Monday, September 08, 2008

Cula Tanhasankhaya Sutta

CULA TANHASANKHAYA SUTTA (37)
Khotbah pendek tentang Hancurnya Nafsu Keinginan

Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya II
  1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Taman Timur, di Istana Ibu Migara.

  2. Pada saat itu, Sakka, penguasa para dewa, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, dia berdiri di satu sisi dan bertanya: “Yang Mulia Bhante, secara ringkas bagaimanakah seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan, orang yang telah mencapai tujuan tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari belenggu, kehidupan suci tertinggi, tujuan tertinggi, ia yang terkemuka di antara para dewa dan manusia?”395

  3. “Di sini, wahai penguasa para dewa, seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas dilekati. Ketika seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas dilekati, secara langsung dia mengetahui segalanya; setelah secara langsung mengetahui segalanya, dia sepenuhnya memahami segalanya; setelah sepenuhnya memahami segalanya, maka perasaan apa pun yang dia rasakan, tidak peduli menyenangkan atau menyekitkan atau bukan-menyakitkan-pun-bukan-menyenangkan, dia berdiam merenungkan ketidak-kekalan di dalam peresaan-perasaan itu, merenungkan pudarnya, merenungkan penghentian, merenungkan pelepasan. Dengan merenungkan demikian, dia tidak melekati apa pun di dunia ini. Ketika tidak melekat, dia tidak gelisah. Ketika tidak gelisah, secara pribadi dia mencapai Nibbana.396 [252] Dia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi kelahiran di dalam keadaan dumadi apa pun.' Secara ringkas, wahai penguasa para dewa, dengan cara demikianlah seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan, orang yang telah mencapai tujuan tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari belenggu, kehidupan suci tertinggi, tujuan tertinggi, dia yang terkemuka di antara para dewa dan manusia.”

  4. Kemudian Sakka, peguasa para dewa, karena gembira dan bersukacita dengan kata-kata Yang Terberkahi, memberi hormat kepada Yang Terberkahi. Dan dengan tatap menjaga agar Beliau tetap berada di sebelah kanannya, dia pun segera lenyap.

  5. Pada kesempatan itu, Y.M. Maha Moggallana sedang duduk tidak jauh dari Yang Terberkahi. Kemudian beliau berpikir: “Apakah dewa itu tadi bisa menembus arti kata-kata Yang Terberkahi ketika dia bersukacita, atau tidak? Sebaiknya saya mencari tahu apakah dia bisa atau tidak.”

  6. Kemudian, secepatnya orang kuat bisa meluruskan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang lurus, Y.M. Maha Moggallana lenyap dari Istana Ibu Migara di Taman Timur dan muncul di antara para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa.

  7. Pada kesempatan itu, Sakka, penguasa para dewa, diperlengkapi dan diberkahi ratusan kali dengan lima jenis musik surgawi, dan dia sedang menikmatinya di Taman Hiburan Teratai Tunggal. Ketika melihat Y.M. Maha Moggallana dari jauh, dia menhentikan musikitu, mwnghampiri Y.M. Maha Moggallana, dan berkata pada beliau: “Mari, Bhante Moggallana yang baik! Selamat datang, Bhante Moggallana yang baik! Sudah lama Y.M. Moggallana yang baik, sejak Bhante mendapatkan kesempatan untuk datang ke sini, Silahkan duduk, Bhante Moggallana yang baik; tempat duduk ini telah siap.”

    Y.M. Maha Moggallana duduk di tempat duduk yang telah disiapkan, dan Sakka mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk di satu sisi. Y.M. Maha Moggallana kemudian bertanya kepadanya:
  8. “Kosiya,397 bagaimanakah Yang Terberkahi menyatakan kepadamu secara ringkas pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan? Akan baik jika kita bisa juga mendengar pernyataan itu.”

    “Bhante Moggallana yang baik, kami amat sibuk, amat banyak yang harus kami lakukan, tidak hanya urusan kami sendiri, tetapi juga urusan para dewa di Alam Tiga-Puluh-tiga Dewa. Sealain itu, Bhante Moggallana yang baik, apa yang didengar dengan baik, dipelajari dengan baik, [253] diperhatikan dengan baik, diingat dengan baik, tidak lenyap secara tiba-tiba. Bhante Moggallana yang baik, pernah terjadi ada perang yang pecah antara para dewa dan para raksasa.398 Di dalam perang itu para dewa menang dan para raksasa kalah. Ketika saya telah memenangkan perang itu dan kembali dari sana sebagai penakluk, saya menyuruh agar Istana Vejayanta di bangun. Bhante Moggallana yang baik, Istana Vejayanta memiliki seratus menara, dan setiap menara memiliki tujuh ratus ruang di lantai atas, dan setiap ruang di lantai atas memiliki tujuh peri, dan setiap peri mempunyai tujuh pelayan. Maukah Bhante melihat keelokan Istana Vejayanta, Bhante Moggallana yang baik?” Y.M. Maha Moggallana setuju dengan berdiam diri.

  9. Kemudian Sakka, penguasa para dewa, dan Raja Vessavana yang agung399 pergi menuju Istana Vejayanta, dengan mendahulukan Y.M. Maha Moggallana. Ketika para pelayan Sakka melihat Y.M. Maha Moggallana dari jauh, mereka malu dan jengah, dan mereka masing-masing masuk ke kamarnya sendiri-sendiri. Seperti halnya seorang menantu perempuan malu dan jengah ketika melihat ayah mertuanya, demikian pula ketika para pelayan Sakka melihat Y.M. Maha Moggallana datang, mereka malu dan jengah dan mereka masuk ke kamarnya sendiri-sendiri.

  10. Kemudian Sakka, pengusa para dewa, dan Raja Vessavana yang agung mengajak Y.M. Maha Moggallana berjalan ke semua penjuru dan menjelajahi Istana Vejayanta. “Lihatlah, Bhante Moggallana yang baik, keelokan Istana Vejayanta ini! Lihatlah Bhante Moggallana yang baik, keelokan Istana Vejayanta ini.”

    “Hal ini memberikan pujian bagi Yang Mulia Kosiya sebagai orang yang dahulu telah melakukan tindakan jasa; dan kapan pun makhluk-makhluk manusia melihat apa pun yang elok, mereka mengatakan: ‘Tuan-tuan, hal ini memberikan pujian bagi para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa!' Hal ini memberikan pujian bagi Yang Mulia Kosiya sebagai orang yang dahulu telah melakukan tindakan jasa.”

  11. Kemudian Y.M. Maha Moggallana mempertimbangkan demikian: “Makhluk halus ini sungguh hidup amat sangat lalai. Bagaimana jika saya menggugah rasa kemendesakan di dalam dirinya?” Kemudian Y.M. Maha Moggallana mempertunjukan perbuatan dengan kekuatan kesaktian yang sedemikian rupa, sehingga dengan ujung jari kakinya beliau membuat Istana Vejayanta terguncang dan bergetar dan gemetar.400 [254] Sakka dan Raja Vessavana yang agung serta para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa merasa amat takjub dan kagum, dan mereka berkata, “Tuan-tuan, hal ini luar biasa, hal ini menakjubkan, kekuatan dan kekuasaan macam apa yang dimiliki petapa itu, sehingga dengan ujung jari kakinya beliau mampu membuat bagian surgawi ini terguncang dan bergetar serta gemetar!”

  12. Ketika Y.M. Maha Moggallana mengetahui bahwa Sakka, penguasa para dewa, tergugah oleh rasa kemendesakan dengan bulu kuduknya berdiri, beliau bertanya kepada Sakka: “Kosiya, bagaimana Yang Terberkahi secara ringkas menyatakan kepadamu pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan? Akan baik jika kita juga bisa mendengar pertanyaan itu.”

    “Bhante Moggallana yang baik, saya mendatangi Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, saya berdiri di satu sisi dan bertanya: “Yang Mulia Bhante, … [seperti di § 2] … di antara para dewa dan manusia?” Ketika hal ini dikatakan, Bhante Moggallana yang baik, Yang Terberkahi memberitahu saya: ‘Di sini wahai penguasa para dewa, … [seperti di §3] di antara para dewa dan manusia.' Demikianlah secara ringkas Yang Terberkahi menyatakan kepadaku pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan, Bhante Moggallana yang baik.”

  13. Pada waktu itu Y.M. Maha Moggallana bergembira dan bersukacita dengan kata-kata Sakka, penguasa para dewa. [255] Kemudian, secepat pria yang kuat meregangkan tangannya yang tertekuk, atau menekuk tangannya yang teregang, dia lenyap dari antara para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa dan muncul di Taman Timur di Istana Ibu Migara.

  14. Setelah itu, tak lama setelah Y.M. Maha Moggallana pergi, para pelayan Sakka, penguasa para dewa, bertanya kepada Sakka: “Tuan yang baik, apakah itu tadi gurumu, Yang Terberkahi?” – “Bukan, tuan-tuan yang baik, itu tadi bukan guruku Yang Terberkahi. Beliau adalah salah satu sahabatku di dalam kehidupan suci, Y.M. Maha Moggallana.”401 – “Tuan yang baik, merupakan suatu keuntungan bagimu bahwa sahabatmu di dalam kehidupan suci memiliki kekuatan dan kekuasaan sedemikian rupa. Betapa Gurumu, Yang Terberkahi, jauh lebih hebat daripada itu!”

  15. Kemudian Y.M. Maha Moggallana menghadap Yang Terberkahi, dan setelah memberi hormat Beliau, dia duduk di satu sisi dan bertanya kepada Yang Terberkahi, “Bhante, apakah Yang Terberkahi ingat telah menyatakan secara ringkas-kepada satu makhluk halus yang terkenal dengan sejumlah besar pengikut-pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan?”

    “Aku memang ingat telah melakukan hal itu, Moggallana. Di sini, Sakka, penguasa para dewa, telah datang kepadaku, dan setelah memberi hormat kepadaku, dia berdiri di satu sisi dan bertanya: ‘Yang Mulia Bhante, secara ringkas bagaimanakah seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keserakahan, orang yang telah mencapai tujuan tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari belenggu, kehidupan suci tertinggi, tujuan tertinggi, ia yang terkemuka di antara para dewa dan manusia?' Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu dia: ‘Di sini, wahai pengasa para dewa, seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas dilekati. Ketika seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas dilekati, secara langsung dia mengetahui segalanya; setelah secara langsung mengetahui segalanya, dia sepenuhnya memahami segalanya; setelah sepenuhnya memehami segalanya, maka perasaan apa pun yang dia rasakan, tidak peduli menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-pun-bukan-menyenangkan, dia berdiam merenungkan ketidak-kekalan di dalam perasaan-perasaan itu, merenungkan pudarnya, merenungkan penghentian, merenungkan pelepasan. Dengan merenungkan demikian, dia tidak melekati apa pun di dunia ini. Ketika tidak melekat, dia tidak gelisah. Ketika tidak gelisah, secara pribadi dia mencapai Nibbana. Dia memahami: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, [256] apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi kelahiran di dalam keadaan dumadi apa pun.” Secara ringkas, wahai penguasa para dewa, dengan cara demikian seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan…di antara para dewa dan manusia.' Demikianlah aku ingat telah menyatakan secara ringkas kepada Sakka, pengasa para dewa, pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan.”

    Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Y.M. Maha Moggallana merasa puas dan bersukacita di dalam kata-kata Yang Terberkahi.

Catatan :

(395) MA: Sakka bertanya tentang praktek awal seorang bhikkhu Arahat, yang melalui praktek itu dia menjadi terbebas karena hancurnya nafsu keinginan.

(396) MA menjelaskan bacaan ini sebagai berikut: “Segalanya” (saabbe dhamma) adalah lima kelompok kehidupan, dua belas landasan, delapan belas elemen. Hal-hal inilah yang “tidak pantas didekati” melalui nafsu keinginan dan pandangan-pandangan, karena pada kenyataannya sifat hal-hal itu ternyata berbeda dari caranya dipahami: dipahami sebagai bersifat kekal, menyenangkan, dan diri, namun ternyata hal-hal itu bersifat tidak kekal, penderitaan, dan bukan-diri. Dia “langsung mengetahui” hal-hal itu sebagai tidak kekal, penderitaan dan bukan-diri, dan “sepenuhnya memahami” hal-hal itu dengan cara menelitinya dengan cara yang sama. “Merenungkan ketidak-kekalan” dsb., dicapai melalui pengetahuan kebijaksanaan tentang kemunculan dan kejatuhannya, serta tentang kehancuran dan kelenyapannya. “Dia tidak melekat” pada bentukan apa pun melalui nafsu keinginan dan pandangan-pandangan, tidakmenjadi gelisah karena nafsu keinginan, dan secara pribadi mencapai Nibbana melalui padamnya semua kekotoran batin.

(397) Nama pribadi Sakka, yang berarti “burung hantu.”

(398) Para dewa dan raksasa (asura) digambarkan di Kitab Pali sebagai makhluk yang selalu berperang satu sama lain. Lihat khususnya Sakkasamyutta (SN i.216-28).

(399) Salah satu dari Empat Raja Besar, penguasa para yakkha, yang kerajaannya ada di utara.

(400) MA: Dia melakukannya dengan masuk ke dalam meditasi tentang kasina-air dan kemudian bertekad: “Semoga fondasi istana ini seperti air.”

(401) Sakka dapat mengacu pada Y.M. Maha Moggallana sebagai “sahabat di dalam kehidupan suci” karena sebelum itu, Sakka sendiri telah mencapai Pemasuk-Arus (DN 21.2.10 /ii.289).

Dengan demikian, dia adalah siswa agung yang pasti akan menuju ke pembebasan yang sama seperti yang telah dicapai oleh Maha Moggallana.

Related Links:
www.samaggi-phala.or.id

No comments: