Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Sutta Pitaka,
Penerbit : BPB Aryasuryacandra, 1991)
Demikian telah kudengar,
- Pada suatu ketika Sang Bhagava tinggal di Ginjakavasatha di Nadika. Pada waktu itu Sang Bhagava telah mengatakan tentang kelahiran-kembali dari para pengikutNya yang telah meninggal dunia di daerah Kasi, Kosala, Vajji, Malla, Ceti, Vansa, Kuru, Pancala, Mocha dan Surasena, dengan berkata : "Ada yang telah terlahir-kembali di sana, ada yang terlahir di situ. Ada lima puluh orang dari Nadika yang telah memusnahkan lima samyojana 1) yang mengikat manusia, meninggalkan dan terlahir kembali di alam surga yang tinggi 2), mereka tidak akan terlahir kembali di alam manusia lagi, tetapi mereka akan parinibbana 3) di alam itu. Ada sembilan puluh dari Nadika yang telah memusnahkan tiga samyojana dan melemahkan pemuasan nafsu indria dan kebencian dan kebodohan 4), menjadi Sakadagami 5) dan meninggal, dan pada suatu kelahiran kembali mereka di dunia ini, mereka akan melenyapkan penderitaan. Ada lima ratus orang lebih dari Nadika yang telah memusnahkan tiga samyojana, menjadi sotapanna, yang tidak akan pernah terlahir lagi di alam menyedihkan, dan yang telah pasti akan mencapai kesempurnaan nanti.
- Ketika para pengikut di Nadika mendengar pernyataan ini, mereka senang, gembira, suka cita dan bahagia, karena Sang Bhagava telah menjawab pertanyaan mereka.
- Bhikkhu Ananda mendengar pernyataan Sang Bhagava dan kegembiraan dari para pengikut di Nadika.
2). Alam Suddhavasa, karena telah menjadi orang suci tingkat III Anagami.
3). Mencapai kesempurnaan (halaman 1)
4). Raga-dosa-homa (halaman 1)
5). Orang suci tingkat kedua, akan terlahir sekali lagi di dunia.
Betapa bahagianya kita hidup dalam kerajaan yang diperintah oleh raja yang adil!" Keyakinannya kepada Buddha, Dhamma dan Sangha sangat teguh, ia pun melaksanakan sila. Dan orang-orang pun dengan jujur menyatakan : "Raja Magadha Saniya Bimbisara hingga akhir hayatnya menghormati Sang Bhagava tidak memberikan pernyataan sedikitpun tentang dia, dalam hal ini adalah baik sekali ditanyakan kepada Beliau, demi memperteguh keyakinan banyak orang dan mengarahkan mereka ke alam surga. Lagi pula Sang Bhagava mencapai kebuddhaan di daerah kerajaan Magadha. Mengapa Sang Bhagava tidak menyatakan sesuatu berkenaan dengan para pengikutNya yang telah meninggal di Magadha ? Bilamana Sang Bhagava tidak menyatakan sesuatu pun mengenai mereka, maka orang-orang Magadha akan kecewa, dan bila mereka kecewa, mengapa Sang Bhagava diam saja ?"
- Tak lama kemudian, setelah Bhikkhu Ananda pergi, di pagi hari itu, Sang Bhagava mengenakan jubah, mengambil patta dan civara *); lalu pergi pinda pata 1) di Nadika. Setelah Beliau pindapata, Beliau makan dan kembali, mencuci kakinya, masuk ke Ginjakavasatha dan duduk di tempat yang telah disediakan. Beliau memusatkan pikiran dan merenungkan orang-orang Magadha yang telah meninggal, dengan berpikir : "Saya mau mengetahui masa depan mereka, ke mana orang-orang baik itu terlahir kembali, dan bagaimana takdir mereka." Dan Sang Bhagava melihat orang Magadha yang telah meniggal tersebut, di mana mereka terlahir kembali, dan bagimana takdir mereka. Di waktu sore, Sang Bhagava bangun dari meditasi, keluar dari Ginjakavasatha, dan duduk di tikar yang telah dibentangkan di belakang vihara.
- Kemudian, Bhikkhu Ananda datang menemui Sang Bhagava, menghormat beliau dan duduk di samping. Setelah duduk ia berkata kepada Sang Bhagava : "Bhante, Sang Bhagava kelihatan tenang, wajahNya bercahaya, menunjukkan inderianya yang tenang. Apakah Sang Bhagava dapat istirahat dengan tenang ?"
- "Ananda, setelah kau memberitahukan padaku tentang para pengikut di Magadha yang telah meninggal dunia, dan setelah Saya pindapata di Nadika Saya makan, kembali, mencuci kaki-Ku dan masuk ke Ginjakavasatha duduk di tempat yang telah disediakan, memusatkan pikiran dan merenungkan para pengikut di Magadha yang telah meninggal dunia, dengan berpikir : "Bagaimanakah akhir hidup mereka, ke manakah orang-orang terbaik itu terlahir kembali, dan bagaimanakah takdir mereka. Saya melihat di mana para pengikut dari Magadha yang telah meninggal tersebut terlahir-kembali, dan bagaimana takdir mereka. Kemudian di tempat itu pula, muncul makhluk Yakkha dan berkata : "Saya Janavasabha. O Bhagava, O Sugata saya Janavasabha !" Ananda, apakah kau pernah mendengar makhluk yang bernama Janavasabha ?"
"Bhante, saya belum pernah mendengar makhluk yang bernama Janavasabha. Bhante, lagi pula ketika kata 'Janavasabha' disebutkan bulu romaku berdiri. Saya kira itu bukan Yakkha yang biasa saja, karena memiliki nama seperti itu."
- "Ananda, setelah mengatakan kata-kata tersebut, yakkha itu dengan penuh kemegahan datang di hadapanku. Dan untuk kedua kalinya ia berkata : "O Bhagava, saya Bimbisara. O Sugata, saya Bimbisara ! Bhante, sekarang ini sudah tujuh kali saya terlahir kembali dan hidup bersama raja Vesavana. Meninggal sebagai raja di alam manusia, sekarang di surga menjadi raja non-manusia.
Telah tujuh kali, dan tujuh kali lagi, hingga menjadi Bhante, telah lama saya ditakdirkan tidak terlahir kembali di alam yang menyedihkan 2), dan saya menyadari takdirku itu dan sekarang saya berkeinginan untuk menjadi Sakadagami."
empat belas kali kelahiran kembali.
Sebanyak itulah saya tahu kehidupanku pada
kehidupan-kehidupan yang lampau.
"Mengherankan sekali, menarik sekali hal ini, karena kau yakkha Janavasabha mengatakan bahwa : "Telah lama saya ditakdirkan tidak akan terlahir di alam yang menyedihkan dan menyadari pula takdir itu." Demikian pula dengan : sekarang saya berkeinginan untuk menjadi Sakadagami." Bagaimana hal ini terjadi sehingga kau, Yakkha Janavasabha mengetahui pencapaian yang begitu megah itu ?"
1). Pergi menerima makanan dari para umat (halaman 2)
2). Avinipato.
Bhante, ketika para dewa Tavatimsa telah berkumpul dan duduk di dalam gedung pertemuan Sudhamma dengan dikelilingi oleh semua makhluk surga lainnya yang telah duduk pula, dan empat penjuru empat Maha Raja telah duduk, yang sesuai dengan urutan susunan kedudukan mereka berempat. Selanjutnya barulah urutan tempat duduk kami.
Bhante, para dewa yang baru saja lahir di alam Tavatimsa, karena mereka telah hidup sesuai dengan penghidupan suci 4) yang telah diajarkan oleh Sang Bhagava, maka cahaya tubuh mereka melampaui cahaya tubuh para dewa lainnya.
Kemudian terdengar kata-kata dari para dewa Tavatimsa yang sedang diliputi kegembiraan, kegiuran dan kesenangan : "O, cahaya tubuh makhluk surga bertambah gemilang, sedangkan cahaya tubuh para asura memudar !"
Mereka sebagai siswa yang telah merealisasi-kebenaran, 'Merealisasi-kebenaran' 6) datang ke mari, dengan penuh kemegahan melampaui kegemilangan dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka para dewa Tavatimsa dan penguasanya bergembira. Semua menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-kebenaran."
*). Avinipato
1). Hari suci, sabbat uamt Buddha
2). Masa musim hujan; masa bagi para bhikkhu tinggal di suatu tempat
selama tiga bulan untuk memperdalam dhamma, samadhi.
3). Surga tiga puluh tiga mahadewa
4). Brahmacari
5). Sebutan lain dari Sang Buddha
6). Visesupagata
"Sekarang tanda terlihat, maka dewa Brahma akan tiba. Karena ia adalah tanda-tanda pendahuluan dari kedatangan Dewa Brahma, yaitu kemegahan yang gemilang sekali."
Bhante, dan ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan para dewa Tavatimsa, tidak ada dewa di antara semua yang hadir menghormat, berdiri dari duduk, atau mempersilakan dia duduk. Mereka semua duduk dengan diam, dengan kedua tangan dirangkapkan beranjali, duduk bersila, dan berpikir : "Bilamana Dewa Brahma Sanamkumara ingin sesuatu, maka ia akan duduk di tempat duduk dewa 1). Dan tempat duduk dewa maupun yang didudukinya, maka dewa pemilik tempat duduk tersebut akan merasa senang sekali, bagaikan seorang kesatria yang baru dimahkotai dan dinobatkan, ia merasa bangga dan senang sekali."
Bhante, bagaikan seorang yang gagah perkasa yang duduk bersila di atas tempat duduk di tanah yang rata, demikian pula Dewa Brahma Sanumkara melayang ke angkasa dan duduk bersila di angkasa. Dan karena melihat ketenangan dari para dewa yang hadir bersama-sama dengan para dewa Tavatimsa, maka ia menyatakan kesenangannya dengan syair ini :
Bhante, ketika dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada para dewa yang hadir, suaranya tidak dapat didengar di luar gedung pertemuan tersebut. Dia yang memiliki suara dengan delapan sifat tersebut dinyatakan memiliki suara-brahma 3).
Maka para dewa Tavatimsa bersama raja mereka pun berpendapat bahwa, 'dia yang duduk di tempat dudukku, dia itulah yang berkata demikian."
*). (nama) seorang pemuda yang popular pada waktu itu di India.
1). Bhaseta attanga-samnnagato saro
2). Visattho ca vinneyyo ca manju ca savaniyo ca bindhu ca avisari ca gambhiro ca. ninnadi ca.
3). Brahmassaro
"O, para dewa Tavatimsa, apakah kamu melihat bahwa saya memiliki kemampuan iddhi seperti itu ?"
"Ya, Brahma."
"Saudara-saudara, saya juga, hanya dengan melaksanakan dan merealisasikan keempat iddhi ini saja, maka saya memiliki dan mempunyai kesanggupan seperti ini."
2). Passata
3). Cattaro iddhipada-empat dasar kemampuan batin
4). Iddhi-pahutaya iddhi-visavitaya iddhi-vikubbanataya
"O, para dewa Tavatimsa, bagaimana pendapat kamu mengenai tiga Okasadhigama yang menghasilkan pengetahuan dan kebahagiaan 1) yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava yang mengetahui, melihat arahat samma sambuddha ? Apakah ketiga hal itu ?
Pertama, seorang bhikkhu yang hidup memuaskan inderianya dan memiliki sifat-sifat yang buruk 2), tetapi pada kesempatan-kesempatan tertentu ia dapat mendengar Dhamma yang luhur, mempelajarinya dan menguasai intisari dan keterangan-keterangannya. Setelah ia mendengar, mempelajari dan menguasainya, ia hidup dengan berusaha membebaskan dirinya dari pemuasan nafsu-inderia sifat-sifatnya yang buruk. Dengan cara ini, ia mengalami ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan, seperti perasaan puas yang berkembang menjadi kegembiraan, dengan cara yang demikian lebih dahulu muncul ketenangan, kemudian kedamaian dan kebahagiaan. Inilah cara pertama untuk mencapai kebahagiaan yang telah diajarkan oleh Sang Bhagava yang mengetahui, melihat, arahat samma sambuddha.
Dan karena pada kesempatan tertentu ia dapat mendengar Dhamma yang luhur, mempelajarinya dan menguasai intisari dan keterangan-keterangannya. Setelah ia mendengar, mempelajari dan menguasainya, ia dapat mengetahui dengan tepat bahwa : 'ini baik', 'ini buruk', 'ini salah ', 'ini tidak salah', 'ini perlu dituruti', 'ini dihindari', 'ini kasar', 'ini halus', 'ini campuran kebahagiaan dan kegelapan'. Dengan demikian ia mengetahui, dan melihat, maka kebodohan lenyap dan kebijaksanaan muncul, ia mengalami ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Seperti perasaan puas yang menjadi kegembiraan, demikian pula baginya, dengan cara demikian lebih dahulu muncul ketenangan, kemudian kedamaian dan kebahagiaan. Inilah cara ketiga untuk mencapai kebahagiaan yang telah diajarkan oleh Sang Bhagava yang mengetahui, melihat, arahat samma sambuddha."
2). Akusalehi dhammahi
3). Olarika kaya-vaci-citta samkhara appatipassadha honti.
4). Kanha-sukka-sappatibhagan'ti.
"O, para dewa Tavatimsa, bagaimana pendapat kamu tentang kesempurnaan dari Sang Bhagava yang mengetahui, melihat arahat samma sambuddha yang telah membeberkan empat Satipatthana untuk mencapai 'Kebaikan'. Apakah empat hal itu ?
Seorang bhikkhu yang merenungkan jasmaninya, dan dengan penuh semangat, pengertian, perhatian, ia melenyapkan semua ketidaksenangan dan keserakahan di dunia 1). Dengan tetap sadar dan merenungkan demikian, ia mencapai meditasi-benar dan vipasana-benar 2). Setelah ia mencapai meditasi-benar dan vipassana-benar pada jasmaninya sendiri, maka muncul pula pengetahuan-penglihatannya pada semua bagian luar dari jasmaninya 3) demikian pula ia merenungkan perasaannya 4)…. mereka merenungkan pikirannya 5) …. merenungkan obyek-obyek pikiran (ide)nya 6), dan dengan penuh semangat, pengertian, perhatian, ia melenyapkan semua ketidaksenangan dan keserakahan di dunia. Dengan tetap sadar dan merenungkan demikian, ia mencapai meditasi-benar dan vipassana-benar. Setelah ia mencapai meditasi-benar dan vipassana-benar pada perasaannya …. pada pikirannya ….. dan pada obyek-obyek pikiran (ide) nya. Inilah empat satthana untuk mencapai 'kebaikan', yang telah diajarkan oleh Sang Bhagava yang mengetahui, melihat, arahat samma sambuddha."
"O, para dewa Tavatimsa, bagaimana pendapat kamu tentang kesempurnaan dari Sang Bhagava yang mengetahui, melihat, arahat samma sambuddha yang telah membabarkan tujuh hal yang diperlukan untuk meditasi 7) agar dapat melaksanakan meditasi-benar. Apakah tujuh hal itu ?
Pandangan-benar, pikiran-benar, ucapan-benar, perbuatan-benar, penghidupan-benar, usaha-benar, dan perhatian-benar. Pikiran terpusat 8) yang ditunjang oleh ketujuh hal ini disebut 'ariyo samma-samadhi' 9) dengan disertai bagian-bagiannya dan faktor-faktornya. Pikiran-benar membantu pandangan-benar, ucapan-benar membantu pikiran-benar, perbuatan-benar membantu ucapan-benar, penghidupan-benar membantu perbuatan-benar, usaha-benar membantu penghidupan-benar, perhatian-benar membantu usaha-benar, meditasi-benar membantu perhatian-benar, pengetahuan-benar 1) membantu meditasi-benar, kebebasan-benar 2) membantu pengetahuan benar.
2). Pandangan-terang, yaitu melihat sesuatu dengan sebagaimana apa adanya.
3). Bahiddha para-kaye nana-dassanam abhinibbatteti
4). Vedanasu ….
5). Cittee …..
6). Dhammesu ….
7). Satta samadhi-parikkhara
8). Cittassa ekaggata
9). Meditasi-benar yang agung (luhur).
1). Samma nana
2). Samma vimutti
Seseorang dinyatakan berucapan-benar apabila dinyatakan : "Dhamma Sang Bhagava telah sempurna dibabarkan, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing 3) dengan demikian, 'pintu ke nibbana telah telah terbuka lebar.' " Inilah yang disebut ucapan benar, karena Dhamma Sang Bhagava telah sempurna dibabarkan, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing, dan dengan demikian, 'pintu ke nibbana telah terbuka lebar.' "
Karena siapa saja yang memiliki keyakinan teguh kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, dan memiliki tata-susila yang disenangi para ariya; dan para dewa baru mana saja yang muncul di tengah-tengah kita, mereka itu telah dibimbing ke sini oleh Dhamma-kebenaran, mereka berjumlah lebih dari 2.400.000 pengikut (umat) dari Magadha yang telah meninggal, dan mereka semua telah memusnahkan tiga-ikatan 4) menjadi sotapanna 5) yang tidak terlahir kembali di alam menyedihkan, tetapi telah pasti akan mencapai Kebijaksanaan-agung 6). Di samping itu telah ada pula yang telah mencapai Sakadagami 7).
"Tetapi orang-orang lain yang jasa-jasa (pahala) tertinggi 8). Tapi dapat saya hitung, karena saya takut berdusta."
Bhante, kemudian, untuk memperteguh keyakinan Maharaja Vessavana, maka dewa Brahma Sanamkumara berkata kepadanya :
"Bagaimana pendapatmu Maharaja Vessavana, bahwa pada waktu yang lampau ada yang Agung, ada Dhamma yang Agung, dan ada Jalan yang Luhur untuk mencapai kebebasan yang telah dibukakan.
4). Tinnam samyojananam
5). Orang suci tingkat pertama
6). Sambodhi parayana
7). Orang suci tingkat kedua
8). Orang suci tingkat ketiga (Anagami) yang tidak akan dilahirkan kembali lagi.
9). Evarupa ulara visesadhigama pannayisanti
2). Umat Buddha wanita
3). Brahmacari.
No comments:
Post a Comment