Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Sutta Pitaka,
Penerbit : BPB Aryasuryacandra, 1991)
Demikianlah telah saya dengar,
- Pada suatu ketika Sang Bhagava 1) berada di bukit Gijjhakuta di Rajagaha. Dan pada suatu hari, ketika malam semakin larut, Pancasikha Gandhabbaputto 2) yang perkasa menyinari seluruh Gijjhakuta, datang menemui Sang Bhagava : "Bhante, ada hal yang telah saya lihat dan dengar sendiri dari para dewa Tavatimsa, dan saya akan menceritakannya kepada Sang Bhagava."
"Ceritakanlah kepada-Ku, Pancasikha," jawab Sang Bhagava. - "Bhante, pada waktu yang lampau, setelah berselang masa yang lama, pada malam yang kelima belas di bulan purnama sempurna, di hari Uposatha 3), di hari Pavarana 4), para dewa Tavatimsa 5) berkumpul dan duduk di gedung pertemuan Sudhamma. Dan mereka pun disertai oleh makhluk-makhluk surga yang telah duduk, dan di empat penjuru didiami oleh empat Maharaja. Di sebelah timur, Raja Dhatarattho dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke barat. Di sebelah selatan, Raja Virulhaka dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke utara. Di sebelah barat, Raja Virupakkha dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke timur. Di sebelah utara, Raja Vessavana dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke selatan. Bhante, ketika para dewa Tavatimsa telah berkumpul di gedung pertemuan Sudhamma, dengan dikelilingi oleh semua makhluk surga lainnya yang telah duduk pula, dan di empat penjuru Empat Maharaja telah duduk sesuai dengan urutan susunan kedudukan mereka masing-masing. Selanjutnya, barulah urutan tempat duduk kami.
Bhante, para dewa yang baru saja lahir di alam dewa Tavatimsa, yang terlahir di situ karena mereka telah hidup sesuai dengan penghidupan-suci 6), yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava, maka cahaya tubuh mereka melampaui cahaya tubuh dewa lainnya. Kemudian terdengar kata-kata dari para dewa Tavatimsa yang sedang diliputi kegembiraan, kegiuran dan kesenangan : "O, cahaya tubuh makhluk surga bertambah gemilang, sedangkan cahaya tubuh para asura 7) memudar !
1). Sebutan atau nama lain dari Sang Buddha.
2). Makhluk dewa yang rendah.
3). Hari suci atau hari sabat.
4). Hari yang khusus diadakan untuk mengkritik membangun.
5). Alam dewa tiga puluh tiga dewa
6). Brahmacari
7). Makhluk setan. - Bhante, ketika raja dewa Sakka melihat kepuasan yang diperlihatkan oleh para dewa Tavatimsa, ia menyatakan kata-kata simpatinya sebagai berikut:
"Para dewa dan penguasa Surga Tavatimsa, semuanya gembira, semuanya menghormat Sang Tathagata *) dan Dhamma-kebenaran. Di sini mereka melihat para dewa yang baru lahir, indah dan bercahaya, karena mereka telah melaksanakan penghidupan-suci yang dibabarkan oleh Sang Sugata 1), datang kemari dengan penuh kemegahan melampaui kegemilangan para dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka para Tavatimsa dan penguasanya bergembira. Semua menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-kebenaran." - Bhante, berdasarkan hal ini, para dewa Tavatimsa bertambah gembira, senang dan penuh kegiuran, berkata :
"Cahaya tubuh makhluk surga bertambah gemilang, sedangkan tubuh para Asura memudar !"
Bhante, ketika raja dewa Sakka menyaksikan kepuasan para dewa Tavatimsa ia bertanya kepada mereka :
"Apakah kamu mau mendengarkan delapan fakta kebenaran 2) dari Sang Bhagava yang terpuji ?"
"Kami mau mendengar hal-hal itu."
Bhante, kemudian raja dewa Sakka memberitahukan kepada para dewa Tavatimsa tentang delapan fakta-kebenaran dari Sang Bhagava yang terpuji : - "O, para dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat kamu ? Begitu lama Sang Bhagava telah melakukan banyak perbuatan untuk kesejahteraan orang banyak, karena kasih sayangnya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Ketika tidak akan dapat menemukan guru seperti Sang Bhagava atau semacam dia, walaupun kita mencari dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang.
- Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dan dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang membimbing kita itu atau guru semacam dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang.
*). Sebutan atau nama lain dari Sang Buddha
1). Sebutan atau nama lain dari Sang Buddha
2). Attha yatha-bhucce - 'Ini baik, itu buruk' , hal ini telah dibabarkan dengan jelas oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas tentang; 'ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu dihindari, ini kasar, ini halus, ini kebahagian yang meragukan.' Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan dapat menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang.
- Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna Jalan ke Nibbana 1) kepada para siswa-siswaNya 2), dan mereka mengikuti Jalan dan mencapai Nibbana. Bagaikan air sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan Jalan yang menuju Nibbana yang telah dibabarkan dengan sempurna, yaitu dilaksanakan bersama-sama dan menjadi satu. Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan menemukan pembabar Jalan ke Nibbana seperti dia, walaupun kita mencari di masa lampau maupun di masa yang akan datang.
- Sang Bhagava telah menerima siswa-siswa, dan mereka telah mengikuti jalan, dan para arahat yang telah hidup dengan 'memanfaatkan kehidupan'. Beliau tidak berpisah dengan mereka, karena tetap bersama dengan mereka dalam batin yang bersatu. Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan menemukan guru yang seperti Dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau, maupun di masa yang akan datang.
- Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, kemasyuran-Nya telah tersebar, demikian pula menurut pendapatku banyak kesatria yang berkencenderungan baik kepada Beliau. Namun demikian, Sang Bhagava tidak terpengaruh sedikit pun dengan segala pujian. Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang.
2). Savaka
Bhante kedelapan fakta-kebenaran Sang Bhagava yang terpuji ini, telah dikatakan oleh Raja Dewa Sakka kepada para dewa Tavatimsa. Setelah mendengar hal ini, para dewa Tavatimsa bertambah gembira, senang penuh kegiuran dan bahagia.
'Dan para dewa tertentu lain berkata : "Cukup, apabila ada tiga Samma Sambuddha yang muncul di dunia."
'Dan para dewa tertentu lain berkata : "Cukup, apabila ada Samma Sambuddha dua yang muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma seperti Sang Bhagava ! Mereka akan menyebabkan kebahagiaan orang banyak, kesejahteraan orang banyak, demi kasih sayang kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia."
"Kawan-kawan tidak akan pernah dan tidak mungkin dalam satu tata surya 1) ada dua arahat samma sambuddha muncul bersama-sama, hal ini tidak pernah ada di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang. Hal ini tidak akan pernah terjadi. O, Kawan-kawan, namun, bila Sang Bhagava dapat hidup umur panjang, bebas dari penyakit dan kesakitan, hal ini yang dapat menyebabkan kesejahteraan orang banyak, kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia !"
Bhante, setelah para dewa Tavatimsa selesai merundingkan dan membicarakan bersama-sama pokok persoalan sehingga mereka berkumpul dan duduk di gedung pertemuan Sudhamma, dan berkenaan dengan maksud tertentu, maka keempat Maharaja menerima pembicaraan tersebut, dan dengan berdiri dari tempat duduk, keempat Maharaja menerima nasehat.
1). loka dhatu
Keempat Maharaja pun dengan duduk di tempat mereka, menyatakan hal yang sama. Ketika mereka telah mendengar hal ini. Para dewa Tavatimsa semuanya setuju : "Kami akan dapat memastikan apa yang menyebabkan sinar ini, bila kami telah membuktikannya, maka kami akan pergi menemuinya."
Bhante, dan ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan para dewa Tavatimsa, tidak ada di antara semua yang hadir menghormat, berdiri dari duduk, atau mempersilahkan dia duduk. Mereka semua duduk dengan diam, dengan kedua tangan dirangkapkan beranjali, duduk bersila, dan berpikir : "Bilamana Dewa Brahma Sanamkumara ingin sesuatu, maka ia akan duduk di tempat duduk dewa 1). Dan tempat duduk dewa manapun yang didudukinya, maka dewa pemilik tempat duduk tersebut akan merasa senang sekali, bagaikan seorang kesatria yang baru dimahkotai dan dinobatkan, ia merasa bangga dan senang sekali."
1). Devassa pallanke
Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada para dewa yang hadir, suaranya tidak dapat didengar di luar gedung pertemuan tersebut. Dia yang memiliki suara dengan delapan sifat tersebut dinyatakan memiliki suara brahma 3).
Bhante, lalu Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada Raja Dewa Sakka sebagai berikut : "O, Raja Dewa Sakka, baik sekali. Kami juga mau mendengarkan delapan fakta-kebenaran dari Sang Bhagava yang terpuji."
"O, Maha Brahma, baiklah, " jawab Sakka.
"Maha Brahma, bagaimana pendapatmu ?"
(Ia mengucapkan delapan fakta-kebenaran yang terpuji dari Sang Bhagava 21 sampai dengan 27)
Bhante, setelah mendengar hal tersebut, Dewa Brahma Sanamkumara merasa senang, gembira, penuh kegiuran dan bahagia.
1). Bhaseta atthanga-samannagato saro
2). Vissattho ca vinneyyo ca manju ca savaniyo ca bindu ca avisari ca
gambhiro ca ninnadi ca.
3). Brahmassaro
Tersebutlah, pada suatu ketika ada seorang raja yang bernama Disampati, dan mentri dari raja Disampati adalah seorang brahmana bernama Govinda. Putra raja Disampati bernama Pangeran Ranu, dan putra dari Mentri Govinda bernama Jotipala. Pangeran Ranu, Jotipala dan enam pemuda kesatria lainnya, -jadi delapan pemuda- yang bersahabat.
Demikianlah beberapa waktu kemudian Brahmana Govinda meninggal. Karena berduka cita atas kematiannya, maka Raja Disampati berkata : "O, baru saja kami mempercayakan semua tugas-tugas kami kepada Brahmana Govinda, dan selagi kami memuaskan inderia-inderia kami, Govinda meninggal !" Lalu Pangeran Ranu berkata kepada raja : "Baginda, janganlah bersedih, begitu bagi Brahmana Govinda. Govinda mempunyai seorang putra bernama Jotipala yang lebih bijaksana dari pada ayahnya, lebih baik. Lihatlah, apa yang lebih menguntungkan dari pada ayahnya. Biarkanlah Jotipala melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepada ayahnya."
"Kau berpendapat demikian, Nak ?"
"Ya, Baginda."
1). Maha kebijaksanaan
"Baiklah, Baginda," jawab pengawal tersebut, lalu pergi menemui Jotipala dan menyampaikan pesanan tersebut.
"Baik saudara," jawab Jotipala, dan pergi menghadap raja. Ketika ia tiba di hadapan raja, ia menghormat kepada raja dan menyapa dengan sopan, lalu duduk di samping. Kemudian Raja Disampati bersabda :
"Kami mau Jotipala membantu kami. Harap Jotipala tidak menolak untuk melaksanakannya. Saya akan menempatkan Jotipala pada kedudukan ayahmu dan mengangkat menjadi 'pengurus.' "2)
"Baiklah, Baginda, " jawab Jotipala menyetujui.
2). Govinda
"Raja Disampati telah tua dan berusia lanjut, masa kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan ? Bilamana Raja meninggal, maka pantaslah bagi penobatan-raja 1) menobatkan pangeran Ranu menjadi raja. Saudara-saudara saya sarankan supaya kamu menemui pangeran Ranu dan katakan kepadanya : "Kami disayangi, dicintai, dan bersahabat karib dengan junjungan kami pangeran Ranu. Kami berbahagia bila junjungan kami bahagia, kami tidak bahagia bila beliau tidak bahagia. Raja Disampati junjungan kami telah tua, berusia lanjut dan masa kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan ? Bila raja meninggal, maka pantas bagi penobat-raja menobatkan junjungan kami pangeran Ranu mendapat anugrah, semoga kami mendapat bagian dari anugrah tersebut pula."
1). raja-kattaro
"Kawan-kawan, mengapa ? Siapakah di samping saya yang akan jaya di kerajaan ini bukan kamu ? Bila saya mendapat kekuasaan pada kerajaan, saya akan membagikan kepada kamu."
"Kawan-kawan, Raja Disampati telah meninggal, dan junjungan Raja Ranu, tenggelam dalam pemuasan nafsu inderianya. Kawan-kawan, siapakah yang dapat menjawab ? Pemuasan inderia adalah sangat memikat. Saya sarankan kamu menemui Raja Ranu, dan katakan kepadanya : "Raja Disampati telah meninggal, junjunganku Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjunganku, ingat janjinya ?"
"Baiklah, kawan," jawab keenam kesatria, dan pergi menemui raja Ranu dan berkata : "Raja Disampati telah meninggal, dan junjungan kami Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjungan kami ingat janjinya ?"
"Kawan-kawan, saya ingat janjiku. Siapkah di antara kamu yang dapat membagi dengan baik kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara dan berbentuk mulut kereta 1) di selatan, menjadi tujuh bagian yang sama ?"
"Baginda, siapakah yang dapat melakukannya kalau bukan Brahmana Maha Govinda ?"
1). sakatamukha
Maha Govinda diberitahu, menyetujuinya dan datang menghadap raja, setelah memberi hormat dan saling menyapa dengan hormat, ia duduk di samping. Kemudian raja bersabda kepadanya : "Maha Govinda, dapatkah kamu pergi membagi tanah kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara, dan berbentuk mulut kereta di selatan, menjadi tujuh bagian yang sama ?"
"Baiklah, Baginda," jawab Maha Govinda. Dan ia melakukannya.
Mahissati bagi Avanti, Roruka bagi Sovira
Mithila bagi Videha, Campa bagi Anga
Akhirnya Benares dalam kerajaan Kasi : semua ini telah dibagi oleh Maha Govinda dengan baik.
Dan ketujuh raja ini dinamakan :
Bagian pertama selesai.
"Baiklah," jawab Maha Govinda. Demikianlah maka ia menasehati ketujuh raja yang telah dinobatkan itu tentang cara mengatur pemerintahan, dan ia pun mengajarkan mantra-mantra kepada tujuh orang Brahmana kaya, dan rujuh ratus siswa 1).
Sementara itu, Maha Govinda berpikir : "Berita kepopuleranku telah tersiar sampai ke luar kerajaan, dengan kata-kata pujian seperti itu, bahwa saya telah melihat Brahma, saya telah bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta bimbingannya. Sesungguhnya saya belum pernah melihatnya, belum pernah bertemu dengannya, belum pernah bercakap-cakap atau meminta bimbingannya. Tetapi saya telah mendengar dari orang-orang tua, para brahmana terhormat, para guru dan para siswa yang mengatakan bahwa orang yang bersemadi selama empat bulan musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat jhana 2), ia dapat melihat Brahma, bertemu dengan brahma, bercakap-cakap dan mendapat bimbingannya. Jika demikian, lebih baik saya melaksanakan cara itu.
1). nahataka (brahmana yang telah lulus dari pelajaran khusus)
2). Tingkat pencapaian dalam semadi.
"Lakukanlah apa yang kau inginkan, Maha Govinda."
"Lakukanlah apa yang kamu inginkan, Maha Govinda."
Tetapi, setelah empat bulan masa musim hujan berlalu, perasaan tidak puas dan kebosanan meliputi dirinya ketika ia berpikir : "Saya telah mendengar dari orang-orang tua, para Brahmana terhormat, para guru dan siswa-siswa yang berkata bahwa orang yang bersemadi selama empat bulan masa musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan mendapat bimbingan Brahma. Tetapi saya tidak melihat Brahma, tidak bertemu dengan Brahma, tidak bercakap-cakap ataupun mendapat bimbingan dari Brahma."
Ketika Maha Govinda melihat keadaan yang belum pernah dilihatnya ini, ia takut, gemetar bulu romanya berdiri. Lalu, ia walaupun ketakutan, gemetar dan bulu romanya berdiri berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan syair-syair ini:
Dengan bertanya kami akan mengetahuimu."
"Di alam Brahma saya dikenal sebagai Sanamkumara
Semua dewa mengenalku, demikian pula dengan Govinda."
"Seandainya air untuk mencuci kaki, bawalah madu, kue dan minuman untuk Brahma. Kami menanyakan apa yang baik dan diperlukan olehmu. Semoga itu dinyatakan kepada kami."
"Dengan ini kami menerima pemberianmu yang seperti kamu katakan Govinda.
Tanyakanlah apa yang kau butuhkan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan pada sekarang ini atau untuk masa yang akan datang."
Selanjutnya pikiran ini pun muncul : "Saya ahli dalam hal yang berguna pada kehidupan sekarang ini. Karena orang lainpun datang untuk meminta nasehatku. Bukankah lebih baik saya meminta sesuatu yang berguna dari Dewa Brahma Sanamkumara untuk kehidupan yang akan datang ? Maka ia berkata kepada dewa Brahma Sanamkumara dengan syair ini :
"O, Brahma Sanamkumara, saya meminta kepadamu, untuk melenyapkan keragu-raguanku, saya menanyakan hal-hal yang orang lain pun ingin sekali ketahui :
Dengan melaksanakan cara apakah maka orang yang tidak kekal dapat mencapai kekekalan alam Brahma?"
"O, Brahmana, orang yang membuang rasa 'keakuan' dan 'milikku' dia yang batinnya berada dalam ketenangan, penuh dengan kasih sayang, bebas dari bau busuk manusia, hidup dalam kesucian 1).
Inilah cara yang dilaksanakan oleh orang yang tidak kekal untuk mencapai kekekalan di alam Brahma.
Demikianlah yang saya mengerti.
Apa yang dimaksud dengan 'penuh kasih sayang', saya mengerti. Itu maksudnya, adalah bila seseorang menyebarkan kasih sayangnya ke sebuah arah, ke dua arah, ke tiga arah, ke empat arah dari alam sekelilingnya. Lebih lanjut, dengan hati yang penuh kasih sayang yang mendalam, yang luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian dan tanpa permusuhan, ia memancarkan kasih sayangnya ke seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan di mana pun juga.
Demikianlah yang saya mengerti.
Tetapi, hanya yang dimaksud dengan 'bebas dari bau busuk manusia' yang saya tidak mengerti.
Katakanlah apa maksudnya, O Maha Tahu
Karena diliputi dan dipengaruhi oleh 'bau busuk manusia'
Maka neraka menjadi pahalanya, dan tertutup dari surga alam Brahma."
"Kemarahan, bohong, menipu, berkhianat, egois, sombong, iri, lobha, ragu-ragu, mengancam, penuh nafsu inderia, benci, membanggakan diri, dan dungu.
Dan oleh karena diliputi oleh hal-hal ini maka manusia berbau busuk sehingga mereka yang menjadi pahalanya, dan alam Brahma tertutup baginya."
Saya mengerti maksud dari kata-kata yang berkenaan dengan 'bau busuk manusia', tetapi hal itu tidak mudah dilenyapkan bila saya tetap hidup berumah tangga, maka saya akan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pertapa."
"Laksanakanlah apa yang kau inginkan, Govinda."
'Urusilah kerajaanmu ini, saya tidak dapat mengurusinya lagi."
"Bila kau merasa inderiamu tidak terpuaskan, saya akan memenuhinya, bila kau merasa terluka, saya sebagai panglima perang dan penakluk akan menyembuhkannya.
Govinda, engkau ayahku, saya anakmu, tinggallah dengan kami, jangan pergi!"
"Saya tidak merasa kekurangan dan tidak ada seorang pun yang melukaiku, tetapi karena saya telah mendengar suara dari 'a-manusso' 1) maka hidup berkeluarga tidak dapat menahanku lagi."
"Seperti apakah yang dimaksud dengan 'a-manusso' itu ?
Apakah yang telah ia katakan kepadamu sehingga kau mau meninggalkan kehidupan duniawi, keluarga dan kami ?"
"Karena saya telah menyelesaikan masa musim hujan, saya melaksanakan kehidupan spiritual dengan menyalakan api-suci dan menebarkan rumput kusa, dan saya telah melihat Brahma, Dewa yang kekal, dari alam Brahma. Saya bertanya, ia menjawab, dan saya mendengar. Dan sekarang kebosanan meliputi diriku."
"Govinda, saya percaya dengan apa yang kau katakan.
Karena telah mendengar suara 'a-manusso' maka tidak mungkin kau tidak menurutinya.
Kami akan mengikutimu. Jadilah pembimbing kami,
Jadilah guru kami. Bagaikan intan yang bersinar cemerlang, bersih dari kotoran, tanpa noda, dan tanpa cacad.
Bagaikan intan cemerlang itulah, kami akan patuh pada apa yang kau katakan."
"Jika, Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi menjadi pertapa, saya juga akan melakukannya, karena ke mana saja kau pergi, saya akan mengikutimu."
1). Non-manusia
Lalu keenam kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat : "Brahmana ini mata duitan. Sebaiknya kita bujuk dia dengan memberikan uang."
Maka mereka menemui Maha Govinda dan berkata : "Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak harta, ambillah sebanyak yang kau sukai."
"Cukup, kawan-kawan ! Saya memiliki banyak harta, terima kasih atas perhatian anda sekalian. Kemewahan itulah sekarang ini menyebabkan saya ingin meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa, seperti apa yang saya telah katakan itu."
"Cukup, kawan-kawan ! Saya telah memiliki empat puluh istri yang sama hak mereka. Mereka semua saya biarkan karena mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa, seperti yang telah saya katakan itu."
"Jika kau meninggalkan pemuasan nafsu inderia yang mengikat hati manusia duniawi. Pertahankanlah dengan teguh kehendakmu itu, kuat dalam kesabaran. Inilah Jalan, Jalan yang lurus, Jalan ke pantai seberang. Jalan kebenaran yang diikuti oleh orang yang baik, menuju ke kehidupan Brahma."
"Kawan-kawan, tujuh tahun itu terlalu lama ! Saya tidak dapat menunggu sampai tujuh tahun karena hidup ini tidak pasti. Kita mesti melihat ke depan, kita mesti belajar dengan menggunakan kebijaksanaan, kita mesti berbuat baik, kita mesti mengikuti kebenaran, karena bagi siapa saya yang terlahir tidak dapat terhindar dari kematian. Sekarang saya mau menjadi pertapa, seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Maha Govinda, sebaiknya jangan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pertapa. Karena hidup sebagai pertapa hanya memiliki kekuasaan sedikit dan berpenghasilan sedikit saja, tetapi hidup sebagai brahmana memiliki kekuasaan yang besar dan berpenghasilan banyak."
"Saudara-saudara, jangan berkata begitu mengenai kehidupan pertapa ataupun kehidupan mengenai sebagai brahmana. Siapakah yang lebih berkuasa dan kaya dari pada saya ? Saya telah pernah menjadi raja dari para raja, menjadi Brahma dari para Brahmana, dan menjadi dewa dari keluarga. Dalam hal ini, semua saya tinggalkan untuk menjadi pertapa. Saya mau menjadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Jika, Maha Govinda menjadi pertapa, kami juga akan melakukannya, dan kemana saja kau pergi saya akan mengikutimu."
"Walaupun kami mencintai keluarga kami, tetapi kau adalah suami yang kami cintai. Jika kau menjadi pertapa, kami juga akan melakukannya, dan kemana saja kau pergi, kami akan mengikutimu."
Dengan disertai rombongan ini, Brahmana Maha Govinda mengembara masuk desa, kampung dan kota. Bilamana ia tiba di desa, kampung atau kota, di situ ia menjadi raja di raja, menjadi Brahma dari para Brahmana, menjadi dewa dari keluarga. Dan pada waktu itu bila ada orang yang bersin atau tergelincir, mereka menyebutkan : "Termulialah Brahmana Maha Govinda ! Termulialah mentri dari tujuh raja !"
Demikianlah mereka semua yang ikut jadi pertapa ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan."
1). Metta, karuna, mudita, upekkha.
"Ya, Saya mengingatnya, Pancasikha. Pada waktu itu saya adalah Maha Govinda. Saya mengajarkan kepada murid-murid-Ku jalan untuk mencapai alam Brahma. Tetapi, Pancasikha, kehidupan spiritual itu tidak menghasilkan penglihatan, tidak menghasilkan pengertian luhur dan tidak menghasilkan penerangan dan Nibbana.
Pancasikha, tetapi sekarang, dengan cara 'kehidupan spiritual-Ku' dapat menghasilkan penglihatan, pengertian, kedamaian, pengertian luhur, penerangan dan Nibbana 1). Cara ini adalah 'Jalan luhur berunsur delapan 2) yaitu : pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perhatian benar, dan semadi benar 3).
Pancasikha, demikianlah, mereka semua yang meninggalkan kehidupan duniawi ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan."
Demikianlah sabda Sang Bhagava dan Pancasikha Gandhaba bersuka cita atas uraian Sang Bhagava, dan dengan kegembiraan dan suka cita ia menghormat Sang Bhagava, lalu ia meninggalkan tempat itu dengan berjalan di sebelah kanan.
1). Idam kho pana me Pancasikha brahmacariyam ekanta-nibbidaya viragaya norodhaya upasamaya abhinnaya sambodhaya nibbanaya samvattati.
2). Ariyo atthangiko maggo
3). Samma ditthi, samma sankhappo, samma vaca, samma kammanto, samma ajivo, samma vayamo, samma sati, samma samadhi.
4). Asava
5). Belenggu yang menyebabkan kelahiran kembali berulang-ulang
6). Opapatika
7). Orang suci tingkat ke II, yang akan terlahir paling banyak satu kali lagi.
www.samaggi-phala.or.id
No comments:
Post a Comment