu devata lain mengeluarkan ucapkan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar banteng utama, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan –perasaan jasmani yang menyakitkan…tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti –banteng-utama Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”

Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar binatang-beban, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan –perasaan jasmani yang menyakitkan…tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti –binatang-beban Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”

Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar jinak, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan –perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, dan …tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang jinak Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”

Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Lihatlah konsentrasi Beliau yang telah berkembang dengan baik serta pikiran Beliau yang telah terbebas dengan baik-tidak condong ke depan dan tidak condong ke belakang, serta tidak dihalangi dan dikendalikan oleh penekanan yang kuat!88 Jika ada yang berpikir bahwa manusia semacam ini dapat dihina –sungguh naganya manusia, sungguh singanya manusia,[29] sungguh bibit unggulan manusi, <60> sungguh banteng utamanya manusia, sungguh binatang bebannya manusia, sungguh manusia yang dijinakkan-apakah penyebabnya kalau bukan karena kurangnya visi?”

125 Walaupun para brahmana yang ahli dalam lima Veda
Mempraktekkan latihan keras selama seratus tahun,
Pikiran mereka tidak terbatas dengan benar:
Mereka yang bersifat rendah tidak akan mencapai pantai seberang.89

126 Mereka terperosok ke dalam nafsu, terikat pada sumpah dan peraturan,
Mempraktekkan latihan keras yang kasar selama seratus tahun,
Tetapi pikiran mereka tidak terbebas dengan benar:
Mereka yang bersifat rendah tidak akan mencapai pantai seberang.

127 Tidak ada penjinakan di sini bagi orang yang suka sombong,
Tidak juga ada kebijaksanaan bagi yang tidak terkonsentrasi:
Walaupun berdiam sendiri di hutan, tidak waspada, <61>
Orang tidak dapat menyeberang alam Kematian.

128 Setelah meninggal kesombongan, terkosentrasi dengan baik,
Dengan pikiran yang tinggi, dimana-mana terbebas:
Sementara berdiam sendiri di hutan, tekun,
Orang dapat menyeberangi alam Kematian.

39 (9) Anak Perempuan Pajjuna (1)

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Vesali di Hutan Besar di Aula dengan Atap Runcing. Kemudian, ketika malam telah larut, Kokanada, anak perempuan Pajjunna, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Besar, menghampiri Ynag Terberkahi.90 Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi dan mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi :91

129 “Saya memuja Sang Buddha, yang terbaik di antara para makhluk,
Yang berdiam di hutan Vesali.[30] <62>
Saya adalah Kokanada,
Kokanada, anak perempuan Pajjunna.92

130 “Sebelum ini, saya hanya mendengar bahwa Bevisi;
Tetapi sekarang saya mengetahuinya sebagai saksi
Ketika Yang Bijaksana, Yang Beruntung, mengejar.

131 “Manusia-manusia dungu yang pergi ke mana-mana
Mengkritik Dhamma yang agung
Akan pergi ke neraka Roruva yang mengerikan
Dan mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.93

132 “tetapi mereka yang memiliki kedamaian dan tidak keras kepala
Sehubungan dengan Dhamma yang agung,
Ketika meningglakan tubuh manusia ini,
Akan mengisi kelompok-kelompok dewa.”94

40 (10) Anak Perempuan Pajjunna (2) <63>

Demikianlah yang saya dengar, Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Vesali, di Hutan Besar di Aula dengan Atap Runcing. Kemudian, ketika malam telah larut, Culakokanada, anak perempuan Pajjunna [yang lebih muda], dengan keelokan yang memkukau, yang menerangi seluruh Hutan Besar, menghampiri Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

133 “Ke sini tadi datang Kokanada, anak perempuan Pajjuna,
Elok bagaikan kilau halilintar.
Menghormat Buddha dan Dhamma,
Dia mengucapkan syair-syair yang penuh arti ini.” [31]

134 “Walau Dhamma memiliki sifat sedemikian rupa
Sehingga saya bisa menganalisanya dengan banyak cara,
Saya akan menyampaikan artinya secara ringkas
Sejauh yang telah saya pelajari di luar kepala.95

135 “Orang seharusnya tidak melakukan kejahatan di semua dunia, <64>
Tidak melalui ucapan, pikiran, atau tubuh.
Setelah meninggalkan kesenangan-kesenangan indera,
Waspada dan sepenuhnya memahami,
Orang seharusnya tidak megejar cara
Yang menyakitkan dan merugikan.”

V. TERBAKAR

41 (1) Terbakar

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. <65> Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi,dan berkata Beliau:

136 “Ketika rumah seseorang terbakar
Bejana yang dikeluarkan
Adalah bejana yang berguna,
Bukanlah bejana yang dibirkan terbakar di dalam.”

137 “Jadi ketika dunia ini terbakar
Dengan [api-api] usia tua dan kematian,
Orang seharusnya mengeluarkan [kekayaannya] dengan cara memberi:
Apa yang diberikan akan terselamatkan dengan baik [32] <66>

13996“Apa yang diberikan menghasilkan buah yang menyenangkan,
Tetapi tidak demikian halnya dengan apa yang tidak diberikan.
Pencuri mengambilnya, atau raja,
Harta itu terbakar oleh api atau hilang.”

140 “Dan akhirnya ketika orang meninggalkan tubuhnya
Bersama dengan harta miliknya.
Setelah memahami hal ini, manusia bijak
Seharusnya menimkatinya tetapi juga memberi.
Setelah memberi dan menikmatinya sesuai sarananya,
Tanpa cela dia menuju alam surgawi.”

42 (2) Memberi Apa ?

[Satu devata:]

141 “Memberikan apa sehingga orang memberikan kekuatan ?
Memberikan apa sehingga orang memberikan keelokan ?
Memberikan apa sehingga orang memberikan kemudahan?
Memberikan apa sehingga orang memberikan penglihatan?
Siapakah pemberi dari semuanya itu?
Karena ditanya, mohon Bhante menjelaskan kepadaku.” <67>

[Yang Terberkahi:]

142 “Memberikan makanan, orang memberikan kekuatan;
Memberikan pakaian, orang memberikan keelokan;
Memberikan kendaraan, orang memberikan kemudahan;
Memberikan lampu, orang memberikan penglihatan.

143 “Orang yang memberikan tempat tinggal
Adalah pemberi semuanya itu.
Tetapi orang yang mengajarkan Dhamma
Adalah pemberi Tanpa-kematian.”

43 (3) Makanan

144 “Mereka selalu bergembira dalam makanan,
Baik para dewa maupun manusia.
Jadi makhluk jenis apakah
Yang tidak bergembira dalam makanan ?”97

145 “Ketika mereka memberi karena keyakinan
Dengan hati penuh keyakinan,
Makanan menumpuk kepada [pemberi] itu sendiri
Baik di dunia ini maupun di dunia berikutnya. <68>

146 “Oleh karenanya, setelah menghilangkan kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan itu merupakan penopang bagi makhluk hidup
[Ketika mereka muncul] di dunia lain.”

44 (4) Satu akar

[Satu devata:]

147 “Sang penglihat telah menyeberangi jurang dalam
Dengan akar tunggalnya, dua pusaran airnya,
Tiga noda, lima perluasannya,
Samudra dengan dua belas pusaran-arus.”98 [33]

45 (5) Sempurna

[Satu devata:]

148 “Lihatlah dia yang memiliki nama sempurna,
ang penglihat tujuan yang halus,
Sang pemberi kebijaksanaan, yang tidak melekat
Pada sarang kesenangan-kesenangan indera.<69>
Lihatlah orang bijaksana, yang tahu – segala,
Sang penglihat agung yang menapak pada jalan mulia.”99

46 (6) Peri

149 “Menggema dengan kelompok peri,
Dihantui oleh kelompok jin!
Hutan ini disebut ‘Memperdaya”;
Bagaimanakah orang bisa lolos darinya?”100

150 “'Jalan yang lurus' demikian jalan itu disebut,
Dan ‘tanpa takut' adalah tujuannya.
Keretanya disebut ‘tidak berderak,'
Dipasangi roda keadaan-keadaan bajik.

151 “Rasa malu adalah papan penopangnya,
Kewaspadaan adalah kain pelapisnya;
Aku menyebut Dhamma kusir kereta,
Dengan pandangan benar yang berlari di depan.101<70>

152“Dia yang memiliki kendaraan semacam itu-
Tak perduli perempuan atau laki-laki-
Melalui sarana kendaraan ini, telah
Tertarik mendekat ke Nibbana.”102

47 (7) Penanam Hutan

153 “Bagi siapa jasa kebajikan selalu bertambah,
baik siang maupun malam?
Siapa orang-orang yang pergi ke surga,
Yang mantap di dalam Dhamma, yang memiliki moralitas?”

154 “Mereka yang membangun taman atau hutan kecil,
Orang-orang yang membangun jembatan,
Tempat untuk minum dan sumur,
Mereka yang memberikan tempat tinggal :103

155 “Bagi merekalah jasa kebajikan selalu bertambah,
Baik siang maupun malam;
Mereka adalah orang-orang yang pergi surga,
Yang mantap di dalam Dhamma, yang memiliki moralitas.”<71>

48 (8) Hutan Jeta

[Devata Anathapindika:]

156 “Ini sungguh merupakan Hutan Jeta itu,
Tempat peristirahatan bagi Sangha para penglihat,
Yang didiami oleh Raja Dhamma,
Tempat yang memberiku kegembiraan.104 [34]

157 “Tindakan, pengetahuan, keluhuran,
Moralitas, kehidupan yang elok:
Melalui inilah para makhluk dunia dimurnikan,
Bukan melalui keturunan atau kekayaan.”

158 “Karena itu, orang yang bijaksana,
Demi untuk kebajikannya sendiri,
Dengan cermat harus memeriksa Dhamma:
Dengan demikian dia dimurnikan di dalamnya.

159 “Sariputta benar-benar memiliki kebijaksanaan,
Dengan moralitas dan dengan kedamaian di dalam.
Bahkan seorang bhikkhu yang telah pergi ke seberang
Paling-paling hanya dapat menyemainya.”105<72>

49 (9) kikir

[Devata:]

160 “Mereka yang kikir di sini di dunia ini,
Orang-orang yang pelit, para pencerca,
Orang-orang yang menciptakan penghalang
Bagi orang lain yang melakukan pemberian dana:

161 Akibat macam apa yang akan mereka tuai?
Tempat tujuan macam apa di masa depan?
Kami datang untuk menanyakan hal ini pada Yang terberkahi:
Bagaimana kami harus memahaminya ?”

[Yang Terberkahi:]

162 “Mereka yang kikir di sini di dunia ini,
Orang-orang yang pelit, para pencerca,
Orang-orang yang menciptakan penghalang
Bagi orang lain yang melakukan pemberian dana:
Mereka bisa terlahir kembali di neraka,
Di alam binatang atau Yama.106

163 :Jika mereka kembali ke alam manusia
Mereka terlahir kembali di keluarga miskin <73>
Di situ pakaian, makanan, kesenangan, dan olahraga
Diperoleh hanya dengan susah payah.

164 “apa pun yang mungkin diharapkan oleh orang tolol ini dari orang lain,
Bahkan itu pun tidak mereka peroleh.
Inilah hasilnya di dalam kehidupan ini juga;
Dan di masa depan tempat tujuan yang buruk.”

[Devata:]

165 “Kami memahami apa yang engkau katakana;
Kami tanyakan, O Gotama, pertanyaan lain:
Mereka di sini, yang ketika memperoleh alam manusia,
Bersifat ramah dan dermawan,
Yakin pada Buddha dan Dhamma
Dan sangat hormat terhadap Sangha:

166 Akibat macam apa yang akan mereka tuai?
Tempat tujuan macam apa di masa depan?
Kami datang untuk menanyakan hal ini pada Yang Terberkahi:
Bagaimana kami harus memahaminya ?”<74>

[Yang Terberkahi:]

167 “Mereka disini, yang ketika memperoleh alam manusia,
Bersifat ramah dan dermawan,
Yakin pada Buddha dan Dhamma
Dan sangat hormat terhadap Sangha,
Para makhluk ini menerangi surga-surga
Dimana mereka telah terlahir kembali.107 [35]

168 “Jika mereka kembali ke alam manusia
Mereka terlahir kembali di keluarga kaya.
Di situ pakaian, makanan, kesenangan, dan olahraga
Diperoleh tanpa kesulitan.

169 “Mereka bergembira bagaikan dewa yang mengendalikan
Harta-harta yang dikumpulkan oleh orang lain.108
Inilah hasilnya di dalam kehidupan ini juga;
Dan di masa depan tempat tujuan yang baik.” <75>

50 (10) Ghatikara

[Devata Ghatikara:]

170 “Tujuh bhikkhu yang terlahir kembali di Aviha
Telah sepenuhnya terbebas.
Dengan nafsu dan kebencian yang sepenuhnya hancur,
Meraka telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”109

[Yang Terberkahi}

171 “Dan siapakah mereka yang telah menyeberangi rawa itu,
Alam Kematian yang begitu sulit diseberangi?
Yang, setelah meninggalkan tubuh manusia ini,
Telah menanggulangi ikatan surgawi?”110

[Ghatikara:]

172 “Upaka dan Palaganda,
Dengan Pukkusati – ini adalah tiga.
Kemudian Bhaddiya dan Bhaddadeva
Dan Bahudanti dan Pingiya.
Mereka ini, setelah meninggalkan tubuh manusia,
Telah menanggulangi ikatan surgawi.”111

[Yang Terberkahi]

173 “Bagus kata yang kau ucapkan tentang mereka,
Dari antara mereka yang telah meninggalkan jeratan Mara.
Dhamma siapakan yang telah mereka pahami
Dan dengannya mereka memotong ikatan dumadi?”112

[Ghatikara:]

174 “Itu tidak terlepas dari Yang Terberkahi!
Itu tidak terlepas dari Ajaran-ajaran Bhante!
Dengan memahami Dhammamu
Mereka memotong ikatan dumadi.113

175 Di mana batin-dan bentuk lenyap,
Berhenti tanpa sisa:
Dengan memahami Dhamma itu di sini
Mereka memotong ikatan kehidupan

[Yang Terberkahi:]

176 “Sungguh dalam ucapak yang kau cetusan,
Sulit dipahami, sulit ditangkap.
Setelah memahami Dhamma siapa
Maka engkau mengeluarkan ucapan semacam itu?”<77>

[Ghatikara:):]

177 “Dimana lalu saya adalah pembuat tembikar,
Ghatikara di Vehalinga.
Saya menopang ibu dan ayahku saat itu
Sebagai pemgikut awam Buddha Kassapa.[36]

178 “Saya menjauhkan diri dari hubungan seksual,
Saya selibat, bebasa dari ikatan badaniah.
Saya adalah teman sedesamu,
Di masa lalu saya adalah sahabatmu.

179 “Saya adalah orang yang mengetahui
Tujuh bhikkhu yang terbebas ini,
Yang nafsu dan kebenciannya telah sepenuhnya hancur
Telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”

[Yang Terberkahi:]

180. “Memang Demikian halnya pada saat itu,
Seperti yang kau katakana, O Bhaggava:114
Di masa lalu engkau adalah pembuat tembikar, <78>
Ghatikaradi Vehalinga.
Engkah menopang ibu dan ayahmu saat itu
Sebagai pengikut awam Buddha Kassapa. [36]

181 “Engkau menjauhkan diri dari hubungan seksual,
Engkau selibat, bebas dari ikatan badaniah.
Engkau adalah teman sedesaku,
Di masa lalu engkau adalah sahabatku.”

182 Demikianlah pertemuan yang terjadi
Antara sahabat-sahabat di masa lalu itu,
Keduanya sekarang telah berkembang,
Pembawa tubuh akhir mereka.115

VI. USIA TUA

51 (1) Usia Tua

[Devata:]

183 “Apakah yang baik sampai usia tua?
Apakah yang baik ketika mantap?
Apakah yang merupakan batu mulia bagi manusia?
Apakah yang sulit dicuri para pencuri?”

[Yang Terberkahi:]

184 “Moralitas dalah yang baik sampai usia tua;
Keyakinan adalah yang baik ketika mantap;
Kebijaksanaan adalah yang merupakan batu mulia bagi manusia;
Jasa kebajikan adalah yang sulit dicuri para pencuri.”

52 (2) Tidak Melapuk <80>

185 “Apakah yang baik karena tidak melapuk?
Apakah yang baik bila dibuat pasti?
Apakah yang merupakan batu mulia bagi manusia ?
Apakah yang tidak dapat dicuri para pencuri?”116[137]

186 “Moralitas adalah yang baik karena tidak melapuk;
Keyakinan adalah yang baik bila dibuat pasti;
Kebijaksanaan adalah yang merupakan batu mulia bagi manusia;
Jasa kebajikan adalah yang tidak dapat dicuri oleh para pencuri.”

53 (3) Sahabat

187 “Apakah sahabat bagi orang dalam perjalanan?
Apakah sahabat bagi orang di rumahnya sendiri?
Apakah sahabat bagi orang dalam kebutuhan?
Apakah sahabat di kehidupan mendatang?”117

188 “Karavan adalah sahabat bagi orang dlam perjalanan; <81>
Ibu adalah sahabat bagi orang di rumahnya sendiri;
Kawan pada waktu kebutuhan muncul
Adalah sahabat orang berkali-kali.
Tindakan-tindakan berjasa yang telah dilakukan orang-
Itulah sahabt di kehidupan mendatang.”

54 (4) Penopang

189 “Apakah penopang bagi manusia?
Apakah pendamping terbaik di sini?
Makhluk-makhluk yang berdiam di bumi-
Melalui apa mereka mempertahankan kehidupan mereka?”

190 “Anak-anak adalah penopang bagi manusia,
Isteri adalah pendamping terbaik;
Makhluk yang berdiam di bumi
Mempertahankan kehidupan mereka melalui hujan"118 <82>

55 Menghasilkan (1)

191 “Apakah sesuatu yang menghasilkan seseorang?
Apakah yang dia miliki yang berputar-putar?
Apakah yang masuk ke dalam samsara?
Apakah rasa takut terbesarnya?” <83>

192 “Nafsulah yang menghasilkan seseorang;
Pikirkannaylah yang berputar-putar;
Makhluk yang masuk ke dalam samsara;
Penderitaanlah rasa takut terbesarnya.”

56 (6) Menghasilkan (2)

193 “Apakah sesuatu yang menghasilkan seseorang?
Apakah yang dia miliki yang berputar-putar?
Apakah yang masuk ke dalam samsara?
Dari apakah dia belum terbebas?”

194 “Nafsulah yang menghasilkan seseorang;
Pikirannyalah yang berputar-putar;
Makhluklah yang masuk ke dalam samsara;
Dia belum terbebas dari penderitaan.” [38]

57 (7) Menghasilkan (3)

195 “Apakah sesuatu yang menghasilkan seseorang?
Apakah yang dia miliki yang berputar-putar?
Apakah yang masuk ke dalam samsara?
Apakah yang menentukan nasibnya?”

196 “Nafsulah yang menghasilkan seseorang;
Pikirkannyalah yang berputar-putar;
Makhluklah yang masuk ke dalam samsara;
Kammalah yang menentukan nasibnya.”

58 (8) Jalan yang Menyimpang

197 “Apakah yang dinyatakan sebagai jalan yang menyimpang?
Apakah yang mengalami kehancuran siang malam? <84>
Apakah yang merupakan noda kehidupan suci?
Apakah yang merupakan mandi tanpa air?”

198 “Nafsu jasmani dinyatakan sebagai jalan yang menyimpang;
Kehidupan mengalami kehancuran siang dan malam;
Perempuan adalah noda kehidupan suci:
Di sinilah para lelaki terjerat.
Latihan keras dan kehidupan suci-
Itulah mandi tanpa air.”119

59 (9) Partner

199 “Apakah yang merupakan partner manusia?
Apakah yang memberinya instruksi?
Bergembira di dalam apakah maka maklhuk hidup
Terbebas dari semua penderitaan?”

200 “Keyakinan adalah pertner manusia,
Dan kebijaksanaanlah yang memberinya instruksi.<85>
Bergembira di dalam Nibbana, makhluk hidup
Terbebas dari semua penderitaan.”

60 (10) Puisi

201 “Apakah yang merupakan perancah syair?
Apakah yang membentuk penyusunan katanya?
Dengan dasar apakah maka syair dibentuk?
Apakah kediaman syair itu?”

202 “Mitra adalah pernacah syair,
Suku kata membentuk penyusunan katanya;
Syair bertumpu pada landasan nama;
Penyair adalah tempat kediaman syair.”120

VII. DIBEBANI

61 (1) Nama

203 “Apakah yang telah membebani segalanya?
Apakah yang paling luas?
Apakah satu hal yang memiliki
Segalanya di bawah kendalinya?”

204 “Nama telah membebani segalanya:
Tak ada yang lebih luas daripada nama.<87>
Nama adalah satu hal yang memiliki
Segalanya dibawah kendalinya.”121

62 (2) Pikiran

205 “Oleh apakah dunia dibawa berkeliling?
Oleh apakah dunia diseret kian kemari?
Apakah satu hal yang memiliki
Segalanya dibawah kendalinya?”

206 “Dunia dibawa berkeliling oleh pikiran;
Oleh pikiranlah dunia diseret kian kemari.
Pikiran adalah satu hal yang memiliki
Segalanya dibawah kendalinya.”122

63 (3) Nafsu keinginan

207 “Oleh apakah dunia dibawa berkeliling?
Oleh apakah dunia diseret kian kemari? <88>
Apakah suatu hal yang memiliki
Segalanya dibawah kendalinya?”

208 “Dunia dibawa berkeliling oleh nafsu keinginan;
Oleh nafsu keinginanlah dunia diseret kian kemari.
Nafsu keinginanlah satu hal yang memiliki
Segalanya dibawah kendalinya.”

64 (4) Belenggu

209 “Oleh apakah dunia dibelenggu kuat-kuat?
Apakah sarananya berkelana kian kemari?
Apakah satu hal yang harus ditinggalkan seseorang
Untuk mengatakan ‘Nibbana'?”

210 “Dunia dibelenggu kuat-kuat oleh sukacita;
Buah-pikir adalah sarananya berkelana kian kemari.
Nafsu adalah yang harus ditinggalkan seseorang
Untuk mangatakan ‘Nibbana'”123 <89>

65 (5) Ikatan

211 “Oleh apakah dunia dijerat dalam ikatan?
Apakah sarananya berkelana kian kemari?
Apakah satu hal yang harus ditinggalkan seseorang
Untuk memotong semua ikatan?” [40]

212 “Dunia dijerat dalam ikatan oleh sukacita;
Buah-pikir adalah sarananya berkelana kian kemari.
Nafsu keinginan adalah yang harus ditinggalkan seseorang
Untuk memotong semua ikatan.”

66 (6) Diserang

213 “Oleh apakah dunia diserang?
Oleh apakah dunia diselubungi?
Oleh anak panah apakah dunia terluka?
Dengan apakah dunia selalu terbakar?”124 <90>

214 “Dunia diserang oleh kematian,
Diselimuti oleh usia tua;
Dilukai oelh anak panah nafsu,
Dunia selalu terbakar dengan keinginan.”

67 (7) Dijerat

215 “Oleh apakah dunia dijerat?
Oleh apakah dunia diselimuti?
Oleh apakah dunia terperangkap?
Di atas apakah dunia ini dibentuk?”

216 “Dunia dijerat oelh nafsu keinginan,
Dunia diselimuti oleh usia tua;
Dunia terperangkap oleh kematian,
Dunia dibentuk di atas penderitaan.”125 <91>

68 (8) Terperangkap

217 “Oleh apakah dunia terperangkap?
Di atas apakah dunia dibentuk?
Oleh apakah dunia dijerat?
Oleh apakah dunia diselimuti?”

218 “Dunia terperangklap oleh kematian;
Dunia dibentuk di atas penderitaan;
Dunia dijerat oleh nafsu keinginan;
Dunia diselimuti oleh usia tua.”

69 (9) Keinginan

219 “Oleh apakah dunia diikat?
Dengan menghilangkan apakah dunia terbebas?
Apakah satu hal yang harus ditinggalkan seseorang
Untuk memotong semua ikatan?”

220 ‘Oleh keinginanlah dunia diikat;
Dengan menghilangkan keinginanlah dunia terbebas.
Keinginan adalah satu hal yang harus ditinggalkan seseorang <92>
Untuk memotong semua ikatan.”[41]

70 (10) Dunia

221 “Di dalam apakah dunia muncul?
Di dalam apakah dunia membentuk kedekatan?
Dengan kemelekatan kepada apa dunia
Diganggu sehubungan dengan apa?”

221 “Di dalam enamlah dunia ini muncul;
Di dalam enamlah dunia ini membentuk kedekatan;
Dengan kemelekatan kepada enamlah dunia ini
Diganggu sehubungan dengan enam.”126

VIII. SETELAH MEMBUNUH

71 (1) Setelah Membunuh

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tyersebut berbicara kepada Yang Terberkahi dengan syair;

223 “Setelah membunuh apakah orang tidur dengan nyenyak?
Setelah membunuh apakah orang tidak bersedih hati?
Apakah satu hal, O Gotama,
Yang engkau setujui pembunuhnya?”127

[Yang Terberkahi:]

224 “Setelah membunuh kemarahan, orang tidur nyenyak;
Setelah membunuh kemarahan, orang tidak bersedih hati;
Pembunuhan kemarahan, O devata,
Dengan akarnya yang beracun serta ujungnya yang bermadu:
Inilah pembunuhan yang dipuji para mulia,
Karena setelah membunuhnya, orang tidak lagi bersedih hati.”128

72 (2) Kereta

225 “Apakah tanda kereta?
Apakah tanda api?
Apakah tanda negeri?
Apakah tanda perempuan?”129 [42] <94>

226 “Standar adalah tanda kereta;
Asap, tanda api;
Raja adalah tanda negeri;
Suami, tanda perempuan.”

73 (3) Harta

227 “Apakah di sini yang merupakan harta terbaik manusia?
Apakah yang bila dipraktekkan dengan baik membawa kebahagiaan?
Apakah yang benar-benar paling manis di antara citarasa?
Bagaimanakah hidup orang yang dikatakan hidup paling baik?”

228 ‘Keyakinan adalah harta terbaik manusia di sini;
Dhamma yang dipraktekkan dengan baik membawa kebahagaiaan;
Kebenaran adalah benar-benar paling manis di antara citarasa;<95>
Orang yang hidup dengan kebijaksanaanlah yang dikatakan hidup paling baik.”130

74 (4) Hujan

[Devata:]

229 “Apakah yang terbaik dari hal-hal yang muncul?
Apakah yang unggul dari hal-hal yang jatuh?
Apakah yang terbaik dari hal-hal yang pergi?
Siapakah yang terhebat dari para pembicara?”

[Devata lain:]

230 “Benih adalah yang terbaik dari hal-hal yang muncul;
Hujan adalah yang unggul dari hal-hal yang jatuh;
Ternak adalah yang terbaik dari hal-hal yang pergi;
Putra adalah yang terhebat dari para pembicara.”131

[Yang terberkahi;]

231 “Pengetahuan adalah yang terbaik dari hal-hal yang muncul;
Ketidak-tahuan adalah yang unggul dari hal-hal yang jatuh;
Sangha adalah yang terbaik dari hal-hal yang pergi;
Yang terhebat dari pembicara adalah Sang Buddha.”132

74 (5) Takut <96>

232 “Mengapakah begitu banyak orang di sini takut
Padahal sang jalan telah diajarkan dengan banyak landasan? 133
Saya bertanya kepadamu, O, Gotama, yang luas kebijaksanaannya:
Di atas apakah seseorang seharusnya menunjukkan
Tidak takut pada dunia lain?”

233 “Setelah mengarahkan ucapan dan pikiran dengan benar,
Tidak melakukan tindakan-tindakan jahat melalui tubuh,
Berdiam di rumah dengan cukup makanan dan minuman, [43]
Setia, lembut, dermawan, ramah:
Bila orang berdiri di atas empat hal ini,
Dengan berdiri kokoh pada Dhamma,
Seseorang tidak perlu takut pada dunia lain.134

74 (6) Tidak Melapuk

234 “Apa yang melapuk, apa yang tidak melapuk?
Apa yang dinyatakan sebagai jalan yang menyimpang? <97>
Apa penghalang bagi keadaan-keadaan [bajik]?
Apa yang mengalami kehancuran siang dan malam?
Apa yang merupakan noda kehidupan suci?
Apa yang merupakan mandi tanpa air?

235 “Berapa banyak celah yang ada di dunia ?
Yang didalamnya pikiran tidak berdiri kokoh?
Kami datang untuk menanyakan ini kepada Yang Terberkahi:
Bagaimana kita harus memahaminya?”

236 “Bentuk fisik dari makhluk hidup melapuk,
Nama dan klan mereka tidak melapuk,
Nafsu jasmani dinyatakan sebagai jalan yang menyimpang,
Keserakahan merupakan penghalang menuju keadaan-keadaan [bajik].

237 “Kehidupan mengalami kehancuran siang dan malam;
Perempuan adalah noda kehidupan suci:
Di sinilah para lelaki terjerat.
Latihan keras dan kehidupan suci – itulah mandi tanpa air.<98>

238 “Ada enam celah di dunia
Di mana pikiran tidak berdiri kokoh:
Kemalasan dan kelalaian,
Bermanja-manja, kurang pengadilan diri,
Kantuk dan kelambanan –
Hindarilah celah-celah ini sepenuhnya.”135

75 (7) Kedaulatan

239 “Apakah yang merupakah kedaulatan di dunia?
Tingakatan apakah yang dianggap terbaik di antara benda?
Apakah didunia yang merupakan pedang berkarat?
Apakah di dunia yang dianggap wabah?”

240 “Siapakah yang mereka tangkap ketika dia mengambil?
Dan siapa, ketika dia mengambil, merupakan yang disayangi?
Di dalam diri siapakah para bijaksana bersukacita
Ketika dia kembali lagi dan lagi?” <99>

241 “Penguasaan adalah kedaulatan di dunia;
Perempuan dianggap sebagai yang terbaik di antara benda; 136
Di dunia kemarahan merupakan pedang berkarat;
Pencuri di dunia dianggap wabah.137

242 “Mereka menangkap pencuri ketika dia mengambil,
Tetapi petapa yang mengambil disayangi.
Para bijak bersukacita di dalam seorang petapa
Ketika dia kembali lagi dan lagi.[44]

76 (8) Cinta Kasih

243 “apakah yang seharusnya tidak dia berikan kepada yang menyukai benda?
Apakah yang seharusnya tidak dilepas oleh makhluk hidup?
Apakah yang harus dilepas orang ketika baik,
Tetapi tidak dilepas ketika buruk?”

244 “Seorang seharusnya tidak memberikan dirinya; <100>
Dia seharusnya tidak melepaskan dirinya sendiri.138
Orang seharusnya melepaskan ucapan yang baik,
Tetapi bukan ucapan yang buruk.”

77 (9) Persediaan untuk Perjalanan

245 “Apakah yang menjamin persediaan unutk perjalanan?
Apakah yang merupakan tempat tinggal kekayaan?
Apa yang menyeret orang kian kemari?
Apakah di dunia ini yang sulit dibuang?
Oleh apakah banyak makhluk terikat
Bagaikan burung terperangkap di jerat?”

246 “Kekayaan menjamin persediaan untuk perjalanan;
Keberuntungan adalah tempat kekayaan;
Keingnan menyeret orang kian kemari;
Keinginan sulit dibuang di dunia ini.
Oleh keinginan banyak makhluk terikat <101>
Bagaikan brurung terperangkap di jerat.”

78 (10) Sumber Cahaya

247 “Apakah yang merupakan sumber cahaya di dunia?
Apakah didunia ini yang merupakan manusia terjaga?
Apakah [teman-teman sekerja] bagi mereka yang hidup melalui bekerja?
Apakah arah gerak seseorang?

248 “Apa yang mengasuh yang kendor maupun yang aktif
Sebagaimana ibu mengasuh anak?
Para makhluk yang berdiam di bumi-
Melalui apakah mereka mempertahankan hidup?”

249 “Kebijaksanaan adalah sumber cahaya di dunia;
Kewaspadaan, di dunia, merupakan yang terjaga;
Ternak adalah [teman-teman sekerja] manusia yang hidup melalui bekerja; <102>
Arah gerak seseorang adalah alurnya.139

250 “Hujan mengasuh baik yang kendor maupun yang aktif
Sebagaimana ibu mengasuh anaknya.
Para makhluk yang berdiam dibumi
Mempertahankan hidup melalui hujan.”

79 (11) Tanpa Konflik

251 “Siapa di sini di dunia ini yang tenang?
Jalan hidup siapakah yang tidak di sia-siakan?
Siapakah di sini yang sepenuhnya memahami keinginan?
Siapakah yang menikmati kebebasan abadi?[45]

252 “Siapa yang dipuja oleh para orangtua dan saudara
Bila dia mantap berdiri kokoh?
Siapa orang dari kelahiran rendah
Yang bahkan dihormati oleh para khattiya di sini?” <103>

253 “Para petapa tenang di dunia;
Kehidupan petapa tidak disia-siakan;
Para petapa sepenuhnya memahami keinginan;
Mereka menikmati kebebasan abadi.

254 “para orangtua dan saudara memuja petapa
Bila dia mantap berdiri kokoh.140
Walaupun petapa berasal dari kelahiran rendah
Bahkan para khattiya di sini menghormatinya.”

No comments: