Tuesday, September 02, 2008

Mahasudassana Suttanta

MAHASUDASSANA SUTTANTA
(Maharaja Agung)

(Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya II,
Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Sutta Pitaka,
Penerbit : BPB Aryasuryacandra, 1991)

Bab I

  1. Demikianlah yang telah kudengar : Pada suatu waktu Yang Maha Mulia sedang berada di Kusinara di dalam Kebun Sala, kaum Mallat yang bernama Upavattana; Beliau berada di antara 2 (dua) pohon Sala, menjelang saat-saat meninggal dunia.
  2. Pada saat itu Yang Maha Mulia Ananda pergi mendekati ke tempatnya berada Yang Maha Mulia, menghormati beliau dan dengan sopan duduk di suatu sisi. Setelah duduk, Yang Mulia Ananda berkata kepada Yang Mulia : "Janganlah Yang Maha Mulia meninggal dunia di kota kecil yang terlantar ini, kota yang terletak di antara belukar, di kota filian ini. Bhante, ada kota-kota besar seperti misalnya Campa, Rajagaha, Savatthi, Saketa, Kosambi dan Benares. Semoga Bhante dapat meninggal dunia di salah satu kota besar tersebut. Di sana banyak terdapat para Kesatria, Brahmana, dan kepala-kepala keluarga yang kaya, orang-orang yang percaya akan Tathagata yang akan memberikan penghormatan yang layak kepada jenazah Tathagata."
  3. "Janganlah berkata demikian, Ananda! Janganlah mengatakannya ini adalah kota kecil yang terlantar, kota yang terletak di antara belukar, sebuah kota filial. Pada zaman dahulu, Ananda ada seorang raja yang bernama Maha Sudassana, rajanya para raja-raja, seorang adil yang memerintah dengan keadilan, seorang kesatria bermahkota, majikan dari empat penjuru dunia penakluk, pelindung rakyatnya, pemilik tujuh harta kekayaan, Kusinara ini, Ananda, adalah kota kerajaan dari raja Maha Sudassana yang bernama Kusawati; pada sebelah timur dan sebelah barat panjangnya 12 yojana, pada sebelah utara dan selatan lebarnya 7 yojana. Kota kerajaan Kusawati ini, Ananda, megah dan makmur, banyak dewanya yang padat penduduknya, serta terdapat segala macam makanan. Ananda, bagaikan kota kerajaan para dewa yang bernama Alakamanda yang megah, makmur, banyak dewanya dan padat penduduknya serta terdapat segala macam makanan, demikian pula halnya, Ananda, kota kerajaan Kusawati ini megah, makmur, banyak orangnya, dan padat penduduknya serta terdapat segala macam makanan.
    Baik pada siang hari maupun pada malam hari, Ananda, kota kerajaan Kusawati berkumandang dengan 10 macam suara, yaitu : suara gajah, suara kuda, suara kereta, suara genderang, suara tambur, suara seruling, suara nyanyian, suara gembreng, suara gong yang terakhir ialah suara teriakan : "Makan, minum, dan bergembiralah !"
  4. Kota kerajaan Kusawati, Ananda, dikelilingi oleh tujuh kubu yang masing-masing terbuat dari emas, perak, zamrud, kristal akik, merjan dan berbagai macam permata !
  5. Di kota kerajaan Kusawati, Ananda, terdapatlah empat gerbang dengan empat warna. Satu gerbang terbuat dari emas, yang lainnya terbuat dari perak, batu hijau dan kristal. Pada masing-masing gerbang dibuat tujuh tiang yang tingginya tiga atau empat kali tinggi manusia. Satu tiang berbuat dari emas, satunya lagi terbuat dari perak, satu tiang dari zamrud, dan satunya lagi dari kristal, satu tiang dari akik, satu tiang dari merjan, dan satu lagi dari berbagai macam permata.
  6. Kota kerajaan Kusawati, Ananda, dikelilingi oleh tujuh baris pohon kelapa. Satu pohon kelapa terbuat dari emas, satu baris dari perak, satu baris dari zamrud, satu baris dari kristal, satu baris dari akik, satu baris dari merjan dan satu baris lagi dari berbagai macam permata. Pohon kelapa emas mempunyai batang dari emas, daun-daun dan buah-buah terbuat dari perak. Pohon kelapa perak mempunyai batang yang terbuat dari perak, daun-daun dan buah-buah terbuat dari emas. Pohon kelapa zamrud mempunyai batang yang terbuat dari zamrud, daun-daun dan buah-buah terbuat dari kristal. Pohon kelapa kristal mempunyai batang yang terbuat dari kristal, daun-daun dan buah-buah terbuat dari zamrud. Pohon kelapa akik mempunyai batang yang terbuat dari akik, buah-buah dan daun-daun terbuat dari merjan. Pohon kelapa merjan mempunyai batang yang terbuat dari akik, dan pohon kelapa dari berbagai macam permata mempunyai batang, daun-daun dan buah-buahan dari berbagai macam permata. Dan apabila barisan-barisan pohon kelapa tersebut, Ananda, digoyangkan oleh angin, maka terdapatlah suara yang merdu, menyenangkan, dan menarik dan memabukkan. Bagaimana tujuh macam alat musik yang dimainkan dengan baik oleh seorang ahli akan menghasilkan suara merdu dan menyenangkan dan menarik dan memabukkan, demikian pula halnya, Ananda, apabila barisan pohon-pohon kelapa tersebut digoyangkan oleh angin maka terdapatlah suara yang merdu dan menyenangkan dan memabukkan. Dan siapapun, Ananda, yang berada di kota Kusawati pada waktu itu apakah para penjudi, pemabuk dan pecandu minuman keras, mereka akan berdansa dan bersama mendengar suara-suara pohon itu (pohon kelapa itu) yang digoyangkan oleh angin.
  7. Maharaja Agung, Ananda, memiliki tujuh permata dan diberkahi empat mukjizat. Apakah tujuh permata itu ?
    (1) Yang pertama, Ananda, apabila Maharaja Agung pada hari bulan purnama, telah mensucikan dirinya dan telah naik ke tingkat atas dari istananya untuk melaksanakan hari kesucian, maka kemudian muncullah Permata Roda kedewaan sempurna dengan lingkar pusatnya, bannya dan segala seribu jari-jarinya.
    Ketika melihatnya, Maharaja Agung berpikir : "Ungkapan ini telah kudengar : "Apabila seorang raja dari golongan ksatria, seorang raja bermahkota, telah mensucikan dirinya pada hari suci, pada hari bulan purnama, dan telah naik ke tingkat atas dari istananya untuk melaksanakan hari kesucian; dan apabila muncul di hadapannya Permata Roda kedewaan sempurna dengan lingkar pusatnya, bannya dengan segala seribu jari-jarinya, maka raja itu menjadi rajanya para raja-raja." Semoga saya menjadi rajanya para raja."
  8. Kemudian, Ananda, Maharaja Agung bangkit dari tempat duduknya dan dengan hormatnya membuka jubah luarnya pada suatu pundak; tangan kirinya memegang kendi dan tangan kanannya ia memercikkan airnya ke roda itu sambil berkata : "Menggelindinglah terus, oh Permata Roda ! Majulah terus dan taklukkanlah, oh Permata Roda !" Kemudian roda ajaib itu, Ananda, menggelinding maju menuju daerah timur, dan di belakangnya berangkatlah Maharaja Agung bersama dengan pasukannya, kuda-kudanya, kereta-keretanya, dan gajah-gajahnya dan orang-orangnya. Dan di tempat manapun roda itu berhenti, Ananda, maka di sanalah Maharaja Agung berdiam bersama dengan pasukannya, kuda-kudanya, kereta-keretanya dan gajah-gajahnya dan orang-orangnya.
  9. Kemudian Ananda, semua raja-raja penentang di daerah timur itu datang menghadap Maharaja Agung dan berkata : "Marilah, oh Maharaja ! Selamat datang, oh Maharaja! Semua ini milik baginda, oh Maharaja ! Jadilah guru bagi kami sekalian, oh Maharaja !"
    Maharaja Agung berkata demikian : "Kamu sekalian tidak boleh membunuh makhluk hidup. Kamu sekalian tidak boleh mengambil sesuatu yang tidak diberikan. Kamu sekalian tidak boleh mengumbar nafsu badaniah secara salah. Kamu sekalian tidak boleh berdusta. Kamu sekalian tidak meminum minuman yang memabukkan. Makanlah makanan yang seperlunya."
    Kemudian, Ananda, semua raja-raja penentang di daerah timur tunduk kepada Maharaja Agung.
  10. Tetapi Roda Ajaib itu, Ananda, setelah mencebur ke samudera di timur kemudian timbul lagi dan menggelinding maju terus ke daerah selatan (dan di sana terjadilah segalanya seperti yang terjadi di daerah timur). Dan dengan cara yang sama Roda Ajaib menggelinding maju ke perbatasan yang paling ujung dari daerah barat dan daerah utara; dan di sana juga terjadi segalanya seperti yang terjadi di daerah timur.
  11. Ketika Roda Ajaib itu, Ananda, telah menaklukkan seluruh bumi sampai ke perbatasan samudranya, maka Roda Ajaib itu kembali lagi ke kota kerajaan Kusawati dan tinggal menetap di teras terbuka di pintu masuk kamar dalam dari Maharaja Agung dan merupakan hiasan agung menuju ke kamar-kamar sebelah dalam dari Maharaja Agung.
    Demikianlah Ananda, Roda Ajaib itu muncul di hadapan Maharaja Agung.
  12. (ii) Lebih lanjut, Ananda, muncullah permata gajah di hadapan Maharaja Agung, yang keseluruhannya berwarna putih, teguh dengan tujuh lipatan, bertenaga gaib, dapat terbang di angkasa - raja gajah yang bernama Uposatho.
    Ketika melihatnya, Maharaja Agung merasa senang hati dan berpikir : "Kalau saja gajah itu dapat dikendalikan, sungguh berbahagia dapat mengendarainya !" Kemudian gajah ajaib, Ananda, dapat dikendalikan bagaikan seekor gajah yang indah dari keturunan agung yang sudah lama terlatih. Dan lama berselang, Ananda, ketika Maharaja untuk menguji gajah ajaib itu kemudian mengendarainya pagi-pagi sekali, maka gajah itu melintasi bumi yang sangat lebar sampai ke perbatasan samudera lalu kembali lagi ke kota kerajaan Kusawati tepat pada waktunya untuk sarapan pagi.
  13. (iii) Lebih lanjut, Ananda, muncullah Permata Kuda di hadapan Maharaja Agung, seluruhnya berwarna putih dengan kepala burung gagak, bulu suri bagaikan rumput munja, bertenaga gaib dapat terbang di angkasa - Raja Kuda yang bernama Awan Petir.
    Ketika melihatnya, Maharaja Agung merasa senang hati dan berpikir : "Kalau saja Kuda itu dapat dikendalikan, sungguh bahagia dapat mengendarainya !" Kemudian Kuda ajaib itu, Ananda, dapat dikendalikan bagaikan seekor kuda yang indah dari keturunan agung yang sudah lama dilatih. Dan lama berselang, Ananda, ketika Maharaja Agung untuk menguji kuda ajaib itu kemudian mengendarainya pagi-pagi sekali, maka kuda itu melintasi bumi yang sangat lebar sampai ke perbatasan samuderanya lalu kembali lagi ke kota kerajaan Kusawati tepat pada waktunya untuk sarapan pagi.
    Demikianlah, Ananda, kuda ajaib itu yang muncul di hadapan Maharaja Agung.
  14. (iv) Lebih lanjut, Ananda, muncullah Permata- batu Permata. Batu Permata itu adalah Veluriya, bercahaya, dari jenis yang terbaik, dengan 8 segi permukaan ditempa dengan sempurna, jernih, tembus cahaya, sempurna segala seginya. Kemegahan batu permata ajaib itu, Ananda, tersebar luas sejauh satu yojana ke sekelilingnya. Dan lama berselang, Ananda, ketika Maharaja Agung untuk menguji batu permata ajaib itu kemudian lalu mempersiapkan pasukannya yang terdiri dari empat bagian dan mengangkat tinggi-tinggi batu permata ajaib itu, maka ia dapat melakukan perjalanannya di kesuraman dan kegelapan malam. Dan kemudian pula, Ananda, semua penduduk di sana atau di desa sekitarnya bersiap-siap untuk melakukan pekerjaan sehari-harinya karena berpikir bahwa : "Hari telah siang." Demikianlah, Ananda, batu permata ajaib itu yang muncul di hadapan Maharaja Agung.
  15. (v) Lebih lanjut, Ananda, muncullah Permata-Wanita di hadapan Maharaja Agung, tubuhnya lemah gemulai, cantik parasnya, gayanya menarik, kulitnya sangat halus; tidak terlalu jangkung dan tidak terlalu pendek; tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus; tidak terlalu hitam dan tidak terlalu putih; melampaui kecantikan manusia, ia telah mempunyai kecantikan para dewi kahyangan. Setuhannya juga, Ananda, dari wanita yang menakjubkan itu adalah bagai sentuhan kapas dan atau wol; pada waktu dingin, anggota tubuhnya terasa hangat, pada waktu panas anggota tubuhnya terasa adem; sedangkan dari badannya tersiar harumnya kayu cendana dan dari mulutnya tersiar harumnya teratai.
    Permata di antara wanita-wanita itu, Ananda, bangun sebelum Maharaja Agung dan beristirahat sesudahnya; pembicaraannya lemah lembut dan selalu siap mendengarkan apa yang mungkin ia lakukan untuk menyenangkannya. Permata di antara wanita-wanita itu, Ananda, tidak pernah menyeleweng terhadap Maharaja Agung meskipun hanya dalam pikiran saja, apalagi dalam perbuatan badaniah.
    Demikianlah, Ananda, Permata di antara wanita-wanita yang muncul di hadapan Maharaja Agung.
  16. (vi) Lebih lanjut, Ananda, muncullah Bendahara yang menakjubkan di hadapan Maharaja Agung sebagai perbuatan baiknya di kelahiran yang lampau, maka mempunyai kekuatan penglihatan gaib sehingga ia dapat menemukan harta, apakah ada pemiliknya atau tidak. Ia pergi mendapat Maharaja Agung dan berkata: "Semoga baginda raja dapat melegakan hati ! Saya akan mengurus harta kekayaan baginda sebagaimana selayaknya harta itu harus diurus."
    Lama berselang, Ananda, Maharaja Agung tidak menguji bendahara yang menakjubkan itu kemudian naik ke sebuah perahu, dan mendorongnya mengikuti aliran ke tengah sungai Gangga. Kemudian ia berkata kepada Pembantu yang menakjubkan itu : "Kami memerlukan emas murni, oh Bendahara !"
    "Bila demikian, baginda raja, biarlah perahu ini menepi ke salah satu sisi."
    "Di sinilah, Oh Bendahara, kami membutuhkan emas murni." Bendahara yang menakjubkan ini mencelupkan kedua-dua tangannya ke dalam air dan kemudian mengangkat sebuah guci yang penuh berisi emas murni dan berkata kepada Maharaja Agung : "Apakah ini cukup, oh baginda? Apakah saya melakukannya cukup, oh baginda?"
    Dan Maharaja Agung menjawab : "Cukuplah, oh Bendahara. Engkau telah melakukannya cukup, oh Bendahara. Engkau telah mempersembahkannya cukup, oh Bendahara !" Demikianlah, Ananda, Bendahara yang menakjubkan itu yang muncul di hadapan Maharaja Agung.
  17. (vii) Lebih lanjut, Ananda, muncullah di hadapan Maharaja Agung muncullah seorang penasehat yang menakjubkan, terpelajar, pandai dan bijaksana; pandai memberikan petunjuk kepada Maharaja Agung apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Ia pergi mendapatkan Maharaja dan berkata : "Semoga baginda raja dapat melegakan hati ! Saya bersedia menjadi penasehat baginda." Demikianlah, Ananda, Penasehat yang menakjubkan yang muncul di hadapan Maharaja Agung. Maharaja Agung mempunyai tujuh Permata ini.
  18. Lebih lanjut, Ananda, Maharaja Agung diberkahi dengan empat Mukjizat. Apa empat Mukjizat itu ? Yang pertama, Ananda, Maharaja Agung mempunyai tubuh yang gemulai, parasnya tampan, gayanya menyenangkan, dan kulitnya indah, melampaui apa yang dimiliki oleh laki-laki lain. Maharaja Agung, Ananda, diberkahi dengan Mukjizat pertama.
  19. Selain itu, Ananda, Maharaja Agung berumur panjang, banyak tahun yang melampaui umurnya orang-orang lain. Maharaja Agung, Ananda, diberkahi dengan Mukjizat yang kedua ini.
  20. Selain itu, Ananda, Maharaja Agung terbebas dari penyakit, dan terbebas dari penyakit badaniah atau penderitaan badaniah; panas dalam tubuhnya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, tetapi sedemikian rupa sehingga mengembangkan pencernaan yang baik, melampaui keadaan orang-orang lain. Maharaja Agung, Ananda, diberkahi dengan Mukjizat yang ketiga ini.
  21. Selain itu, Ananda, Maharaja Agung dicintai dan terkenal di antara kaum pendeta maupun di antara umat awam. Ananda, bagaikan seorang ayah yang dekat dan disayang oleh anak-anaknya sendiri, demikian pulah halnya, Ananda, Maharaja Agung terkenal dan dicintai di antara kaum pendeta dan maupun di antara umat awam. Dan, pula, Ananda, bagaikan anak-anaknya sendiri dekat dan disayang oleh seorang ayah, maka demikian pula halnya, Ananda, kaum pendeta maupun umat awam dekat dan disayang oleh Maharaja Agung.
    Pada suatu kali, Ananda, Maharaja Agung berjalan menuju ke tempat pesiar bersama dengan empat lipat pasukannya. Di sana, Ananda, para pendeta dan umat awam mendapatkan Maharaja Agung dan berkata : "Oh baginda raja, sudilah berjalan perlahan-lahan agar supaya kami dapat memandang baginda lebih lama!" Tetapi, Ananda, Maharaja Agung berkata kepada kusirnya : "Kendarakanlah kereta perlahan-lahan, kusirku, agar supaya aku dapat memandang rakyatku (para pendeta dan umat awam) lebih lama lagi !"
    Inilah, Ananda, Mukjizat keempat dari Maharaja Agung. Inilah Mukjizat (empat Mukjizat), Ananda, yang merupakan keberkahan dari Maharaja Agung.
  22. Dalam diri Maharaja Agung, Ananda, terdapatlah pikiran demikian: "Andaikan aku membuat kolam teratai di antara pohon-pohon kelapa pada jarak setiap 100 panjang busur." Kemudian, Ananda, Maharaja Agung membuat kolam-kolam teratai di antara pohon-pohon kelapa pada jarak 100 panjang busur. Dan kolam-kolam teratai itu, Ananda, dilapisi ubin empat macam. Satu macam ubin terbuat dari emas, satu macam terbuat dari perak, satu macam dari zamrud, dan satu macam lagi dari kristal. Dan pada masing-masing kolam teratai itu, Ananda, terdapatlah empat undakan tangga terdiri dari empat macam berbeda-beda. Satu undakan dari emas, satu undakan tangga lagi terdiri dari perak, satu macam terdiri dari zamrud, satu macam lagi dari kristal.
    Undakan tangga emas terdiri atau mempunyai langkan dari emas dengan kapi-palang dari boneka dari perak. Undakan tangga perak mempunyai langkan dari perak dengan kapi-palang dan boneka dari emas. Undakan tangga zamrud mempunyai langkan dari zamrud dengan kapi-palang dan boneka dari kristal. Undakan tangga kristal mempunyai langkan dari kristal dengan kapi-palang dan boneka dari zamrud. Dan mengelilingi kolam-kolam teratai itu, Ananda, terdapatlah dua kisi-kisi. Satu kisi-kisi dari emas dan satu kisi-kisi lagi dari perak. Kisi-kisi emas mempunyai tiang dari emas, kapi-palang dan perhiasan dari perak. Kisi-kisi perak mempunyai tiang dari perak, kapi-palang dan perhiasan dari emas.
  23. Pada waktu itu, Ananda, dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran demikian : "Andaikan seorang di kolam-kolam teratai itu ditaruh bunga-bunga berbagai musim agar supaya semua penduduk dapat memakai kalungan bunga, yaitu menaruh bunga bakung - air berwarna biru dan teratai biru, teratai putih dan bunga bakung-air berwarna putih. (Dan sesuai dengan itu raja kemudian menyebabkan bunga-bunga itu ditaruh di sana). Pada waktu itu, Ananda, dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran demikian : "Andaikan aku sekarang menempatkan petugas kolam pada tepi kolam teratai itu untuk membantu orang yang datang sekali-sekali untuk mandi." (Dan sesuai dengan itu raja kemudian menempatkan petugas kolam di sana).
    Pada waktu itu, Ananda, dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran demikian : "Andaikan aku sekarang mengadakan dana terus menerus di pinggir kolam teratai itu berupa : makanan bagi yang lapar, minuman bagi yang haus, pakaian bagi yang telanjang, sarana pengangkutan bagi yang membutuhkannya, bangku bagi yang lelah, istri bagi yang mereka menginginkan, emas bagi yang miskin, dan uang bagi yang kekurangan."
  24. Pada waktu itu, Ananda, rakyat (yang terdiri dari kaum pendeta dan kaum awam) pergi mendapatkan Maharaja Agung sambil membawa banyak harta benda. Dan mereka berkata : "Harta benda yang banyak ini, oh baginda raja, telah kami bawa ke sini agar supaya dapat dipergunakan oleh rajanya para raja-raja. Semoga baginda raja dapat menerimanya."
    "Sahabatku sekalian, aku mempunyai cukup harta yang disimpan bagi diriku sebagai hasil dari pajak yang syah. Simpanlah dan bawalah kembali harta yang lebih banyak lagi bersama kamu sekalian."
    Ketika orang itu ditolak oleh raja, maka mereka pergi ke satu sisi dan setelah bermusyawarah bersama, mereka berkata : "Tidak layak bagi kita sekalian untuk membawa kembali harta ini ke rumah kita masing-masing. Andaikan kita membangun sebuah istana bagi Maharaja Agung." Kemudian mereka pergi mendapatkan Maharaja Agung dan berkata : "Kami akan membangun sebuah istana untuk baginda raja !" Kemudian, Ananda, Maharaja Agung menyatakan persetujuannya dengan berdiam diri.
  25. Nah, Ananda, kita raja para dewa yang bernama Sakka tahu tentang apa yang terkandung dalam pikiran Maharaja Agung, maka ia mengamanatkan dewa yang bernama Vissakamma dan berkata : "Marilah, Vissakamma, buatkan sebuah gedung untuk Maharaja Agung - suatu istana yang akan diberi nama Keadilan."
    "Baiklah, baginda !" demikian kata Vissakamma mengiakan kepada raja dewa Sakka. Dan secepat bagaikan seorang kuat yang merentangkan lengannya yang terlipat atau melipat kembali lengannya yang terlentang, sedemikian cepatnya ia menghilang dari alam dewa tiga puluh tiga dan muncul di hadapan Maharaja Agung. Kemudian, Ananda, dewa Vissakamma berkata kepada Maharaja Agung : "Aku akan membuat sebuah gedung untuk baginda - sebuah istana yang akan diberi nama Keadilan."
  26. Istana Keadilan, Ananda, pada sebuah timur dan sebelah barat panjangnya satu yojana; pada sebelah utara dan sebelah selatan lebarnya setengah yojana. Istana Keadilan, Ananda, yang tingginya tiga kali setinggi manusia mempunyai lantai dasar yang terdiri dari batu empat macam. Satu macam batu bata terbuat dari emas, satu macam terbuat dari perak, satu macam dari zamrud dan satu macam lagi dari kristal.
    Pada Istana Keadilan, Ananda, terdapat 84.000 tiang yang terdiri dari empat macam. Satu macam terbuat dari emas, satu dari perak, satu dari zamrud dan satu lagi dari kristal. Istana Keadilan, Ananda, diperlengkapi dengan tempat duduk empat macam. Satu macam tempat duduk dari emas, satu macam dari perak, satu macam dari zamrud dan satu lagi dari kristal. Di dalam Istana Keadilan itu, Ananda, terdapat 24 undakan tangga empat macam. Satu macam undakan tangga terbuat dari emas, satu macam dari perak, satu macam dari zamrud, dan satu macam lagi dari kristal. Undakan tangga emas mempunyai langkan dari emas, dengan kapi-palang dan boneka dari perak. Undakan tangga perak mempunyai langkan dari perak, dengan kapi-palang dan boneka-boneka dari emas. Undakan tangga zamrud mempunyai langkan dari zamrud, dengan kapi-palang dan boneka-boneka dari kristal. Undakan tangga kristal mempunyai langkan dari kristal, dengan kapi-palang dan boneka dari zamrud. Di dalam Istana Keadilan, Ananda, terdapatlah 84.000 serambi empat macam. Satu macam serambi terbuat dari emas, satu dari perak, satu dari zamrud dan satu lagi terbuat dari kristal.
    Di dalam serambi emas, terdapat sebuah dipan perak; di dalamnya serambi perak terdapat dipan emas; di dalam serambi zamrud, terdapat sebuah dipan dari gading; di dalam serambi kristal, terdapat sebuah dipan dari batu karang. Di pintu serambi emas berdirilah sebatang pohon kelapa dari perak, batangnya dari perak, daun-daun dan buah-buahannya dari emas. Di pintu serambi perak berdirilah sebatang pohon kelapa dari emas, batangnya dari emas, daun-daun dan buah-buahannya dari perak. Di pintu serambi zamrud berdirilah sebatang pohon kelapa dari kristal, batangnya dari kristal, daun-daun dan buah-buahannya dari zamrud. Di pintu serambi kristal berdirilah sebatang pohon kelapa dari zamrud, batangnya dari zamrud, daun-daun dan buah-buahannya dari kristal.
  27. Pada waktu itu, Ananda, dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran : "Andaikan sekarang aku membuat satu kebun pohon kelapa yang semuanya terbuat dari emas di pintu masuk dari serambi Mahakompleks; di bawah naungan pohon-pohon itu aku boleh melewati hari yang panas." Kemudian, Ananda, Maharaja Agung membuat satu kebun pohon kelapa yang semuanya terbuat dari emas di pintu masuk dari serambi Mahakompleks; di bawah naungan pohon-pohon itu ia melewati hari yang panas.
  28. Istana Keadilan, Ananda, dikelilingi oleh dua kisi-kisi. Satu kisi-kisi terbuat dari emas dan yang lainnya dari perak. Kisi-kisi emas mempunyai tiang-tiang dari emas; kapi-palangnya dan bonekanya dari perak. Kisi-kisi perak mempunyai tiang-tiang dari perak; kapi-palang dan bonekanya dari emas.
  29. Istana Keadilan, Ananda, digantungi di sekitarnya dengan dua jaringan genta. Satu jaringan genta terbuat dari emas dan yang satunya lagi dari perak. Jaringan emas mempunyai genta-genta terbuat dari perak, dan jaringan perak mempunyai genta-genta dari emas. Dan apabila jaringan genta-genta itu, Ananda, digoyangkan oleh angin, maka terbitlah bunyi yang merdu, dan menyenangkan dan menarik dan memabukkan.
    Ananda, bagaikan tujuh macam alat musik yang dimainkan dengan baik oleh orang yang ahli akan menghasilkan bunyi yang merdu dan menyenangkan dan menarik dan memabukkan - demikian pulalah halnya, Ananda, apabila jaringan-jaringan genta itu digoyangkan oleh angin akan menerbitkan bunyi yang merdu dan menyenangkan dan menarik dan memabukkan. Dan siapapun, Ananda, yang berada di dalam kota kerjaaan Kusawati pada waktu itu, apakah mereka itu penjudi, pemabuk dan pecandu minuman keras - mereka biasanya menari bersama mendengar bunyi jaringan-jaringan genta itu yang digoyangkan oleh angin.
  30. Ketika telah selesai, Ananda, Istana Keadilan itu sukar dipandang, dapat merusak mata. Ananda, bagaikan dalam bulan terakhir dari musim hujan, ketika angkasa bersih dan awan telah menghilang, maka matahari yang muncul di cakrawala itu sukar dipandang dan merusak mata - demikianlah pulalah halnya Ananda, ketika Istana Keadilan telah selesai dibangun maka sukar dipandang dan dapat merusak mata.
  31. Pada waktu itu, Ananda, dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran demikian : "Andaikan sekarang di muka Istana Keadilan aku membuat danau teratai yang akan mendapat nama Keadilan." Kemudian, Ananda, Maharaja Agung membangun danau teratai yang mendapat nama Keadilan. Danau Keadilan, Ananda, di sebuah timur dan barat panjangnya satu yojana; di sebelah utara dan sebelah selatan lebarnya setengah yojana.
    Danau Keadilan, Ananda, dilapisi ubin dengan empat macam. Satu macam ubin terbuat dari emas, satu macam dari perak, satu macam dari zamrud dan satu macam lagi dari kristal. Danau Keadilan, Ananda, mempunyai 24 undakan tangga dari 4 macam yang berbeda-beda. Satu macam undakan tangga terbuat dari emas, satu macam dari perak, satu macam dari zamrud, dan satu macam lagi terbuat dari kristal. Undakan tangga emas mempunyai langkan dari emas, dengan kapi-palang dan boneka dari perak. Undakan tangga perak mempunyai langkan dari perak, dengan kapi-palang dan boneka dari emas. Undakan tangga zamrud mempunyai langkan dari zamrud, dengan kapi-palang dan boneka dari kristal. Undakan tangga kristal mempunyai langkan dari kristal, dengan kapi-palang dan boneka dari zamrud. Mengelilingi Danau Keadilan itu, Ananda, terdapatlah dua kisi-kisi. Satu kisi-kisi terbuat dari emas dan yang satunya lagi dari perak. Kisi-kisi emas mempunyai tiang dari emas, kapi-palang dan perhiasannya dari perak. Kisi-kisi perak mempunyai tiang-tiang dari perak, kapi-palang dan perhiasannya dari emas.
  32. Danau Keadilan, Ananda, dikelilingi oleh tujuh baris pohon-pohon kelapa. Satu baris pohon-pohon kelapa terbuat dari emas dan satu baris dari perak, satu baris dari zamrud, satu baris dari kristal, satu baris dari akik, satu baris dari batu karang, dan satu baris lagi terbuat dari berbagai macam batu permata. Dan apabila barisan-barisan pohon kelapa itu, Ananda, digoyangkan oleh angin, maka terbitlah bunyi yang merdu, dan menyenangkan dan menarik dan memabukkan. Ananda, bagaikan tujuh macam alat musik yang dimainkan dengan baik oleh orang yang ahli maka akan menghasilkan bunyi yang merdu dan menyenangkan dan menarik dan memabukkan - demikian pulalah halnya, Ananda, apabila barisan-barisan pohon kelapa itu digoyangkan oleh angin maka terbitlah bunyi yang merdu dan menyenangkan dan menarik dan memabukkan. Dan siapapun, Ananda, yang berada di dalam kota kerajaan Kusawati pada waktu itu, apakah mereka itu penjudi, pemabuk dan pecandu minuman keras maka mereka semuanya akan menari bersama mendengar bunyi pohon-pohon kelapa yang digoyangkan oleh angin.
  33. Ketika Istana Keadilan telah selesai dibangun, Ananda, serta danau-danau teratai keadilan telah selesai dibangun, maka Maharaja Agung dengan segala bahan-bahan yang baik, menjamu para pengembara yang pada waktu itu sangat dihormati serta para brahma yang pada waktu itu sangat dihormati. Kemudian ia naik takhta Istana Keadilan.

Bab II
  1. Pada waktu itu, Ananda, dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran demikian: "Dari perbuatan masa lampau yang manakah sebagai buahnya dari perbuatan masa lampau yang manakah sebagai akibatnya sehingga aku sekarang demikian megah dan demikian agung?"
    Dan kemudian, Ananda, dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran demikian : "Dari tiga macam perbuatanlah sebagai buahnya, dari tiga macam perbuatanlah sebagai akibatnya sehingga aku sekarang demikian megah dan demikian agung, yaitu dari perbuatan berdana, penaklukan-diri dan pengendalian-diri."
  2. Kemudian, Ananda, Maharaja Agung naik ke serambi Mahakompleks dan di sana dengan penuh perasaan yang berseru : "Tinggallah, oh pikiran penuh nafsu !
    Tinggallah, oh pikiran kejam !
    Tinggallah, oh pikiran penuh kebencian !
    Sedemikian jauh, oh pikiran penuh nafsu !
    Sedemikian jauh, oh pikiran kejam !
    Sedemikian jauh, oh pikiran penuh kebencian !"
  3. Ananda, ketika Maharaja Agung telah memasuki serambi Mahakompleks dan telah duduk di dipan emas, setelah meyingkirkan segala nafsu dan segala ketidak-benaran, ia masuk dan berada dalam tingkat meditasi jhana kesatu, suatu keadaan dan senang disebabkan oleh pengasingan diri, penuh perenungan, penuh penyelidikan.
    Dengan mengatasi perenungan dan penyelidikan, ia masuk dan berada dalam tingkat meditasi jhana kedua, suatu keadaan bahagia dan senang yang disebabkan oleh ketenangan, tanpa perenungan, tanpa penyelidikan, suatu keadaan pikiran yang meninggi, ketenangan bathin. Dengan hilangnya kerinduan akan kebahagiaan, ia tinggal netral, sadar, menguasai diri, mengalami dalam dirinya perasaan senang yang oleh yang para mulia dikatakan : "Dengan demikian ia masuk dan berada dalam tingkat meditasi jhana ketiga. Dengan meninggalkan perasaan senang, dengan meninggalkan perasaan duka, dengan menghilangkan kebahagiaan dan kesedihan, ia masuk dan berada dalam tingkat meditasi jhana ke 4 (empat), suatu keadaan penguasaan diri dan keseimbangan yang murni, tanpa perasaan senang, dan tanpa perasaan sakit.
  4. Kemudian, Ananda, Maharaja keluar dari serambi Mahakompleks dan masuk ke serambi emas dan duduk di dipan perak. Kemudian ia memancarkan pikiran cinta kasih ke satu jurusan, dua jurusan, tiga jurusan dan keempat jurusan. Dan demikian pula ke seluruh dunia yang luas, ke atas, ke bawah, ke sekelilingnya dan segala tempat ia meneruskan memancarkan pikiran cinta kasih, mencapai jauh, bertambah luas, dan tanpa batas, bebas dari kemarahan dan pikiran-jahat yang sekecil-kecilnya. Dan kemudian ia memancarkan pikiran belas kasihan kesatu jurusan, dua jurusan, tiga jurusan dan keempat jurusan. Serta demikian pula ke seluruh dunia yang luas, ke atas, ke bawah, ke sekelilingnya dan segala tempat ia meneruskan memancarkan pikiran belas kasihan, mencapai jauh, bertambah luas, dan tanpa batas, bebas dari kemarahan dan pikiran-jahat yang sekecil-kecilnya. Dan kemudian ia memancarkan pikiran simpati ke satu jurusan, dua jurusan, tiga jurusan dan keempat jurusan. Dan kemikian pula ke seluruh dunia yang luas, ke atas, ke bawah ke sekelilingnya, dan ke segala tempat ia meneruskan memancarkan pikiran simpati, mencapai jauh, bertambah luas dan tanpa batas, bebas dari kemarahan dan pikiran-jahat yang sekecil-kecilnya. Dan kemudian ia memancarkan pikiran keseimbangan ke satu jurusan, dua jurusan, tiga jurusan, dan keempat jurusan. Dan demikian pula ke seluruh dunia yang luas, ke atas, ke bawah, ke sekelilingnya, dan ke segala tempat ia meneruskan memancarkan pikiran keseimbangan, mencapai jauh, bertambah luas dan tanpa batas, bebas dari kemarahan dan pikiran jahat yang sekecil-kecilnya.
  5. Ananda, Maharaja Agung memiliki :
    • 84.000 kota, di antaranya yang utama adalah kota kerajaan Kusawati.
    • 84.000 istana, di antaranya yang utama adalah Istana Keadilan ;
    • 84.000 serambi, di antaranya yang utama adalah Serambi Mahakompleks ;
    • 84.000 dipan yang terbuat dari emas, perak, gading, dan kayu cendana yang dialasi dengan permadani yang berbulu panjang dan kain yang bersulamkan bunga-bunga dan kulit binatang kijang yang megah; ditutupi dengan tirai; langit-langitnya yang megah dan diperlengkapi dengan bantal-bantal berwarna abu-abu pada kedua ujungnya ;
    • 84.000 gajah kerajaan dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang utama adalah raja gajah yang bernama Uposatho ;
    • 84.000 kuda kerajaan dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang utama adalah raja kuda yang bernama Awan Halilintar ;
    • 84.000 batu permata, di antaranya yang utama adalah permata ajaib ;
    • 84.000 kereta-kereta dengan alas dari kulit singa, kulit macan dan kulit macan tutul, di antara yang utama adalah kereta yang bernama Bendera Kemenangan;
    • 84.000 selir, di antaranya yang utama adalah Ratu Agung ;
    • 84.000 kepala keluarga, di antaranya yang utama adalah Bendahara yang menakjubkan ;
    • 84.000 bangsawan, di antaranya yang utama adalah Penasehat yang menakjubkan;
    • 84.000 sapi dengan perhiasan-perhiasan dari guni dan tanduk-tanduknya dari dikalungi dengan perunggu ;
    • 84.000 juta pakaian yang terbuat dari tenunan halus, dari linen, dan katun dan sutera dan wol ;
    • 84.000 hidangan-hidangan, pada pagi dan sore hari dihidangkan nasi.
  6. Pada waktu itu, Ananda, 84.000 gajah kerajaan biasanya datang setiap sore dan pagi hari untuk memberikan pelayanan kepada Maharaja Agung. Dan dalam diri Maharaja Agung terdapatlah pikiran demikian : "84.000 gajah ini datang setiap sore dan pagi hari untuk memberikan pelayanan kepadaku : Andaikan sekarang aku mengizinkan masing-masing 42.000 gajah-gajah ini datang ke sini setiap 100 tahun berselang !"
    Kemudian, Ananda, Maharaja Agung berkata kepada Penasehat Agung : "Sahabatku Penasehat Agung ! 84.000 gajah-gajah ini datang pada setiap sore dan pagi hari untuk memberikan pelayanan kepadaku. Mulai kini biarlah masing-masing 42.000 gajah-gajah ini datang ke sini setiap 100 tahun berselang !"
    "Baiklah, Baginda !" demikianlah kata Penasehat Agung mengiakan Maharaja Agung. Sejak itu dan seterusnya, Ananda, masing-masing 42.000 gajah-gajah itu datang setiap 100 tahun berselang.
  7. Pada waktu itu, Ananda, setelah berselang banyak tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, dalam diri Ratu Agung terdapatlah pikiran demikian : "Sudah lama berselang aku tidak berjumpa dengan Maharaja Agung. Andaikan sekarang aku pergi mengunjungi Maharaja Agung."
    Kemudian, Ananda, Ratu Agung berkata kepada wanita-wanita dalam harem : "Ayo bangkitlah, sisir rambutmu dan berpakaianlah dengan pakaian baru. Sudah lama kita tidak berjumpa dengan Maharaja Agung. Marilah kita mengunjungi Beliau !"
    "Baiklah baginda Ratu !" demikian kata-kata wanita-wanita harem itu, Ananda, mengiakan kepada Ratu Agung. Dan mereka menyisir rambutnya, dan berpakaian dengan pakaian baru, serta datang menghampiri Ratu Agung.
    Kemudian, Ananda, Ratu Agung berkata kepada Penasehat Agung : "Oh Penasehat Agung, aturlah barisan yang terdiri dari 4 (empat) bagian. Sudah lama aku tidak berjumpa dengan Maharaja Agung. Aku pergi mengunjungi Beliau."
    "Baiklah, baginda Ratu !" demikianlah kata Penasehat Agung, Ananda, mengiakan kepada Ratu Agung. Dan ia mempersiapkan pasukan yang terdiri empat bagian dan memberitahukannya kepada Ratu Agung dengan kata-kata demikian : "Pasukan yang terdiri dari empat bagian sudah siap, baginda Ratu. Lakukanlah apa yang sekiranya sesuai bagi baginda Ratu."
  8. Kemudian, Ananda, Ratu Agung bersama dengan para wanita harem dan pasukan yang terdiri dari empat bagian berangkat menuju Istana Keadilan, dan setelah tiba di sana, ia naik ke Istana Keadilan dan terus pergi ke serambi Mahakompleks ; setibanya di sana ia berhenti dan bersandar di sisi pintu. Ananda, ketika Maharaja Agung mendengar ada suara mendatang ia berpikir : "Suara apakah gerangan itu seperti juga suara banyak orang yang datang ?" Berjalan keluar dari serambi Mahakompleks, Maharaja Agung melihat Ratu Agung sedang bersandar di sisi pintu ; kemudian ia berkata kepada Ratu Agung : "Berhentilah di sana, Ratu ! Janganlah masuk ke sini !"
  9. Kemudian, Ananda, Maharaja Agung berkata kepada salah satu seorang pembantunya : "Bangkitlah, sahabat ! Keluarkanlah dipan emas dari serambi Mahakompleks dan siapkanlah dipan itu di bawah kebun kelapa yang semuanya terbuat dari emas."
    "Baiklah, baginda !" kata pembantu itu mengiakan kepada Maharaja Agung. Kemudian ia mengeluarkan dipan emas dari serambi Mahakompleks dan menyiapkannya di bawah pohon kelapa yang semuanya terbuat dari emas. Kemudian, Ananda, Maharaja Agung merebahkan dirinya dengan agung sama halnya seperti yang dilakukan oleh seekor singa berbaring dengan meletakkan satu kaki di atas kaki yang lainnya, tenang dan terkendali."
  10. Kemudian, Ananda, dalam diri Ratu Agung terdapatlah pikiran : "Alangkah tenangnya anggauta badan Maharaja Agung ! Alangkah terang dan bercahaya parasnya ! Oh, semoga hal ini bukan pertanda bahwa Maharaja Agung menjelang ajalnya !"
    Dan ia berkata kepada Maharaja Agung : 84.000 kota-kota ini milik baginda; di antaranya kota kerajaan Kusawati adalah yang utama. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan kota-kota ini!"
    Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 istana-istana ini milik baginda; di antaranya yang utama adalah Istana Keadilan. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan istana-istana ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 serambi-serambi ini milik baginda; di antaranya yang utama adalah serambi Mahakompleks. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan serambi-serambi ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 dipan-dipan ini milik baginda, yang terbuat dari emas, dan perak dan gading, dan kayu cendana, yang dilapisi dengan permadani-permadani bulu panjang, dan kain bersulamkan bunga-bunga dan kulit-kulit kijang yang megah, ditutupi dengan penutup / langit-langit yang tinggi dan diperlengkapi dengan bantal-bantal berwarna abu-abu pada kedua ujungnya. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan dipan-dipan ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 gajah-gajah kerajaan ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang paling utama adalah gajah yang bernama Uposatho. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan gajah-gajah ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 kuda-kuda kerajaan ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang paling utama adalah raja kuda bernama Awan Halilintar. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan kuda-kuda ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 kereta-kereta ini milik baginda, dengan alas kaki dari kulit singa, kulit macan dan kulit macan tutul, di antaranya yang utama adalah kereta yang bernama Bendera Kemenangan. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan kereta-kereta ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 batu permata ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah batu permata Ajaib. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan batu permata ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan!
    84.000 selir-selir ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah Ratu Agung. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan selir-selir ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 kepala keluarga ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah Bendahara yang menakjubkan. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan kepala keluarga-keluarga ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 bangsawan ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah Penasehat yang menakjubkan. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan bangsawan-bangsawan ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 sapi-sapi ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari guni dan tanduk-tanduknya dikalungi dengan perunggu. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan sapi-sapi ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 juta pakaian-pakaian ini milik baginda, yang terbuat dari tenunan halus, dari linen, dan katun, dan sutra, dan wol. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan pakaian-pakaian ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
    84.000 hidangan-hidangan ini milik baginda, dan pada sore dan pagi hari dihidangkan nasi. Bangkitlah, oh baginda timbulkan kembali keinginan baginda akan hindangan-hidangan ini !" Bangkitkan segera hasrat baginda akan kehidupan !
  11. Sesudah itu berkata demikian, Ananda, Maharaja Agung berkata kepada Ratu Agung : "Oh, Ratu, adinda telah lama mengucapkan kata-kata yang menyenangkan, kata-kata yang banyak dihasratkan dan manis. Tapi pada saat terakhir ini adinda mengeluarkan kata-kata yang tidak menyenangkan, kata-kata yang tidak sesuai dan tidak diinginkan !"
    "Bagaimanakah kiranya yang harus saya ucapkan, baginda ?"
    "Oh Ratu, demikianlah kata-kata yang harus diucapkan kepadaku : Sifat segala sesuatu yang dekat dan kita sayangi, oh baginda, adalah sedemikian sehingga kita harus meniggalkannya, terbagi dari padanya, terpisah dari padanya. Oh baginda, janganlah meninggalkan dunia dengan hati yang rindu. Menyedihkan kematian seseorang yang masih rindu. 84.000 kota-kota ini milik baginda; di antara yang utama adalah kota kerajaan Kusawati. Buanglah keinginan akan kota-kota ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 istana-istana ini milik baginda; di antaranya yang utama adalah Istana Keadilan. Buanglah keinginan akan istana ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 serambi-serambi ini milik baginda; di antaranya yang utama adalah serambi Mahakompleks. Buanglah keinginan akan serambi ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 dipan-dipan ini milik baginda, yang terbuat dari emas, perak gading, dan kayu cendana, yang dilapisi dengan permadani-permadani bulu panjang, dan kain-kain bersulamkan bunga-bunga dan kulit-kulit kijang yang megah, ditutupi dengan penutup / langit-langit yang tinggi serta diperlengkapi dengan bantal-bantal yang berwarna abu-abu pada kedua ujungnya. Buanglah keinginan akan dipan-dipan ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 gajah-gajah ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang utama adalah raja gajah yang bernama Uposatho. Buanglah keinginan akan gajah-gajah ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 kuda-kuda kerajaan ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antara yang utama adalah raja kuda bernama Awan Halilintar. Buanglah keinginan akan kuda-kuda ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 kereta-kereta ini milik baginda, dengan lapisan kulit singa, kulit macan dan kulit macan tutul, di antara yang utama adalah kereta yang bernama Bendera Kemenangan. Buanglah keinginan akan kereta-kereta ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 batu permata ini milik baginda, di antara yang utama adalah batu permata Ajaib. Buanglah keinginan akan batu permata ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 selir-selir ini milik baginda, di antara yang utama adalah selir Ratu Agung. Buanglah keinginan akan selir-selir ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 kepala keluarga ini milik baginda, di antara yang utama adalah Bendahara yang menakjubkan. Buanglah keinginan akan kepala keluarga ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 bangsawan ini milik baginda, di antara yang utama adalah Penasehat yang menakjubkan. Buanglah keinginan akan bangsawan-bangsawan ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 sapi-sapi ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari guni dan tanduk-tanduknya dikalungi dengan perunggu. Buanglah keinginan akan sapi-sapi ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 juta pakaian-pakaian ini milik baginda, yang terbuat dari tenunan halus, dari linen, dan katun, sutra, dan wol. Buanglah keinginan akan pakaian-pakaian ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 hidangan ini milik baginda, yang pada sore dan pagi hari dihidangkan nasi. Buanglah keinginan akan hidangan ini, janganlah merindukan kehidupan.
  12. Setelah ia berkata demikian, Ananda, Ratu Agung menangis dan bercucuran air mata. Kemudian, Ananda, Ratu Agung mengusap air matanya dan berkata kepada Maharaja Agung : Sifat segala sesuatu yang dekat dan kita sayangi, oh baginda, adalah sedemikian sehingga kita harus meninggalkannya, terbagi dari padanya, terpisah dari padanya. Oh baginda, janganlah meninggalkan dunia dengan hati yang rindu. Menyedihkan kematian seseorang yang masih rindu.
    84.000 kota-kota ini milik baginda; di antaranya yang utama adalah kota kerajaan Kusawati. Buanglah keinginan akan kota-kota ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 istana-istana ini milik baginda; di antaranya yang utama adalah Istana Keadilan. Buanglah keinginan akan istana ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 serambi-serambi ini milik baginda; di antara yang utama adalah serambi Mahakompleks. Buanglah keinginan akan serambi ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 dipan-dipan ini milik baginda, yang terbuat dari emas, perak gading, dan kayu cendana, yang dilapisi dengan permadani-permadani bulu panjang, dan kain-kain bersulamkan bunga-bunga dan kulit-kulit kijang yang megah, ditutupi dengan penutup / langit-langit yang tinggi serta diperlengkapi dengan bantal-bantal yang berwarna abu-abu pada kedua ujungnya. Buanglah keinginan akan dipan-dipan ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 gajah-gajah ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang utama adalah raja gajah yang bernama Uposatho. Buanglah keinginan akan gajah-gajah ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 kuda-kuda kerajaan ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang utama adalah raja kuda bernama Awan Halilintar. Buanglah keinginan akan kuda-kuda ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 kereta-kereta ini milik baginda, dengan alas dari kulit singa, kulit macan dan kulit macan tutul, di antara yang utama adalah kereta yang bernama Bendera Kemenangan. Buanglah keinginan akan kereta-kereta ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 batu permata ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah Batu Permata Ajaib. Buanglah keinginan akan batu permata ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 selir-selir ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah Ratu Agung. Buanglah keinginan akan selir-selir ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 kepala keluarga ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah Bendahara yang menakjubkan. Buanglah keinginan akan kepala keluarga ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 bangsawan ini milik baginda, di antaranya yang utama adalah Penasehat yang menakjubkan. Buanglah keinginan akan bangsawan-bangsawan ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 sapi-sapi ini milik baginda, dengan perhiasan-perhiasan dari guni dan tanduk-tanduknya dikalungi dengan perunggu. Buanglah keinginan akan sapi-sapi ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 juta pakaian-pakaian ini milik baginda, yang terbuat dari tenunan halus, dari linen, dan katun, sutra, dan wol. Buanglah keinginan akan pakaian-pakaian ini, janganlah merindukan kehidupan.
    84.000 hidangan-hidangan ini milik baginda, dan pada sore dan pagi hari dihidangkan nasi. Buanglah keinginan akan hidangan ini, janganlah merindukan kehidupan.
  13. Segera sesudah itu, Ananda, Maharaja Agung meninggal dunia. Ananda, bagaikan seorang kepala keluarga sesudah bersantap banyak makanan akan menjadi ngantuk, demikian pulalah perasaan yang dialami oleh Maharaja Agung ketika menjelang ajalnya. Ananda, ketika Maharaja Agung telah meninggal dunia, ia terlahir kembali di alam Brahma yang berbahagia. Selama 48.000 tahun, Ananda, Maharaja Agung menikmati kehidupan bahagia sebagai seorang pangeran; selama 48.000 tahun ia menjabat sebagai raja muda dan ahli waris yang sah; selama 48.000 tahun ia memerintah kerajaan dan selama 48.000 tahun ia hidup sebagai umat awam, kehidupan agung dalam Istana Keadilan. Dan kemudian ketika ia meninggal dunia penuh dengan pikiran mulia dan setelah badannya hancur, maka ia terlahir kembali di alam Brahma.
  14. Kini, Ananda, ada kemungkinan engkau berpikiran bahwa : "Maharaja Agung pada waktu itu adalah orang lain." Tetapi, Ananda, engkau tidak seharusnya berpandangan demikian. Akulah yang pada masa itu menjadi Maharaja Agung.
    84.000 kota-kota pada masa itu milikku; di antara yang utama adalah kota kerajaan Kusawati.
    84.000 istana - istana itu milikku; di antaranya yang utama adalah Istana Keadilan.
    84.000 serambi-serambi itu milikku; di antaranya yang utama adalah serambi Mahakompleks.
    84.000 dipan-dipan itu milikku, yang terbuat dari emas, perak gading, dan kayu cendana, yang beralaskan permadani-permadani berbulu panjang, dan kain-kain bersulamkan bunga-bunga dan kulit kijang yang megah, ditutupi dengan bantal-bantal yang berwarna abu-abu pada kedua ujungnya.
    84.000 gajah-gajah kerajaan itu adalah milikku, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan-jaringan penutup dari emas, di antaranya yang utama adalah raja gajah yang bernama Uposatho.
    84.000 kuda-kuda kerajaan itu milikku, dengan perhiasan-perhiasan dari emas dan bendera-bendera yang gemerlapan dan jaringan penutup dari emas, di antaranya yang utama adalah raja kuda bernama Awan Halilintar.
    84.000 kereta-kereta itu adalah milikku, dengan beralaskan kulit singa, kulit macan dan kulit macan tutul, di antaranya yang utama adalah kereta yang bernama Bendera Kemenangan.
    84.000 batu permata itu adalah milikku, di antaranya yang utama adalah batu permata Ajaib.
    84.000 selir-selir adalah milikku, di antaranya yang utama adalah Ratu Agung.
    84.000 kepala keluarga adalah milikku, di antaranya yang utama adalah Bendahara yang menakjubkan.
    84.000 bangsawan-bangsawan itu adalah milikku, di antaranya yang utama adalah Penasehat yang menakjubkan.
    84.000 sapi-sapi itu adalah milikku, dengan perhiasan-perhiasan dari guni dan tanduknya digantungi dengan perunggu.
    84.000 juta pakaian-pakaian itu milikku, yang terbuat dari tenunan halus, dari linen, dan katun, sutra, dan wol.
    84.000 hidangan-hidangan itu adalah milikku, yang pada sore dan pagi hari dihidangkan nasi.
  15. Dari 84.000 kota-kota itu, Ananda, salah satu di antaranya adalah kota yang pada waktu itu biasanya menjadi tempat tinggalku, yaitu kota kerajaan Kusawati.
    Dari 84.000 istana-istana itu juga, Ananda, salah satu di antaranya istana yang menjadi tempat tinggalku pada masa itu, yaitu Istana Keadilan.
    Dari 84.000 serambi-serambi itu juga, Ananda, salah satu di antaranya adalah serambi yang biasanya menjadi tempat pada masa itu yaitu serambi Mahakompleks.
    Dari 84.000 dipan-dipan itu juga, Ananda, salah satu di antaranya dipan yang biasanya aku tempati pada masa itu yaitu : dipan emas, atau dipan perak atau dipan gading, atau dipan kayu cendana.
    Dari 84.000 gajah-gajah kerajaan itu, Ananda, salah seekor di antaranya adalah gajah yang biasa aku kendarai pada masa itu adalah raja gajah yang bernama Uposatho.
    Dari 84.000 kuda-kuda itu juga, Ananda, salah seekor di antara adalah kuda yang biasa aku kendarai pada masa itu yaitu raja kuda bernama Awan Halilintar.
    Dari 84.000 kereta-kereta itu juga, Ananda, salah satu di antaranya kereta yang biasa aku kendarai pada masa itu yaitu kereta yang bernama Bendera Kemenangan.
    Dari 84.000 selir-selir itu juga, Ananda, salah seorang di antaranya selir yang biasa menemaniku pada masa itu adalah seorang wanita kelahiran bangsawan atau seorang Velamikani.
    Dari 84.000 juta perlengkapan pakaian itu juga, Ananda, salah satu di antaranya adalah perlengkapan pakaian yang biasanya aku pakai pada masa itu yaitu : pakaian yang terbuat dari tenunan halus, dari linen, atau dari katun, sutra, atau wol.
    Dari 84.000 hidangan-hidangan itu juga, Ananda, salah satu di antaranya adalah hidangan yang biasanya aku makan pada masa itu adalah nasi beserta dengan lauk-pauknya.
  16. Lihatlah, Ananda, bagaimana segala sesuatu kini sudah berlalu, sudah berakhir, sudah hilang. Demikian tidak kekalnya, Ananda, benda-benda yang tak berkondisi; demikian fananya, Ananda, benda-benda yang berkondisi; demikian tidak bernilainya, Ananda, benda-benda yang berkondisi. Bila demikian halnya, Ananda, hal itu patut memenatkan, hal itu patut ditinggalkan, hal itu patut untuk membebaskan diri sepenuhnya dari ikatan-ikatan benda yang berkondisi.
  17. Kini, Ananda, aku ingat bagaimana di tempat ini tubuhku sudah enam kali dikubur. Dan ketika aku berdiam di sini sebagai raja adil yang memerintah dengan keadilan, majikan dari empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyatnya, pemilik dari tujuh harta kerajaan - itulah untuk ke tujuh kalinya. Tetapi, Ananda, aku tidak melihat ada sesuatu tempat di dalam alam manusia dan dewa, juga tidak di dalam alam Mara, tidak juga di dalam alam Brahma - tidak juga di antara suku Samana atau Brahmin, para dewa atau manusia di mana Tathagata untuk ke delapan kalinya akan merubah dirinya. Demikian sabda Sang Maha Mulia; dan ketika Yang Berbahagia telah bersabda demikian, sekali lagi Sang Guru bersabda : "Alangkah tidak kekalnya segala benda-benda yang tidak berkondisi !
    Sifatnya dapat menjadi tua dan lapuk;
    Benda-benda itu terbentuk dan musnah kembali;
    Mengakhiri semua - itulah keberkahan

Related Links:
-Empty-

No comments: