Wednesday, September 03, 2008

Sakkapañha-sutta

Sakkapañha Sutta

(Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya II,
Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Sutta Pitaka,

  1. Demikianlah telah kudengar :
    Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Ambasanda di kampung seorang Brahmana di kerajaan Magadha yang terletak di sebelah timur Rajagaha.
    Beliau tinggal di gua Indasala, di gunung Vediya yang terletak di sebelah utara Kampung (desa).
    Pada saat itu, suatu keinginan muncul dalam diri raja dewa Sakka untuk mengunjungi Sang Bhagava, dan pikiran sebagai berikut muncul dalam dirinya : "Dimanakah Sang Bhagava Arahat Samma Sambuddha berada?"
    Dan dewa Sakka melihat bahwa beliau berada di gua Indasala, di gunung Vediya di sebelah utara Ambasanda kampung (desa) seorang Brahmana di kerajaan Magadha yang terletak di sebelah timur Rajagaha. Setelah ia melihat hal tersebut, ia berkata kepada para dewa Tavatimsa : "Saudara-saudara, Sang Bhagava berada di gua Indasala, di gunung Vediya di sebelah utara Ambasanda kampung dari seorang brahmana, di kerajaan Magadha yang terletak di sebelah timur Rajagaha. Marilah kita mengunjungi Sang Bhagava arahat samma sambuddha."
    "Baiklah," jawab para dewa Tavatimsa menyetujui.

  2. Selanjutnya dewa Sakka berkata kepada Pancasikha Gandhabba : "Pancasikha, Sang Bhagava berada di gua Indasala, di gunung Vediya di sebelah utara Ambasanda kampung dari seorang brahmana, di kerajaan Magadha yang terletak di sebelah timur Rajagaha. Pancasikha, marilah kita mengunjungi Sang Bhagava arahat samma sambuddha."
    "Baiklah," jawab Pancasikha Gandhabba, lalu ia mengambil harpa kuning yang dibuat dari kayu Beluva, dan mengikuti saja dewa Sakka.
    Demikianlah maka raja dewa Sakka, disertai oleh para dewa dari alam Tavatimsa dan Pancasikha Gandhabba, lenyap dari alam surga, bagaikan seorang yang kuat merentangkan tangannya atau merapatkan tangannya, mereka muncul dan berdiri di gunung Vediya di Magadha.

  3. Pada saat itu, gunung Vediya diliputi oleh cahaya gemilang begitu juga dengan Ambasanda desa dari brahmana; demikianlah kekuatan dari para dewa sehingga penduduk desa-desa yang berada di sekitar gunung berkata : "Hari ini gunung Vediya terbakar! Hari ini gunung Vediya terbakar! Hari ini gunung Vediya terbakar! Mengapa gunung Vediya dan Ambasanda desa dari seorang brahmana diliputi cahaya gemilang pada hari ini?" Mereka jadi kuatir dan takut sekali.

  4. Kemudian raja dewa Sakka berkata kepada Pancasikha Gandhabba : "Pancasikha Gandhabba, adalah sulit bagiku untuk menemui Tathagata bila mereka sedang bermeditasi dan berada dalam kebahagiaan yang penuh ketenangan. Sebaiknya anda lebih dahulu menemui Sang Bhagava, dan sesudah itu saya datang menemui dia yang arahat samma sambuddha."
    "Baiklah," jawab Pancasikha Gandhabba menyetujuinya, lalu ia mengambil harpa kuning yang dibuat dari kayu Beluva, dan ia pergi ke gua Indasala. Setelah tiba ia berpikir: "Walaupun jauh atau dekat, Sang Bhagava dapat mendengar suaraku," dan berdiri di samping. Dengan berdiri di samping ia membunyikan harpanya dan mengucapkan syair-syair 1) mengenai Buddha, Dhamma, para arahat dan Cinta, sebagai berikut :

    1). gatha.

    "Saya menghormat ayahmu timbaru
    Menghormat karena dikau O Suriya-Vaccase
    Darinya terlahirlah apa yang baik
    Dikaulah tempat tumpuan yang mulai dari semua kegembiraanku.

    Bagaikan angin yang menyejukkan orang yang kepanasan
    Bagaikan air dingin yang menyegarkan mereka yang kehausan.
    Demikianlah sayangmu kepadaku
    O Cahaya gemilang, Dhamma kebenaran dan para Arahat.
    Bagaikan obat yang menyembuhkan orang sakit
    Bagaikan makanan yang menghilangkan rasa lapar
    O, kekasihku, guyurlah air kepadaku yang kepanasan
    Seperti gajah yang disinari matahari.

    Dikau bagaikan kolam tenang dengan bunga teratai yang beraneka warna terapung di atas permukaannya.
    Demikianlah saya tenggelam dalam kemanisan susumu.

    Bagaikan gajah yang menderita karena tertombak
    Meronta-ronta tanpa menghiraukan dadi-susu maupun tongkat pengarah di sampingnya
    Demikianlah saya tergila-gila dengan keindahan tubuhmu
    Yang tidak mengetahui mengapa dan untuk apa saya begitu.

    Hatiku terpikat erat kepadamu, semua tercurah
    Saya tidak akan dapat menariknya lagi
    Bagaikan ikan yang terpancing oleh kail
    Vamuru dalam pelukanmu
    Dalam haribaanmu dan belaianmu
    O Palissaja, dengan ini aku mohon kepadamu

    Sebenarnya hanya sedikit saja yang kubutuhkan
    Tetapi itu telah bertambah-tambah
    O dikau yang berambut keriting
    Sungguh besar pahalanya bagi dia yang menghormat para Arahat

    Semua pahala baik atau akibat baik yang kuperoleh dari perbuatanku
    Semuanya kupersembahkan kepadamu
    O maha penyayang

    Pahala-pahala apa pun lainnya dan buah hasil dari semua perbuatanku yang baik di dunia ini
    Aku persembahkan semuanya kepadamu
    O maha penyayang

    Seperti putra Sakka yang berada dalam Jhana 1)
    Penuh kegiuran, perhatian, pikiran terpusat, mencapai kekekalan 2)
    Demikian pula saya mencari apa yang telah dikau capai
    O Suriya-Veccase

    Bagaikan pertapa yang gembira telah mencapai
    Penerangan sempurna yang tiada taranya
    Demikian pula saya mencari apa yang telah dikau capai
    O maha penyayang

    Dengan pahala yang diberikan kepadaku oleh raja dewa Sakka
    Yang telah aku mohon kepadanya, dengan itu aku
    Menghormat dan memuja kepadamu yang maha perkasa
    Pujaanku dan kepada ayahmu
    O nan bijaksana yang bagaikan pohon salam rimbun
    Memberikan turunan yang tiada bandingnya."

    1). pencapaian dalam meditasi
    2). sakya putto va jhanena ekodi nipako sato amatam

  5. Ketika Pancasikha Gandhabba selesai mengucapkan syair tersebut, maka Sang Bhagava bersabda : "Pancasikkha, bunyi harpa dan nyanyianmu sangat harmonis, suara syairmu tidak mengganggu nyanyianmu, dan nyanyianmu pun tidak mengganggu permainan musikmu. Pancasikha dimanakah engkau belajar syair-syair yang berkenaan dengan Buddha, Dhamma, para arahat, dan cinta ini?" "Bhante, ketika Sang Bhagava berada di Uruvela di tepi sungai Naranjara, di bawah pohon Ajapala Nigrodha sebelum beliau mencapai ke-Buddhaa-an. Pada waktu itu putri raja Gandhabba Timbaru bernama Bhadda yang nampaknya bagaikan Suriya-Veccase saya cintai, tetapi putri itu mencintai Sikhaddhi anak Matali, kusir kereta. Karena berbagai cara saya tidak dapat memikat putri itu, maka saya mengambil harpa kuning yang dibuat dari kayu Beluva, pergi kekediaman Timbaru raja Gandhabba, saya memainkan harpaku dan menyanyikan syair yang berkenaan dengan Buddha, Dhamma, para arahat dan cinta :

    "Saya mohon hormat ayah Timbaru
    Menghormat karena dikau O Suriya-Veccase
    Darinya terlahir apa yang baik
    Dikaulah tempat tumpuan yang mulai dari semua kegembiraanku

    Bagaikan angin yang menyejukkan orang yang kepanasan
    Bagaikan air dingin yang menyegarkan mereka yang kehausan
    Demikianlah sayangmu kepadaku
    O Cahaya gemilang, Dhamma kebenaran, dan para arahat.

    Bagaikan obat yang menyembuhkan orang sakit
    Bagaikan makanan yang menghilangkan rasa lapar
    O kekasihku, guyurlah air kepadaku yang kepanasan
    Seperti gajah yang disinari matahari

    Dikau bagaikan kolam tenang dengan bunga teratai yang beraneka warna terapung di atas permukaannya
    Demikianlah saya tenggelam dalam kemanisan susumu

    Bagaikan gajah yang menderita karena tertombak
    Meronta-ronta tanpa menghiraukan dadi-susu maupun tongkat pengarah di sampingnya

    Demikianlah saya tergila-gila dengan
    Keindahan tubuhmu
    Yang tidak mengetahui mengapa dan untuk apa saya begitu

    Hatiku terpikat erat kepadamu, semuanya tercurah
    Saya tidak akan dapat menerimanya lagi bagaikan ikan yang terpancing oleh kail

    Vamuru dalam pelukanmu
    Dalam haribaanmu dan belaianmu
    O Palissaja, dengan ini aku mohon kepadamu
    Sebenarnya hanya sedikit saja yang kubutuhkan
    Tetapi itu telah bertambah-tambah

    O dikau yang berambut keriting
    Sungguh besar pahalanya bagi dia yang menghormat para arahat

    Semua pahala baik atau akibat baik
    Yang diperoleh dari perbuatanku
    Semuanya kupersembahkan kepadamu
    O maha penyayang

    Pahala-pahala apapun lainnya dan buah hasil dari
    Semua perbautanku yang baik di dunia ini
    Aku persembahkan semuanya kepadamu
    O maha penyayang

    Seperti putra Sakka yang berada dalam Jhana penuh kegiuran, perhatian, pikiran terpusat, mencapai kekekalan
    Demikian pula saya mencari apa yang telah dikau capai
    O Suriya-Vaccase

    Bagaikan pertapa gembira telah mencapai
    Penerangan sempurna yang tiada taranya demikian pula saya mencari apa yang telah dikau capai
    O maha penyayang

    Dengan pahala yang diberikan kepadaku oleh raja dewa Sakka
    Yang telah aku mohon kepadanya, dengan itu aku
    Menghormat dan memuja kepadamu yang maha perkasa
    Pujaanku dan kepada ayahmu
    O nan bijaksana yang baikan pohon sala yang rimbun
    Memberikan turunan yang tiada tandingannya."

    "Bhante, setelah saya selesai menyanyikan syair, Bhadda suriya-vaccase berkata kepadaku : "Saudara, saya belum pernah mendengar suara ataupun melihat Sang Bhagava, ketika saya menari di Sudhamma Sabha di surga Tavatimsa. Tetapi, karena anda menyebut Sang Bhagava, maka sebaiknya kita mengadakan pertemuan hari ini." Bhante, demikianlah saya menemuinya bukan pada hari itu, tetapi pada keesokan harinya.

  6. Pada saat itu, raja dewa Sakka berpikir: "Sang Bhagava dan Pancasikha sedang bercakap-cakap." Maka ia memanggil Pancasikha dan berkata : "Pancasikha, sampaikan hormatku kepada Sang Bhagava, dan katakan kepada beliau 'raja dewa Sakka bersama para mentri dan pengikutnya bersujud di kaki Sang Bhagava', "
    (Pancasikha melakukannya).
    "Pancasikha, semoga raja dewa Sakka bersama para mentrinya dan para pengikutnya berbahagia. Karena para manusia, asura, gandhabba dan siapapun, menginginkan kebahagiaan." Dengan cara ini Tathagata memuji mereka. Setelah Sang Bhagava berbuat demikian, Sakka raja dewa memasuki goa Indasala, menghormat kepada Sang Bhagava dan berdiri di samping. Begitu pula yang dilakukan oleh para dewa dari Tavatimsa dan Pancasikha Gandhabba.

  7. Pada waktu itu dinding goa yang kasar menjadi licin, ruangan goa yang sempit menjadi luas, goa yang gelap menjadi terang disebabkan oleh kekuatan para dewa. Maka Sang Bhagava bersabda : "Mengagumkan, hal ini menarik sekali, kosiya, sehinga anda datang ke sini untuk mengerjakan hal-hal ini."
    "Bhante, telah lama sekali saya ingin menemui Sang Bhagava, tetapi saya dihalangi oleh tugas-tugas yang harus saya laksanakan untuk para dewa Tavatimsa, sehingga saya tidak dapat datang. Pada suatu waktu Sang Bhagava berada di Salalagarake di Savatthi, maka saya ke Savatthi untuk menemui Sang Bhagava.

  8. Bhante, pada waktu itu Sang Bhagava sedang duduk bersemadi, dan Bhunjati istri dewa Vessavana dengan sikap menghormat beranjali sedang menunggu Sang Bhagava. Lalu saya berkata kepada Bhunjati : "Nyonya, sampaikan hormatku kepada Sang Bhagava dan katakan, "Bhante, Sakka raja dewa bersama para menteri dan para pengikutnya bersujud di kaki Sang Bhagava." "
    Bhunjati menjawab : 'Saudara, sekarang bukan saatnya yang tepat untuk menemui Sang Bhagava, Beliau sedang istirahat.'
    'Baiklah, Nyonya, bila Sang Bhagava bangun dari semadhi, sampaikan hormatku dan katakan pesanku kepada Beliau.' Bhante, apakah dia menyampaikan hormatku? Dan apakah Sang Bhagava ingat apa yang telah ia katakan?" 'Raja dewa, dia telah menghormati saya. Saya ingat kata-katanya. Dan demikian pula bunyi roda keretamu yang membangunkan saya dari meditasi."

  9. "Bhante, ketika saya berada di antara para dewa yang terlahir di alam surga Tavatimsa, saya telah mendengar dan mengetahui bahwa bila Tathagata arahat samma sambuddha muncul di dunia, maka cahaya tubuh para dewa berkurang, demikian pula dengan tubuh para asura berkurang. Bhante saya sendiri telah melihat dan menyaksikan hal ini. Demikian pula hal ini, di Kapilavattu ada seorang anak wanita keturunan Sakya bernama Gopika yang yakin dan percaya kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, dan melaksanakan Sila 1). Ia membuang pikiran wanitanya dan mengembangkan pikiran kepriaan, ketika ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam kehidupan yang menyenangkan di alam surga Tavatimsa sebagai anak kami. Di situ ia dikenal sebagai 'Gopaka devaputto, Gopaka devaputto'. Bhante di samping itu ada tiga bhikkhu yang mengikuti ajaran yang dibabarkan oleh Sang Bhagava setelah meninggal terlahir kembali di alam yang lebih rendah, sebagai Gandhabba. Dengan diliputi dan menikmati kesenangan lima inderia, mereka biasanya menjaga dan melayani kami. Demikianlah halnya maka Gopaka mencela mereka : "Saudara, dimanakah telinga kamu, sehingga kamu tidak mendengar Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava? Saya, walaupun sebagai wanita, yakin kepada Buddha, Dhamma, Sangha, dan melaksanakan Sila, membuang pikiran yang bersifat kewanitaan dan mengembangkan pikiran yang bersifat kepriaan, setelah meninggal terlahir kembali dalam kehidupan yang menyenangkan bersama-sama dalam alam dewa Tavatimsa sebagai putra raja dewa Sakka dan saya dikenal sebagai Gopaka devaputto. Tetapi kamu yang mengikuti ajaran Sang Buddha, terlahir kembali di alam yang lebih rendah, sebagai Gandhabba. Sangat menyedihkan sekali, bila diketahui, sebab kita mengikuti ajaran yang sama, tetapi kamu terlahir kembali di alam yang lebih rendah, sebagai Gandhabba."
    Demikianlah setelah mereka dicela oleh Gopaka, pada kehidupan itu juga dua di antaranya dapat melaksanakan Dhamma, memusatkan perhatian dan berdasarkan hal itu mereka berdua terlahir kembali sebagai Brahma Purohita 1). Tetapi yang seorang lagi tetap terikat pada kenikmatan inderia.

    1). peraturan agama

    Syair-syair Gopaka

  10. Upasika 1) dari Cakkhumato 2)
    Mereka menamakan dan memanggilku 'Gopaka'
    Aku yakin dan percaya kepada Buddha dan Dhamma
    Dengan sepenuh hatiku aku menemani Sangha
    Berdasarkan Dhamma kebenaran Sang Buddha
    Aku terlahir menjadi putra Sakka
    Di alam surga yang gemilang dan perkasa
    Dan saya dikenal sebagai Gopako
    Ada beberapa bhikkhu yang pada kehidupan yang lampau
    Hanya terlahir sebagai Gandhabba
    Mereka menjadi murid utama Gotama
    Melayani kami dengan makanan dan minuman
    Dan menjaga tempat kami
    Dimanakah telinga yang mereka miliki
    Sehingga mereka tidak dapat mendengar Buddha Dhamma.
    Dhamma dari Cakkhumato harus dimengerti
    Dan dilaksanakan oleh yang mendengarnya
    Saya hanya melayani kamu yang telah mendengar nasihat-nasihat dari para Ariya.
    Saya telah terlahir sebagi putra Sakka
    Di alam surga yang gemilang dan perkasa
    Tetapi kamu yang telah melayani 'manusia yang terbaik'
    Dan hidup brahmacari 3) telah terlahir kembali
    Dalam keadaan yang lebih rendah, merosot dari cita-citamu.
    Hal ini amat menyedihkan untuk diketahui
    Dia yang mengikuti ajaran yang sama tetapi tenggelam hidup sebagai Gandhabba
    Kamu datang melayani para dewa
    Tetapi bagiku, lihatlah perubahan apa yang telah terjadi di sini.
    Ketika hidup berumah tangga sebagai wanita
    Sekarang lahir sebagai dewa menjadi pria
    Dan menikmati kegembiraan surgawi."

    1). Panggilan kepada wanita yang menjadi umat Buddha
    2). Dia yang melihat, Sang Buddha
    3). membujang, celebacy.

    Karena dicela oleh Gopaka, maka murid utama Gotama menjawab dengan sedih : "Baiklah, marilah kita maju, berusaha sungguh-sungguh, supaya tidak menjadi budak makhluk lain!"Dari mereka bertiga, dua di antaranya mempertahankan tekad untuk melaksanakan dan memperhatikan sungguh-sungguh Gotama-sasana. 1) Mereka melihat bahaya dalam pemuasan indera
    Di alam ini mereka membersihkan batin mereka
    Bagaikan gajah yang memutuskan tali pengikatnya
    Mereka melepaskan belenggu-belenggu
    Yang mengikat pada nafsu inderia,
    Yang diikatkan oleh si jahat
    Mereka dapat melampaui alam para dewa Tavatimsa
    Dengan disaksikan oleh para dewa Tavatimsa
    Yang duduk mengelilingi dewa Inda (Sakka) bersama Pajapati, kedua pahlawan membersihkan diri mereka dan melenyapkan semua nafsu inderia."

    1). ajaran, agama, doktrin

    Setelah menyaksikan mereka, Vesana (Sakka) penguasa para dewa menjadi sedih, di tengah-tengah pengikutnya ia berkata : "Sekarang, mereka yang terlahir lebih rendah, telah dapat melampaui para dewa Tavatimsa!"Mendengar pernyataan penguasanya, Gopaka berkata kepada Vesana : "O Inda, di alam manusia Sang Buddha dikenal sebagai Sakyamuni adalah penakluk dunia inderia.
    Anak-anakNya ini yang telah kehilangan perhatian ketika meninggal dunia, mereka mendapat kembali keyakinan itu karena saya.
    Namun salah satu di antaranya mereka berada di sini yang terlahir sebagai Gandhabba.
    Dua di antaranya yang telah mencapai kebijaksanaan yang tinggi dan diliputi oleh kegiuran,
    Mereka para dewa.
    Sebaiknya tidak ada siswa yang khawatir
    Dengan keadaan di mana pun yang mereka tinggali
    Karena Dhamma kebenaran masih dapat direalisir.

    Terpujilah Sang Buddha, Penakluk,
    Yang telah melewati arus
    Dan yang telah melenyapkan semua kekhawatiran.

    Walaupun di sini, mereka dapat mengenal Dhamma-Mu
    Mereka maju melintasi dan mendapat kemuliaan
    Di antara para Brahma Purohita 1)
    Mereka berdua telah mendapat tempat
    Yang lebih tinggi dari alam ini.

    1). Alam Rupa Jhana Pertama yang dicapai dengan meditasi

    O Guru, kami datang ke sini supaya mendapat Dhamma itu.
    Dapatkah Sang Bhagava memberikan kesempatan kepada kami, untuk bertanya kepadanya ?"

  11. Sang Bhagava berpikir : "Telah lama Sakka hidup dengan penuh kesucian. Pertanyaan apa pun yang ia tanyakan, itu tentu bermanfaat dan bukan sia-sia saja, dan jawaban apa pun yang saya berikan akan dimengerti dengan cepat olehnya."
    Maka Sang Bhagava bersabda kepada Sakka raja dewa dengan syair ini :
    "Vasava, tanyakanlah sepuas hatimu setiap pertanyaan akan saya jawab dengan jelas."
II
  1. Karena diperkenankan, maka Sakka raja dewa menanyakannya pertama ini kepada Sang Bhagava : "Dengan belenggu 2) apakah maka para dewa, manusia, asura, dan naga, gandhabba dan semua makhluk apa pun terikat yang walaupun semuanya berkeinginan supaya hidup tanpa kebencian, tanpa melukai, tanpa permusuhan, tanpa menganiaya, hidup dalam persahabatan ! Tetapi ternyata kita hidup dengan kebencian, melukai, permusuhan, menganiaya, dan tanpa persahabatan ?"
    Demikianlah pertanyaan Sakka yang pertama kepada Sang Bhagava.
    Setelah ditanya demikian, Sang Bhagava menjawab :
    "Raja dewa, karena dibelenggu oleh iri hati dan kekikiran 3), maka para dewa, manusia, asura, naga, gandhabba, dan makhluk apa pun terikat yang walaupun semuanya berkeinginan hidup tanpa kebencian, tanpa melukai, tanpa permusuhan, tanpa menganiaya, hidup dalam persahabatan ! Tetapi, ternyata mereka hidup dengan kebencian, melukai, permusuhan, menganiaya dan tanpa persahabatan."
    Demikianlah jawaban Sang Bhagava atas pertanyaan yang ditanyakan oleh dewa Sakka.
    Dewa Sakka gembira sekali mendengar jawaban Sang Bhagava, ia menunjukkan kesenangan dan kegembiraannya dengan berkata : "Demikianlah Bhagava. Begitulah Sugata ! Saya telah melenyapkan kekhawatiran dan saya terbebas dari kebingungan, karena telah mendengar jawaban Sang Bhagava."

  2. Setelah dewa Sakka mengajukan kesenangannya dan kegembiraannya, ia bertanya kembali kepada Sang Bhagava : "Bhante, tetapi apakah yang merupakan sumber atau penyebab munculnya iri hati dan kekikiran ? Apakah yang melahirkan iri hati dan kekikiran ? Bagaimanakah iri hati dan kekikiran itu muncul ? Apakah yang ada sehingga iri hati dan kekikiran muncul ? Apakah yang tidak sehingga iri hati dan kekikiran lenyap?"
    "Raja dewa, hal-hal yang kita cintai 1) dan hal-hal yang tidak kita cintai itulah yang menjadi sebab dan sumber dari iri hati dan kekikiran, inilah yang melahirkan dan memunculkan iri hati dan kekikiran. Karena adanya yang tidak dicintai dan yang tidak dicintai maka iri hati dan kekikiran muncul. Dan bila perasaan mencintai dan tidak mencintai tidak ada, maka iri hati dan kekikiran tidak ada pula."
    "Bhante, tetapi apakah sebab dan sumber dari hal yang dicintai dan yang tidak dicintai ? Apakah yang melahirkan perasaan-perasaan demikian ? Bagaimana hal itu terjadi ? Apakah yang ada sehingga kita merasa demikian. Dan apakah yang tidak ada sehingga kita tidak merasa begitu ?"
    "Raja dewa, keinginan 2) adalah sebab dan sumber dari hal yang dicintai dan yang tidak dicintai. Inilah yang melahirkan perasaan-perasaann tersebut, inilah yang menyebabkan perasaan-perasaan tersebut terjadi. Karena adanya keinginan maka sesuatu menjadi dicintai atau tidak dicintai oleh kita, dan bila keinginan tidak ada maka perasaan demikian pun tidak ada. "

    1). piyappiya
    2). chando

    "Bhante, tetapi apakah yang menjadi sebab dan sumber dari keinginan ? Apakah yang melahirkannya? Bagaimanakah keinginan itu terjadi ? Apakah yang ada sehingga keinginan itu ada, dan apakah yang tidak ada sehingga keinginan itu tidak ada pula ? "
    "Raja dewa, pengarahan pikiran 1) adalah sebab dan sumber dari keinginan, inilah yang melahirkan keinginan, inilah yang menyebabkan keinginan terjadi. Karena pikiran kita diarahkan maka keinginan ada, dan bila pengarahan pikiran itu tidak ada, maka keinginan itu tidak ada pula."
    "Bhante, tetapi apakah yang menjadi sebab dan sumber pengarahan pikiran ? Apakah yang melahirkan keadaan itu ? Bagaimana itu terjadi ? Apakah yang ada sehingga pengarahan pikiran kita ada, dan apa pula yang tidak ada sehingga pengarahan pikiran kita tidak ada?"
    "Raja dewa, khayalan 2) adalah penyebab dan sumber dari pengarahan pikiran. Inilah yang melahirkan pengarahan pikiran terjadi. Karena khayalan maka pengarah pikiran kita ada, dan bila khayalan tidak ada maka pengarahan pikiran pun tidak ada."

  3. "Bhante, bagaimanakah para bhikkhu yang mengikuti jalan kebenaran dapat melenyapkan khayalan ?"
    "Raja dewa, ada dua macam Somanassa 3) yang saya nyatakan, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Ada dua macam domanassa 4) yang saya nyatakan, yaitu perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Juga ada dua macam upekkha 5) yang saya nyatakan, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan.
    Perbedaan dari Somanassa yang saya nyatakan adalah yang didasarkan pada : Bila mengembangkan Somanassa, kemudian melihat hal-hal buruk 6) berkembang, sedangkan hal-hal baik 7) berkurang, maka Somanassa demikian tidak perlu dikembangkan ; tetapi bila mengembangkan Somanassa, kemudian melihat hal-hal baik berkembang, sedang hal-hal buruk berkurang, maka Somanassa demikian perlu dikembangkan.
    Dari Somanassa yang disertai pengarahan pikiran dan khayalan, dan Somanassa yang tidak disertai kedua faktor itu, maka yang terakhir inilah yang terbaik.
    Raja dewa, ada dua macam Somanassa yang saya nyatakan sesuai dengan perkembangannya yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Demikian saya berkata begitu dengan alasan-alasan tersebut.
    Raja dewa, begitu pula, ada dua macam domanassa yang saya nyatakan, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Apakah alasannya maka Saya berkata demikian ? Bila mengembangkan domanassa, kemudian melihat hal-hal baik berkembang, sedang hal-hal buruk berkurang, maka domanassa demikian perlu dikembangkan; tetapi bila mengembangkan domanassa, kemudian melihat hal-hal buruk berkembang, sedang hal-hal baik berkurang, maka domanassa demikian tidak perlu dikembangkan. Dari domanassa yang disertai pengarahan pikiran dan khayalan, dan domanassa yang tidak disertai kedua faktor itu, maka yang terakhir inilah yang terbaik.

    1). vitakka
    2). papanca sanna
    3). pikiran yang baik, kesenangan dalam pikiran, kegembiraan.
    4). pikiran yang susah, kesedihan dalam pikiran, kedukaan
    5). keseimbangan
    6). akusala dhamma
    7). kusala dhamma

    Raja dewa, ada dua macam domanassa yang Saya nyatakan sesuai dengan perkembangannya yaitu perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Demikianlah Saya berkata begitu dengan alasan-alasan tersebut.
    Raja dewa, begitu pula, ada dua macam upekkha yang Saya nyatakan, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Apakah alasannya maka Saya berkata demikian? Bila mengembangkan upekkha, kemudian melihat hal-hal buruk berkembang, sedangkan hal-hal baik berkurang, maka upekkha yang demikian tidak perlu dikembangkan; tetapi bila mengembangkan upekkha, kemudian melihat hal-hal baik berkembang, sedangkan hal-hal buruk berkurang, maka upekkha demikian perlu dikembangkan. Dari upekkha yang disertai dengan pengaruh pikiran dan khayalan, dan upekkha yang tidak disertai oleh kedua faktor itu, maka yang terakhir inilah yang terbaik.
    Raja dewa, ada dua macam upekkha yang Saya nyatakan sesuai dengan perkembangannya, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Demikianlah Saya berkata begitu dengan alasan-alasan tersebut."
    Demikianlah jawab Sang Bhagava untuk pertanyaan dewa Sakka. Dewa Sakka gembira sekali mendengar jawaban Sang Bhagava, ia menunjukkan kesenangan dan kegembiraannya dengan berkata : "Demikianlah Bhagava. Begitulah Sugata ! Saya telah melenyapkan kekhawatiran dan saya terbebas dari kebingungan, karena telah mendengar jawaban Sang Bhagava."

  4. Setelah dewa Sakka menunjukkan kegembiraan dan kesenangannya, ia bertanya kembali kepada Sang Bhagava ; "Bhante, tetapi bagaimana para bhikkhu bertindak sedangkan mereka telah memiliki latihan untuk mengendalikan diri & Patimokkha 1)?
    "Raja dewa, Saya menyatakan bahwa perbuatan dengan jasmani 2) ada dua macam, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Perbuatan dengan ucapan 3) ada dua macam, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Demikian pula dengan mencari (menyelidik) 4) ada dua macam, yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan. Apakah alasannya maka Saya berkata begitu?
    Bila mengembangkan perbuatan Jasmani, Ucapan dan Mencari (apa yang diinginkan), kemudian melihat hal-hal buruk berkembang sedangkan hal-hal baik berkurang maka perbuatan jasmani, ucapan dan mencari (apa yang diinginkan) itu tidak perlu dikembangkan. Tetapi bila mengembangkan perbuatan badan jasmani, ucapan dan mencari (apa yang diinginkan), kemudian melihat hal-hal baik berkembang, sedangkan hal-hal buruk berkurang, maka perbuatan jasmani, ucapan dan mencari (apa yang diinginkan) itu perlu dikembangkan.
    "Raja dewa, demikianlah ketika Saya menyatakan perbuatan jasmani, ucapan, dan mencari (apa yang diinginkan) ada dua macam, itu adalah sesuai dengan perkembangan yang perlu dan tidak perlu dikembangkan. Saya berkata begitu dengan alasan-alasan tersebut.
    Raja dewa, dengan cara inilah seorang bhikkhu harus bertindak walaupun telah memiliki latihan mengendalikan diri dengan Patimokkha."
    Demikianlah jawaban Sang Bhagava untuk pertanyaan dewa Sakka. Dewa Sakka gembira sekali mendengar jawaban Sang Bhagava, ia menunjukkan kesenangan dan kegembiraannya dengan berkata : "Demikianlah Bhagava. Begitulah Sugata ! Saya telah melenyapkan kekhawatiran dan saya terbebas dari kebingungan, karena mendengar jawaban Sang Bhagava."

    1). kumpulan peraturan (sila) para bhikkhu sebanyak 227.
    2). kaya samacara
    3). vaci samacara
    4). pariyesena

  5. Setelah dewa Sakka menunjukkan kesenangan dan kegembiraannya, ia bertanya kembali kepada Sang Bhagava : "Tetapi bagaimanakah para bhikkhu bertindak, sedangkan mereka telah memiliki pengekangan*)?"
    "Raja dewa, Saya nyatakan bahwa obyek dari inderia : mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran 1), ada dua macam yaitu yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan."
    Kemudian dewa Sakka berkata kepada Sang Bhagava : "Bhante, saya mengerti dengan jelas apa yang telah Sang Bhagava katakan secara garis besar kepada saya. Obyek-obyek inderia yang tidak perlu dikembangkan adalah yang menyebabkan hal-hal buruk berkembang dan hal-hal yang baik berkurang, tetapi bila obyek-obyek inderia yang menyebabkan hal-hal baik berkembang dan hal-hal buruk berkurang maka ini perlu dikembangkan. Karena saya mengerti dengan jelas maksud Sang Bhagava katakan kepadaku secara garis besar itu, maka saya telah dapat melenyapkan kekhawatiran dan saya terbebas dari kebingungan, karena mendengar jawaban Sang Bhagava."

  6. Setelah dewa Sakka menunjukkan kesenangan dan kegembiraannya, ia bertanya kembali kepada Sang Bhagava : "Apakah semua pertapa dan brahmana memiliki ajaran, sila, keinginan, dan tujuan yang sama 2)?"
    "Tidak, raja dewa, mereka tidak memiliki ajaran, sila, keinginan dan tujuan yang sama."
    "Bhante, mengapa tidak sama?"
    "Raja dewa, ada bermacam-macam, beraneka ragam paham atau yang ada dalam dunia ini. Karena demikian halnya, maka orang-orang bertendensi untuk menganuti salah satu dari sekian banyak pandangan tersebut yang ada, dan dengan menganuti lebih kuat, fanatik dan berpendapat bahwa 'hanya pandangan inilah yang benar, yang lain adalah salah (bodoh)'.
    Itulah sebabnya maka para pertapa dan brahmana tidak memiliki ajaran, sila, keinginan dan tujuan yang sama."
    "Bhante, apakah semua pertapa dan brahmana 'hidup dengan sempurna, sempurna pencapaiannya, dan hidup brahmacari 3) dengan sempurna, dan telah mencapai tujuan akhir dengan sempurna."
    "Raja dewa, mereka tidak begitu sempurna."
    "Bhante, mengapa tidak semua begitu? "
    "Raja dewa, para pertapa dan brahmana terbebas dan telah melenyapkan semua kehausan 4), merekalah yang hidup dengan sempurna, hanya mereka yang sempurna pencapaiannya, dan hanya mereka yang hidup brahmacari, dan telah mencapai tujuan akhir dengan sempurna. Itulah sebabnya, maka bukan semua pertapa dan brahmana yang hidup dengan sempurna, sempurna pencapaiannya, hidup brahmacari dengan sempurna dan mencapai tujuan akhir dengan sempurna."
    Demikian jawaban Sang Bhagava untuk pertanyaan dewa Sakka.
    Dewa Sakka gembira sekali mendengar jawaban Sang Bhagava, ia menunjukkan kegembiraan dan kesenangannya dengan berkata : "Demikianlah Bhagava. Begitulah Sugata ! Saya telah melenyapkan kekhawatiran dan saya telah terbebas dari kebingungan karena mendengar jawaban Sang Bhagava."

    *). indriya samvara
    1). cakkhu-vinneyyam, sota-vinneyyam, ghana-vinneyam, jivha-vinneyyam, kaya-vinneyam, mano-vinneyam
    2). ekanta-vada, ekanta-sila, ekanta-chanda, ekanta-ajjhossana.
    3). celebacy, membujang
    4). tanha-sankhaya-vimutta.

  7. Setelah dewa Sakka menunjukkan kesenangan dan kegembiraannya, ia bertanya kembali kepada Sang Bhagava : "Bhante, nafsu inderia adalah penyakit, nafsu adalah kanker, nafsu inderia adalah panah, nafsu inderia adalah yang menyebabkan tumimbal lahir yang tiada henti-hentinya sehingga seseorang mendapatkan dirinya ada kalanya tinggi atau rendah. Para pertapa dan brahmana yang bukan muridMu tidak pernah memberikan kesempatan untuk ditanyai tentang hal-hal ini, tetapi Sang Bhagava telah menjawab semua pertanyaanku dengan panjang lebar dan jelas, maka panah kekhawatiranku dan kebingunganku telah dilenyapkan oleh Sang Bhagava."
    "Raja dewa, apakah kau mengakui bahwa kau telah menanyakan pertanyaan yang sama ini kepada para pertapa dan brahmana lain?"
    "Ya, Bhante."
    "Bilamana tidak keberatan, katakanlah kepadaKu apakah jawaban mereka kepadamu?"
    "Tidak, sedikitpun tidak keberatan, bila Sang Bhagava atau orang yang seperti Dia mendengarkan apa yang akan saya katakan."
    "Katakanlah, raja dewa."
    "Bhante, saya pergi kepada mereka yang saya anggap sebagai pertapa dan brahmana, karena mereka tinggal di hutan yang tenang, dan saya menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu. Ketika ditanya mereka tidak menjawab malah balas bertanya kepadaku : "Siapakah anda ?"
    Saya menjawab : "Saudara, saya Sakka raja dewa."
    Selanjutnya mereka bertanya : "Apakah maksudmu? Apakah sebabnya sehingga sebagai raja dewa datang ke sini?" Selanjutnya saya mengajarkan Dhamma kepada mereka seperti apa yang telah pernah saya dengar. Dan hanya mendengar sebegitu saja, mereka telah merasa senang dan berkata : "Kami telah melihat Sakka raja dewa, dan ia telah menjawab pertanyaan kami !" Sesungguhnya saya yang akan menjadi murid mereka, tetapi sebaliknya mereka yang menjadi muridku. Bhante, saya dalah murid Sang Bhagava, sebagai sotapanna yang akan terlahir kembali di alam yang menyedihkan dan yang telah pasti akan mencapai kesempurnaan 1)."
    "Raja dewa, apakah kau mengakui bahwa sebelumnya kamu telah mengalami kepuasan seperti yang kau rasakan sekarang ini ?"
    "Ya, Bhante."
    "Apakah yang akan kamu katakan mengenai kejadian yang telah lalu itu, raja dewa ?"
    "Pada waktu yang lampau telah terjadi peperangan antara para dewa dan para asura. Dalam peperangan itu, para dewa menang, dan para asura kalah. Ketika peperangan berakhir, dan sebagai pemenang, dalam diriku muncul pikiran : "Selanjutnya para dewa bukan hanya menikmati sari surgawi tetapi juga menikmati sari asura 2)."
    Bhante, tetapi mengalami kepuasan dan kenikmatan yang dihasilkan dengan penganiayaan atau melukai itu, tidak membawa ke arah 'pelepasan, pembebasan dari nafsu inderia, pelenyapan, kedamaian, kepengetahuan spiritual yang tinggi, ke kesempurnaan, dan Nibbana' 3). Tetapi, Bhante kepuasan yang saya alami dengan mendengar Dhamma Sang Bhagava yang bukan dihasilkan dengan penganiayaan atau melukai, dan yang mengarah ke pelepasan, pembebasan dari nafsu inderia, pelenyapan kedamaian, ke pengetahuan spiritual yang tinggi, ke kesempurnaan dan Nibbana."

    1). sotapanno avinipata-dhammo niyato sambhodi-parayano ti.
    2). ya c'eva dani diba oja, ya va asura-oja, ubhayam etam deva paribhunjissantiti.
    3). na nibbidaya na viragaya na nirodhaya na upasamaya na abhi nnaya na sambhodaya na nibbanaya samvattati.

  8. "Raja dewa, apakah yang ada dalam pikiran ketika kau mengakui mengalami kepuasan dan kebahagiaan seperti itu?"
    "Bhante, ada enam hal yang ada dalam pikiran ketika saya merasa puas dan bahagia : Saya ini sebagai dewa yang telah memastikan masa kehidupan hanya terlahir sekali lagi.
    Dengarlah dan ketahuilah, Bhante !
    Bhante, inilah arti pertama dari apa yang saya katakan. Bila meninggal di alam dewa, saya tidak akan hidup sebagai manusia, dengan segera saya pergi tanpa bersusah payah untuk mencari tempat kelahiran bagiku.Bhante, inilah arti kedua dari apa yang saya katakan. Saya yang telah mengatasi persoalan-persoalanku hidup gembira dalam ajaranNya, maka saya akan hidup dengan benar, mawas diri dan penuh kewaspadaan.Bhante, inilah arti ketiga dari apa yang saya katakan. Dan bila kehidupanku selalu benar hingga mencapai penerangan sempurna 1), maka saya akan hidup sebagai orang yang tahu 2) bahwa inilah akhir hidupku.Bhante, inilah arti keempat dari apa yang saya katakan. Meninggal dari alam manusia, maka saya tidak terlahir sebagai manusia lagi.
    Dan sekali lagi saya akan menjadi dewa yang paling baik di alam dewa.
    Bhante, inilah arti kelima dari apa yang saya katakan. Yang paling baik di antara para dewa adalah dewa Akanittha yang agung tempat kehidupanku terakhir.
    Saya akan pergi mendatangi tempat kediamanku itu kelak.
    Bhante inilah arti keenam dari apa yang saya katakan ketika mengalami kepuasan dan kebahagiaan tersebut.
    Bhante, inilah enam hal yang ada dalam pikiranku ketika saya merasa puas dan bahagia tersebut."

    1). sambodhi ce bhavissati
    2). annata viharissami.

  9. "Dengan kehendak yang tidak terpuaskan, cemas dan khawatir, lama sekali dan sampai jauh saya mencari Tathagata. Saya mengira para pertapa dan brahmana yang tinggal di tempat yang tenang dan taat pada latihannya, pasti mereka adalah sambuddha, maka aku mendatangi mereka.
    'Apakah yang mesti kami dapat, apakah yang tidak kami dapat ?' Begitulah mereka bertanya kepadaku, tanpa mereka menunjukkan jalan. Tetapi sebaliknya, ketika mereka mengetahui saya yang datang adalah Sakka raja dewa, maka mereka bertanya :
    'Apakah maksudku maka kau datang ke tempat ini ?'
    Di tempat itu, kepada mereka aku mengajarkan Dhamma seperti yang telah pernah saya dengar, dan yang telah banyak orang dengar pula. Sedangkan mereka yang di situ, bersorak dengan gembira dengan berkata: 'Kami telah melihat Vasava!'
    Tetapi sejak saya bertemu dengan Sang Bhagava, semua kekhawatiranku lenyap. Dan sekarang ini semua ketakutanku tiada lagi.
    KepadaNya, sammasambuddha, aku memuji. Kepada Dia aku memuja, Dia yang telah mencabut panah kehausan 3).
    Kepada Buddha, makhluk yang tiada noda aku memuja, pahlawan yang tiada taranya. Keluarga Sang Surya.*).
    Kepada Dia yang dipuja oleh para brahma dan manusia.
    Begitulah pada hari ini kamu memuja kepadaNya.
    Kepada Dia, Sambuddha, guru yang tiada tandingNya di antara semua makhluk, di antara para dewa dan dalam dunia ini tiada duanya."

    3). tanha sallassa.

  10. Selanjutnya Sakka raja dewa berkata kepada Pancasikha Gandhabba : "Besar sekali pertolonganmu kepadaku, O Pancasikha Gandhabba karena kaulah yang mula-mula memberitahukan tentang Sang Bhagava. Karena, setelah untuk pertama kali kau mengatakan tentang Sang Bhagava, maka kami berkesempatan menemui Sang Bhagava arahat samma sambuddha. Saya akan menjadikan diriku sebagai ayahmu, kau akan menjadi raja para Gandhabba. Saya akan memberikan Bhadda Suriya-vaccase kepadamu, dia yang selalu kau rindukan."
    Kemudian dewa Sakka menyentuh tanah dengan tangannya sebagai tanda supaya menjadi saksi, dan ia bertindak dengan nyaring : "Namo tassa Bhagavato arahato samma Sambuddhassa!
    "Namo tassa Bhagavato arahato samma Sambuddhassa!
    "Namo tassa Bhagavato arahato samma Sambuddhassa ti."1)
    Sementara dalam percakapan tersebut, mata-kebenaran 2) yang tiada cacatnya muncul di dalam diri Sakka raja dewa, dan menyadari : "Segala sesuatu yang terjadi karena sebab, semua itu pasti lenyap 3)." Hal ini terjadi pula pada delapan puluh ribu dewa lainnya.
    Demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dewa Sakka, dan semuanya telah dijawab dengan jelas oleh Sang Bhagava. Itulah sebabnya maka percakapan ini dinamakan 'Sakka Panha'.

    *). sebutan menghormat, nama Buddha sebagai anggota kelompok tata surya (adicca bandhuna).
    1). Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna.
    2). Dhamma-cakkhum udapadi
    3). yam kinci samudaya-dhamma sabban tam nirodha-dhamman'ti.

No comments: